Selasa, 12 Februari 2019

Kisah Nabi Zakaria As



Masa yang dialami oleh Nabi Zakaria yaitu masa yang guah di mana banyak hal yang berlawanan yang berhadap-hadapan dan saling berperihalan serta terlibat pertarungan yang tidak pernah padam. Keimanan kepada Allah SWT bercahaya di mesjid yang besar di Baitul Maqdis, sedangkan kebohongan memenuhi pasar-pasar Yahudi yang bersebelahan dengan mesjid itu. Sudah menjadi tradisi dunia bahwa segala sesuatu yang berperihalan mesti saling berhadapan pada: kebaikan dengan kejahatan, cahaya dengan kepetangan, kebenaran dengan kebohongan, para nabi dengan para pembangkang.

Alhasil, segala sesuatu berhadapan untuk mempertahankan kehidupan. Di masa yang kuno ini terdapat seorang nabi dan seorang alim yang besar. Nabi yang dimaksud yaitu Zakaria sedangkan seorang alim besar yang Allah SWT memilihnya untuk salat di tengah-tengah insan yaitu Imran. Imran yaitu seorang suami dan istrinya sangat berharap untuk melahirkan anak. Waktu pagi menyelimuti kota, keluarlah istri Imran untuk mempersembahkan makan kepada burung dan ia melihat pamandangan yang ada di sekitarnya dan mulai merenungkannya. Di sana terdapat sebuntut burung yang memdiberi makan anaknya dengan cara menyuapinya dan memdiberinya minum. Burung itu melindungi anaknya di bawah akupnya sebab khawatir dari kedinginan. Ketika melihat pemandangan itu, istri Imran berharap biar Allah SWT memdiberinya anak. Ia mengangkat tangannya dan mulai berdoa biar Allah SWT menganugerahinya seorang anak lelaki. Allah SWT mengabulkan doanya dan pada suatu hari ia merasa bahwa ia sedang hamil kemudian kegembiraan menyelimutinya dan ia bersMikur kepada Allah SWT:
"(Ingatlah) ketika istri Imran berkata: 'Ya Tuhanhu, sesungguhnya saya sudah menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi anak yang saleh dan berkhidmat (di Baitil Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dariku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.'" (QS. Ali 'Imran: 35)
Ia bernazar biar anaknya menjadi seorang pemmenolong di mesjid sepanjang hidupnya yang mengabdi kepada Allah SWT dan mengabdi kepada rumah-Nya, yaitu masjid. Lalu tibalah hari kelahiran. Istri Imran melahirkan seorang anak perempuan. Istri itu merasa terkejut sebab ia menginginkan seorang anak lelaki yang sanggup mengabdi untuk mesjid dan diberibadah di dalamnya. Ketika ia melihat bahwa anaknya seorang perempuan, maka ia tetap menjalankan nazarnya, meskipun anak lelaki bukan ibarat anak perempuan:
"Maka tatkala istri Imran melahirkan anaknya, dia pun berkata: 'Ya Tuhanku, sesungguhnya saya melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu, dan anak pria tidaklah ibarat anak perempuan. Sesungguhnya ahu sudah menamai dia Maryam." (QS. Ali Imran: 36)
Allah SWT mendengar doa istri Imran; Allah SWT mendengar apa yang kita ucapkan dan apa yang kita bisikkan dalam diri kita, bahkan apa yang kita inginkan untuk kita ucapkan dan kita tidak melakukannya. Semua itu diketahui oleh Allah SWT. Allah SWT mendengar bahwa istri Imran memdiberitahu-Nya bahwa ia melahirkan anak perempuan dan Allah SWT lebih mengetahui ihwal anak yang dilahirkannya. Allah SWT-lah yang memilihkan jenis kelabuin anak yang lahir di mana Dia membuat anak pria atau perempuan. Allah SWT mendengar bahwa istri Imran berdoa kepada-Nya biar Dia menjaga anak perempuan ini yang dinamakan Maryam dan juga menjaga keturunannya dari setan yang terkutuk:
"Dan saya mohon derma untuknya serta belum dewasa keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau dari setan yang terkutuk. maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menimbulkan Zakaria pemeliharanya." (QS. Ali 'Imran: 36- 37)
Allah SWT mengkabulakn doa istri Imran dan ibu Maryam. Allah SWT menyambut Maryam dengan penyambutan yang baik dan memdiberinya keturunan yang baik. Allah SWT berkehendak melalui rahmat-Nya untuk menimbulkan perempuan ini sebagai perempuan terbaik di muka bumi dan menimbulkan ibu dari seorang nabi yang kelahirannya ialah mukjizat terbesar ibarat kelahiran Nabi Adam. Nabi Adam lahir tanpa seorang ayah atau ibu, sedangkan Nabi Isa lahir tanpa seorang ayah. Nabi Isa berasal dari ibu yang suci yang belum berkeluarga, yang belum disentuh oleh manusia.
Mula-mula kelahiran Maryam menhadirkan sedikit problem. Imran sudah mati sebelum kelahiran Maryam dan para ulama di zaman itu dan para pembesar ingin mendidik Maryam. Setiap orang berlomba-lomba untuk mendapatkan kemuliaan ini, yaitu mendidik seorang perempuan dari seorang lelaki besar vang mereka hormati. Zakaria berkata: "Biarkan saya yang mengasuhnya sebab ia yaitu kerabat dekatku. Istriku yaitu bibinya dan saya yaitu seorang Nabi dari umat ini. Aku lebih utama daripada kalian untuk mengasuhnya." Lalu para ulama dan para guru berkata: "Mengapa tidak seorang di antara kami yang mengasuhnya. Kami tidak akan membiarkan engkau mendapatkan keutamaan ini tanpa persetujuan dari kami." Hampir saja mereka berselisih dan bertarung jikalau seandainya mereka tidak menyepakati diadakannya undian. Yakni, seseorang yang mendapatkan undian, maka itulah yang akan mengasuh Maryam.
Diadakanlah undian. Maryam diletakkan di atas tanah dan diletakkan di sebelahnya pena-pena orang-orang yang ingin mengasuhnya. Kemudian mereka menghadirkan anak kecil kemudian anak kecil itu mengeluarkan pena Zakaria. Zakaria berkata: "Allah SWT memutuskan biar saya mengasuhnya." Para ulama dan para Syekh berkata: "Tidak, undian harus dilakukan tiga kali." Mereka mulai berpikir ihwal undian yang kedua. Setiap orang mengukir namanya di atas pena kayu dan mereka berkata, kita akan melemparkan pena-pena kita di sungai, maka siapa yang penanya menantang arus, itulah yang menang:
"Padahal engkau tidak hadir beserta mereka, ketika mereka melemparkan belum dewasa panah mereka (untuk mengundi) siapa di antara mereka yang akan memelihara Maryam. Dan engkau tidak hadir di sisi mereka ketika mereka bersengketa." (QS. Ali 'Imran: 44)
Mereka pun melemparkan pena-pena mereka di sungai sehingga pena-pena itu berjalan bersama arus, kecuali pena Zakaria yang menantang arus. Zakaria merasa bahwa mereka akan puas tetapi mereka bersikeras untuk mengadakan undian yang ketiga kali. Mereka berkata: "Kita akan melemparkan pena-pena kita di sungai. Pena yang berjalan bersama arus, maka itulah yang akan mengasuh Maryam." Mereka pun melemparkan pena-pena mereka dan tiruana berjalan menantang arus, kecuali pena Zakaria. Akhirnya, mereka mengalah kepada Zakaria dan mereka menyerahkan anak itu kepadanya biar Zakaria mengasuhnya. Nabi Zakaria mulai mengasuh Maryam dan mendidiknya serta menghormatinya hingga ia dewasa. Maryam mempunyai daerah khusus di dalam mesjid. Ia mempunyai suatu mihrab yang di situ ia diberibadah. Jarang sekali ia meninggalkan tempatnya. Ia selalu diberibadah dan salat di dalamnya serta berzikir dan bersyukur dan menuangkan cintanya kepada Allah SWT. Terkadang Zakaria mengunjunginya di mihrab. Tiba-tiba, pada suatu hari Zakaria menemuinya dan ia melihat sesuatu yang mencengangkan. Saat itu animo gerah tetapi Nabi Zakaria menemui di daerah Maryam buah-buahan animo dingin, dan pada peluang yang lain ia menemui buah-buahan animo gerah sedangkan ketika itu animo dingin. Zakaria bertanya kepada Maryam: "Darimana hadirnya rezeki ini?" Maryam menjawaban: "Bahwa itu berasal dari Allah SWT." Pemandangan ibarat ini berulang lebih dari sekali:
"Setiap Zakaria masuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati kuliner di sisinya." (QS. Ali 'Imran: 37)
Nabi Zakaria yaitu seorang renta dan rambutnya sudah dikelilingi uban. Ia merasa bahwa tidak usang lagi hidupnya akan berakhir dan istrinya, bibi Maryam, yaitu seseorang perempuan renta tampaknya yang belum melahirkan seseorang pun dalam hidupnya sebab ia perempuan yang mandul. Nabi Zakaria menginginkan biar ia mendapatkan seorang anak pria yang akan mewarisi ilmunya dan akan menjadi nabi yang sanggup membimbing kaumnya dan berdakwah kepada mereka untuk mengikuti Kitab Allah SWT.
Zakaria tidak memberikan cita-cita ini kepada seseorang pun, bahkan kepada istrinya, tetapi Allah SWT mengetahuinya sebelum pikiran itu disampaikan. Pada pagi itu Zakaria menemui Maryam di mihrabnya, kemudian ia mendapati buah-buahan yang sebetulnya sudah tidak musim. Zakaria bertanya kepada Maryam:
"Zakaria berkata: "Hai Maryam dari mana engkau memperoleh (makanan) ini?" Maryam menjawaban: "Makanan itu dari sisi Allah." Sesungguhnya Allah memdiberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab. Di sanalah Zakaria berdoa kepada Tuhannya." (QS. Ali 'Imran: 37-38)
Zakaria berkata pada dirinya Maha Suci Allah SWT dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Lalu kerinduan mulai menyelimuti hatinya dan ia mulai menginginkan keturunan. Nabi Zakaria berdoa kepada Tuhannya:
"(Yang dibacakan ini adalah) klarifikasi ihwal rahmat Tuhan engkau kepada hamba-Nya Zakaria, yaitu tatkala ia berdoa kepada Tuhannya dengan bunyi yang lembut. Ia berkata: 'Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku sudah lemah dan kepalaku sudah ditumbuhi uban, dan saya belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engka u, ya Tuhanku. Dan sesungguhnya saya khawatir terhadap mpertamaiku sepeningalku, sedang istriku yaitu seseorang yang mandul, maka anugerahilah saya dari sisi Engkau seorang putra, yang akmi mewarisi saya dan mewarisi sebagian keluarga Yakub; dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, seorangyang diridahi. " (QS. Maryam: 2-6)
Nabi Zakaria meminta kepada Penciptanya tanpa mengangkat bunyi keras-keras biar Dia memdiberinya seorang lelaki yang mewarisi kenabian dan pesan yang tersirat serta keutamaan dan ilmu. Nabi Zakaria khawatir kaumnya akan tersesat sesudahnya di mana tidak ada seorang nabi sesudahnya. Allah SWT mengkabulkan doa Zakaria. Belum usang Nabi Zakaria berdoa kepada Allah SWT hingga malaikat memanggilnya ketika ia salat di mihrab:
"Hai Zakaria, sesungguhnya Kami memdiberi kabar besar hati kepadamu akan (memperoleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah membuat orang yang serupa dengan dia." (QS. Maryam: 7)
Zakaria kaget dengan diberita ini, bagaimana ia sanggup mempunyai seorang anak. Karena saking gembiranya Zakaria sangat terguncang dan dengan penuh keheranan ia bertanya:
"Ya Tuhanku, bagaimana akan ada anak bagiku, padahal istriku yaitu seorang yang mandul dan saya (sendiri) sesungguhnya sudah mencapai umur yang sangat tua." (QS. Maryam: 8)
Ia heran bagaimana ia sanggup melahirkan sementara ia sudah renta dan istrinya pun perempuan yang mandul:
"Tuhan berfirman: 'Demikianlah.' Tuhan berfirman: 'Hal itu yaitu praktis bagi-Ku; dan sesungguhnya sudah Aku ciptakan engkau sebelum itu, padahal engkau (di waktu itu) belum ada sama sekali." (QS. Maryam; 9)
Para malaikat memdiberitahunya bahwa ini terjadi sebab kehendak Allah SWT dan kehendak-Nya niscaya terlaksana. Tidak ada sesuatu pun yang susah bagi Allah SWT. Segala sesuatu yang diinginkan di alam wujud ini niscaya terjadi. Allah SWT sudah membuat Zakaria sebelumnya dan dia pun sebelumnya tidak pernah ada. Segala sesuatu diciptakan Allah SWT spesialuntuk dengan kehendak-Nya:
"Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu spesialuntuklah herkata kepadanya: 'Jadilah!', maka jadilah ia. " (QS. Yasin: 82)
Hati Nabi Zakaria dipenuhi rasa syukur kepada Allah SWT dan ia pun memuji-Nya. Lalu ia meminta kepada Allah SWT biar memdiberinya tanda-tanda:
"Zakaria berkata: Ya Tuhanku, diberilah suatu tanda.' Tuhan berfirman: 'Tanda bagimu yaitu bahwa engkau tidak sanggup bercakap-cakap dengan insan selama tiga malam, padahal engkau sehat.' Maka ia keluar dari mihrab menuju kaumnya, kemudian ia memdiberi aba-aba kepada mereka; hendaklah engkau bertasbih di waktu pagi dan petang." (QS. Maryam: 10-11)
Allah SWT memdiberitahunya bahwa akan terjadi tiga hari di mana di dalamnya ia tidak bisa berbicara, padahal ketika itu ia sehat-sehat saja tidak sakit. Jika hal ini terjadi padanya, maka hendaklah ia yakin bahwa istrinya hamil dan bahwa mukjizat Allah SWT benar-benar terwujud. Kemudian hendaklah ketika itu ia berbicara kepada insan melalui aba-aba dan banyak bertasbih kepada Allah SWT di waktu pagi dan sore.
Zakaria keluar pada suatu hari kepada insan dan hatinya dipenuhi dengan syukur. Ia ingin berbicara dengan mereka namun ia mengetahui bahwa ia tidak bisa berbicara. Zakaria mengetahui bahwa mukjizat Allah SWT sudah terwujud kemudian ia mengisyaratkan kepada kaumnya biar mereka bertasbih kepada Allah SWT di waktu pagi dan sore. Ia pun selalu bertasbih kepada Allah SWT dalam hatinya. Zakaria mencicipi kegembiraan yang sangat dalam. Malaikat memdiberitahunya ihwal kelahiran seorang anak lelaki yang Allah SWT menamakannya Yahya. Untuk pertama kalinya kita di hadapan seorang anak yang ayahnya tidak mempersembahkan nama kepadanya dan ibunya pun tidak memilihkan nama untuknya, tetapi Allah SWT-lah yang memdiberinya nama. melaluiataubersamaini kemuliaan yang agung ini, Allah SWT memberikan diberita besar hati kepada Zakaria bahwa anaknya Yahya akan membenarkan kalimat Allah SWT dan akan menjadi seorang yang mulia dan seorang Nabi dari orang-orang yang saleh.
Zakaria gemetar, sebab saking gembiranya. Air matanya mulai berlinangan dan jenggotnya yang putih mulai basah. Ia salat kepada Allah SWT sebagai tanda syukur atas pengkabulan doanya dan kelahiran Yahya.

<< Kisah Nabi & Rosul

0 komentar

Posting Komentar