Selasa, 12 Februari 2019

Kisah Nabi Uzair As



Allah SWT berfirman:
"Atau apakah (engkau tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) sudah roboh menutupi atapnya. Dia berkata: 'Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?', maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya: 'Berapa usang hamu tinggal di sini ?' Ia menjawaban: 'Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari.' Allah berfirman: 'Sebenarnya engkau tinggal di sini selama seratus tahun lamanya; lihatlah kepada masakan dan minumanmu yang belum berubah; dan lihatlah kepada keledaimu itu (yang sudah menjadi tulang-belulang): Kami akan mengakibatkan engkau tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang-belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging.' Maka tatkala sudah kasatmata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang sudah mati) dia pun berkata: 'Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.'" (QS. al-Baqarah: 256)
Yang terkenal berdasarkan kaum salaf dan kaum khalaf bahwa Uzair ialah satria dalam kisah ini yang diceritakan oleh Allah SWT. Dikatakan bahwa Uzair ialah seorang Nabi dari nabi-nabi Bani Israil. Dia-lah yang menjaga Taurat, kemudian terjadilah insiden yang sangat mengagumkan padanya. Allah SWT sudah mematikannya selama seratus tahun kemudian ia dibangkitkan kembali. Selama Uzair pulas satu kala penuh, terjadilah peperangan yang didalangi oleh Bakhtansir di mana ia memperabukan Taurat. Tidak ada sesuatu pun yang tersisa kecuali yang dijaga oleh kaum lelaki. Mukjizat yang terjadi pada Nabi Uzair ialah sumber fitnah yang luar biasa di tengah kaumnya.
Pada suatu hari, tampak bahwa cuaca sangat gerah dan segala sesuatu merasa kehausan. Sementara itu, desa yang ditinggali oleh Uzair hari itu tampak damai alasannya ialah sedang melalui trend gerah di mana sedikit sekali aktifitas di dalamnya. Uzair berpikir bahwa kebunnya butuh untuk diairi. Kebun itu cukup jauh dan jalan menuju ke sana sangat berat dan disela-selai dengan kuburan. Sebelumnya, daerah itu ialah kota yang indah dan ramai di mana penghuninya cukup asyik tinggal di dalamnya kemudian ia menjadi kota mati.
Uzair berpikir dalam hatinya bahwa pohon-pohon di kebunnya pasti mencicipi kehausan kemudian ia tetapkan untuk pergi memdiberinya minum. Hamba yang saleh dan salah seorang nabi dari Bani Israil ini pergi dari desanya. Matahari tampak masih gres memasuki waktu siang. Uzair menunggang keledainya dan memulai perjalanannya. Beliau tetap berjalan hingga hingga di kebun. Beliau mengetahui bahwa pohon-pohonnya tampak kehausan dan tanahnya tampak terbelah dan kering. Uzair menyirami kebunya dan ia memetik dari kebun itu buah tin (sebagian buah tin) dan mengambil pohon anggur. Beliau meletakkan buah tin di satu keranjang dan meletakkan buah anggur di keranjang yang lain. Kemudian ia kembali dari kebun sehingga keledai yang dibawanya berjalan di tengah-tengah terik matahari.
Di tengah-tengah perjalanan, Uzair berpikir wacana tugasya yang harus dilakukan besok. Tugas pertama yang harus dilakukannya ialah mengeluarkan Taurat dari daerah persembunyiannya dan meletakkannya di daerah ibadah. Beliau berpikir untuk membawa masakan dan mernikirkan wacana anaknya yang masih kecil, di mana ia teringat oleh senyumannya yang manis, dan ia pun terus berjalan dan semakin cepat. Beliau menginginkan keledainya untuk berjalan lebih cepat.
Lalu Uzair hingga di suatu kuburan. Udara gerah ketika itu semakin menyengat dan keledai tampak kepayahan. Tubuhnya diselimuti dengan keringat yang tampak menyala alasannya ialah tertimpa sinar matahari. Keledai itu pun mulai memperlambat langkahnya ketika hingga di kuburan. Uzair berkata kepada dirinya: Mungkin saya lebih baik berhenti sebentar untuk diberistirahat, dan saya akan mengistirahatkan keledai. Lalu saya akan makan siang. Uzair turun dari keledainya di salah satu kuburan yang rusak dan sepi. Semua desa itu menjadi kuburan yang hancur dan sunyi. Uzair mengeluarkan piring yang dibawanya dan duduk di suatu naungan. Ia mengikat keledai di suatu dinding, kemudian ia mengeluarkan sebagian roti kering dan menaruhnya di sampingnya. Selanjutnya, ia memeras di piringnya anggur dan meletakkan roti yang kering itu di bawah perasan anggur. Uzair menyandarkan punggungnya di dinding dan agak menjulurkan kakinya. Uzair menunggu hingga roti itu tidak kering dan tidak keras. Kemudian Uzair mulai mengamati keadaan di sekelilinginya dan tampak keheningan dan kehancuran mencakup daerah itu: rumah-rumah hancur acak-acakan dan tampak tiang-tiang pun akan hancur, pohon-pohon sedikit saja terdapat di daerah itu yang tampak akan mati alasannya ialah kehausan, tulang-tulang yang mati yang dikuburkan di sana bermetamorfosis tanah. Alhasil, keheningan menyeliputi daerah itu. Uzair mencicipi betapa kerasnya kehancuran di situ dan ia bertanya dalam dirinya sendiri: bagaimana Allah SWT menghidupkan tiruana ini setelah kematiannya? "Bagaimana Allah menghidupkan hembali negm ini setelah hancur?"
Uzair bertanya: bagaimana Allah SWT menghidupkan tulang-tulang ini setelah kematiannya, di mana ia bermetamorfosis sesuatu yang mirip tanah. Uzair tidak mencurigai bahwa Allah SWT bisa menghidupkan tulang-tulang ini, tetapi ia menyampaikan yang demikian itu alasannya ialah rasa heran dan kekaguman. Belum usang Uzair merigatakan kalimatnya itu sehingga ia mati. Allah SWT mengutus malaikat maut padanya kemudian rohnya dicabut sementara keledai yang dibawanya masih ada di tempatnya ketika melihat tuannya sudah tidak lagi berdaya. Keledai itu tetap di tempatnya sehingga matahari karam kemudian hadirlah waktu Subuh. Keledai berusaha berpindah dari tempatnya tetapi ia terikat. Ia pun masih ada di tempatnya dan tidak bisa melepaskan ikatannya sehingga ia mati kelaparan.
Kemudian penduduk desa Uzair merasa gelisah dan mereka ramai-ramai mencari Uzair di kebunnya, tetapi di sana mereka tidak menemukannya. Mereka kembali ke desa dan tidak menemukannya. Lalu mereka tetapkan beberapa kelompok untuk mencarinya. Akhirnya, kelompok-kelompok ini mencari ke segala penjuru tetapi mereka tidak menemukan Uzair dan tidak menemukan keledainya. Kelompok-kelompok ini melewati kuburan yang di situ Uzair meninggal, namun mereka tidak berhenti di situ. Tampak bahwa di daerah itu spesialuntuk diliputi keheningan. Seandainya Uzair ada di sana pasti mereka akan mendengar suaranya. Kemudian kuburan yang hancur ini sangat menyeramkan bagi mereka, alasannya ialah itu mereka tidak mencari di dalamnya.
Lalu silamlah hari demi hari, dan orang-orang frustasi dari mencari Uzair, dan anak-anaknya merasa bahwa mereka tidak akan melihat Uzair kedua kalinya dan istrinya mengetahui bahwa Uzair tidak bisa lagi memelihara anaknya dan menuangkan rasa cintanya kepada mereka sehingga istrinya itu menangis usang sekali. Sesuai dengan perjalanan waktu, maka air mata pun menjadi kering dan penderitaan makin berkurang. Akhirnya, insan mulai melupakan Uzair dan mereka tetap menjalankan kiprah mereka masing-masing. Dan berjalanlah tahun demi tahun dan masyarakat mulai melupakan Uzair kecuali anaknya yang paling kecil dan seorang perempuan yang bekerja di rumah mereka di mana Uzair sangat cinta kepadanya. Usia perempuan itu dua puluh tahun ketika Uzair keluar dari desa.
Berlalulah sepuluh tahun, dua puluh tahun, delapan puluh tahun, sembilan puluh tahun sehingga hingga satu kala penuh. Allah SWT berkehendak untuk membangkitkan Uzair kembali. Allah SWT mengutus seorang malaikat yang meletakkan cahaya pada hati Uzair sehingga ia melihat bagaimana Allah SWT menghidupkan orang-orang mati. Uzair sudah mati selama seratus tahun. Meskipun demikian, ia sanggup berubah dari tanah menjadi tulang, menjadi daging, dan kemudian menjadi kulit. Allah SWT membangkitkan di dalamnya kehidupan dengan perintah-Nya sehingga ia bisa berdiri dan duduk di tempatnya dan memperhatikan dengan kedua matanya apa yang terjadi di sekelilingnya.
Uzair bangun dari janjkematian yang dijalaninya selama seratus tahun. Matanya mulai memandang apa yang ada di sekelilingnya kemudian ia melihat kuburan di sekitarnya. Ia mengingat-ingat bahwa ia sudah terpulas. Ia kembali dari kebunnya ke desa kemudian terpulas di kuburan itu. INI insiden yang dialaminya. Matahari berkemas-kemas untuk karam sementara ia masih terpulas di waktu Dzuhur. Uzair berkata dalam dirinya: Aku terpulas cukup lama. Barangkali semenjak Dzuhur hingga Maghrib. Malaikat yang diutus oleh Allah SWT membangunkannya dan bertanya: "Berapa usang engkau tinggal di sini?"
Malaikat bertanya kepadanya: "Berapa jam engkau pulas?" Uzair menjawaban: "Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari." Malaikat vang mulia itu berkata kepadanya: "Sebenarnya engkau tinggal di sini selama seratus tahun lamanya. " Engkau pulas selama seratus tahun. Allah SWT mematikanmu kemudian menghidupkanmu biar engkau mengetahui jawabanan dari pertanyaannmu ketika engkau merasa heran dari kebangkitan yang dialami oleh orang-orang yang mati. Uzair mencicipi keheranan yang luar biasa sehingga tumbuhlah keimanan pada dirinya terhadap kekuasaan al-Khaliq (Sang Pencipta). Malaikat berkata sambil menunjuk masakan Uzair: "Lihatlah kepada masakan dan minumanmu yang belum berubah."
Uzair melihat buah tin itu kemudian ia mendapatinya mirip tiruanla di mana warnanya tidak berubah dan rasanya pun tidak berubah. Telah silam seratus tahun tetapi bagaimana mungkin masakan itu tidak berubah? Lalu Uzair melihat piring yang di situ ia memeras buah anggur dan meletakkan di dalamnya roti yang kering, dan ia mendapatinya mirip tiruanla di mana minuman anggur itu masih layak untuk diminum dan roti pun masih tampak mirip tiruanla, di mana kerasnya dan keringnya roti itu sanggup dihilangkan ketika dicampur dengan perasan anggur. Uzair mencicipi keheranan yang luar biasa, bagaimana mungkin seratus tahun terjadi sementara perasan anggur itu tetap mirip tiruanla dan tidak berubah. Malaikat merasa bahwa seolah-olah Uzair masih belum percaya atas apa yang dikatakannya. Karena itu, malaikat menunjuk keledainya sambil berkata: "Dan lihatlah kepada keledaimu itu (yang sudah menjadi tulang-belulang)."
Uzair pun melihat ke keledainya tetapi ia tidak mendapati kecuali ia tanah dari tulang-tulang keledainya. Malaikat berkata kepadanya: "Apakah engkau ingin melihat bagaimana Allah SWT membangkitkan orang-orang yang mati? Lihatlah ke tanah yang di situ terletak keledaimu." Kemudian malaikat memanggil tulang-tulang keledai itu kemudian atom-atom tanah itu memenuhi panggilan malaikat sehingga ia mulai berkumpul dan bergerak dari setiap arah kemudian terbentuklah tulang-tulang. Malaikat memerintakan otot-otot syaraf daging untuk bersatu sehingga daging menempel pada tulang-tulang keledai. Sementara itu, Uzair memperhatikan tiruana proses itu. Akhirnya, terbentuklah tulang dan tumbuh di atasnya kulit dan rambut.
Alhasil, keledai itu kembali mirip tiruanla setelah menjalani kematian. Malaikat memerintahkan biar roh keledai itu kembali kepadanya dan keledai pun berdiri dan berdiri. Ia mulai mengangkat buntutnya dan bersuara. Uzair menyaksikan gejala kebemasukan Allah SWT tersebut terjadi di depannya. Ia melihat bagaimana mukjizat Allah SWT yang berupa kebangkitan orang-orang yang mati setelah mereka menjadi tulang belulang dan tanah. Sesudah melihat mukjizat yang terjadi di depannya, Uzair berkata: "Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. "
Uzair berdiri dan menunggangi keledainya menuju desanya. Allah SWT berkehendak untuk mengakibatkan Uzair sebagai gejala kebemasukan-Nya kepada masyarakat dan mukjizat yang hidup yang menjadi saksi atas kebenaran kebangkitan dan hari kiamat. Uzair memasuki desanya pada waktu Maghrib. Ia tidak percaya melihat perubahan yang terjadi di desanya di mana rumah-rumah dan jalan-jalan sudah berubah, begitu juga insan dan bawah umur yang dijumpainya. Tak seorang pun di situ yang mengenalinya. sebaliknya, ia pun tidak mengenali mereka. Uzair meninggalkan desanya ketika ia berusia empat puluh tahun dan kembali kepadanya dan usianya masih empat puluh tahun. Tetapi desanya sudah menjalani waktu seratus tahun sehingga rumah-rumah sudah hancur dan jalan-jalan pun sudah berubah dan wajah-wajah gres menghiasi daerah itu.
Uzair berkata dalam dirinya: Aku akan mencari seorang lelaki renta atau perempuan renta yang masih mengingat aku. Uzair terus mencari sehingga ia menemukan pemmenolongnya yang ditinggalnya ketika berusia dua puluh tahun. Kini, usia pemmenolong itu mencapai seratus dua puluh tahun di mana kekuatannya sudah sangat merosot dan giginya sudah ompong dan matanya sudah lemah. Uzair bertanya kepadanya: "Wahai perempuan yang baik, di mana rumah Uzair." Wanita itu menangis dan berkata: "Tak seorang pun vang mengingatnya. Ia sudah keluar semenjak seratus tahun dan tidak kembali lagi. Semoga Allah SWT merahmatinya." Uzair berkata kepada perempuan itu: "Sungguh saya ialah Uzair. Tidakkah engkau mengenal aku? Allah SWT sudah mematikan saya selama seratus tahun dan sudah membangkitkan saya dari kematian." perempuan itu keheranan dan tidak mempercayai omongan itu. Wanita itu berkata: "Uzair ialah seseorang yang doanya dikabulkan. Kalau engkau memang Uzair, maka berdoalah kepada Allah SWT biar saya sanggup melihat sehingga saya sanggup berjalan dan mengenalmu." Lalu Uzair berdoa untuk perempuan itu sehingga Allah SWT mengembalikan penglihatan matanya dan kekuatannya. Wanita itu pun mengenali Uzair. Lalu ia segera berlari di negeri itu dan berteriak: "Sungguh Uzair sudah kembali." Mendengar teriakan perempuan itu, masyarakat resah dan merasa heran. Mereka mengira bahwa perempuan itu sudah gila.
Kemudian diadakan pertemuan yang dihadiri orang-orang cendekia dan para ulama. Dalam majelis itu juga dihadiri oleh cucu Uzair di mana ayahnya sudah meninggal dan si cucu itu sudah berusia tujuh puluh tahun sedangkan kakeknya, Uzair, masih berusia empat puluh tahun. Di majelis itu mereka rnendengarkan kisah Uzair kemudian mereka tidak mengetahui apakah mereka akan mempercayainya atau mengingkarinya. Salah seorang yang cendekia bertanya kepada Uzair: "Kami mendengar dari ayah-ayah kami dan kakek-kakek kami bahwa Uzair ialah seorang Nabi dan ia bisa menghafal Taurat. Sungguh Taurat sudah hilang dari kita dalam peperangan Bukhtunnashr di mana mereka membakarnya dan membunuh para ulama dan para pembaca Kitab suci itu. Ini terjadi seratus tahun kemudian yang engkau katakan bahwa engkau menjalani janjkematian atau engkau pulas. Seandainya engkau menghafal Taurat, pasti kami akan percaya bahwa engkau ialah Uzair."
Uzair mengetahui bahwa tak seorang pun dari Bani Israil yang bisa menghafal Taurat. Uzair sudah menyembunyikan Taurat itu dari perjuangan musuh untuk menghancurkannya. Uzair duduk di bawah naungan pohon sedangkan Bani Israil berada di sekitarnya. Lalu Uzair menghapusnya abjad demi abjad hingga final kemudian ia berkata dalam dirinya: Aku kini akan mengeluarkan Taurat yang sudah saya simpan. Uzair pergi ke suatu daerah kemudian ia mengeluarkan Taurat di mana kertas yang terisi Taurat itu sudah rusak. Ia mengetahui mengapa Allah SWT mematikannya selama seratus tahun dan membangkitkannya kembali. Kemudian tersebarlah diberita wacana mukjizat Uzair di tengah-tengah Bani Israil. Mukjizat tersebut membawa fitnah yang besar bagi kaumnya. Sebagian kaumnya mengklaim bahwa Uzair ialah anak Allah. Allah SWT berfirman:
"Orang-orang Yahudi berkata: 'Uzair ialah anak Allah.'" (QS. At-taubah: 30)
Mula-mula mereka membandingkan antara Musa dan Uzair dan mereka berkata: "Musa tidak bisa menhadirkan Taurat kepada kita kecuali di dalam kitab sedangkan Uzair bisa menhadirkannya tanpa melalui kitab." Sesudah perbandingan yang salah ini, mereka menyimpulkan sesuatu yang keliru di mana mereka menisbatkan kepada nabi mereka hal yang sangat tidak benar. Mereka mengklaim bahwa dia ialah anak Tuhan. Maha Suci Allah dari tiruana itu:
"Tidak layak bagi Allah memiliki anak, Maha Suci Dia." (QS. Maryam: 35)

<< Kisah Nabi & Rosul

0 komentar

Posting Komentar