Selasa, 12 Februari 2019

Kisah Nabi Saleh As



Berlalulah hari demi hari. Lahirlah sebagian laki-laki dan matilah sebagian yang lain. Sesudah kaum 'Ad, hadirlah kaum Tsamud. Lagi-lagi azab berulang kepada kaum Tsamud dalam bentuk yang lain. Kaum Tsamud juga menyembah berhala kemudian Allah SWT mengutus Nabi Saleh kepada mereka. Nabi Saleh berkata kepada kaumnya:
"Wahai kaumku, sembahlah Allah yang tiada Tuhan lain bagi kalian selain-Nya. " (QS. Hud: 61)
Kalimat yang sama yang disampaikan oleh setiap nabi, dan kalimat tersebut tidak pernah berubah sebagaimana kebenaran tidak pernah berubah. Para pembesar kaum Nabi Saleh terkejut dengan apa yang dikatakannya. Beliau menyatakan bahwa ilahi mereka tidak mempunyai nilai yang berarti. Beliau melarang mereka untuk menyembahnya dan memerintahkan mereka spesialuntuk menyembah Allah SWT.
Dakwah Nabi Saleh cukup menggoncangkan masyarakat. Nabi Saleh populer dengan kejujuran dan kebaikan. Kaumnya sangat menghormatinya sebelum Allah SWT mengutusnya dan mempersembahkan wahyu padanya untuk berdakwah kepada mereka. Kaum Nabi Saleh berkata:
"Hai Saleh, bersama-sama engkau sebelum ini yaitu seorang di antara kami yang kami harapkan, apakah engkau melarang kami untuk menyembah apa yang disembah oleh bapak-bapak kami? Dan sesung­guhnya kami betul-betul dalam keraguan yang mengelisahkan terhadap agama yang engkau serukan kepada kami. " (QS. Hud: 62)
Renungkanlah bagaimana pandangan orang-orang kafir dari kaum Nabi Saleh: "Sesungguhnya engkau sangat kami harapkan lantaran kaluasan ilmumu, kematangan akalmu, kejujuranmu dan kebaikanmu. Kemudian hilanglah impian kami terhadapmu. Apakah engkau akan melarang kami untuk menyembah apa yang disembah oleh kakek-kakek kami. Alangkah celakanya! Kami tidak berharap engkau mencela tuhan-tuhan kami yang kami mendapati orang tua-orang renta kami menyembahnya."
Demikianlah kaum Nabi Saleh merasa resah di hadapan kebenaran dan mereka heran terhadap saudara mereka Saleh yang mengajak mereka untuk menyembah Allah SWT. Mengapa? Karena mereka tidak mempunyai alasan dan pemikiran yang benar. Mereka spesialuntuk beralasan bahwa kakek-kakek mereka menyembah tuhan-tuhan ini. Demikianlah taklid yang menimbulkan insan ter-jerumus dalam kesesatan. Dan Nabi hadir untuk menghilangkan taklid buta ini. Akidah tauhid disebarkan sebagai dakwah untuk membebaskan pikiran dari segala belenggu, yaitu suatu dakwah yang membebaskan nalar insan dari belenggu taklid, khurafat orang-orang doloe, dan khayalan tradisi yang mapan. INI dakwah tauhid yang menyuarakan kebebasan nalar dan segala bentuk kebebasan lainnya.
Dakwah tersebut tidak akan diperihal kecuali oleh orang-orang yang akalnya terpasung oleh pemikiran orang-orang doloe dan khayalan orang-orang tua. Meskipun dakwah Nabi Saleh disampaikan dengan penuh ketulusan, namun kaumnya tidak mempercayainya. Mereka justru mencurigai dakwahnya. Mereka menduga bahwa Nabi Saleh tersihir. Mereka meminta kepadanya biar ia menhadirkan mukjizat ynag menunjukan bahwa ia memang utusan Allah SWT. Allah SWT berkehendak untuk mengabulkan undangan mereka. Kaum Tsamud mengukir rumah-rumah besar dari pegunungan. Mereka memakai batu-batu besar untuk membangun. Mereka yaitu orang-orang yang berpengaruh yang Allah SWT membuka pintu rezeki bagi mereka dari segala hal. Mereka hadir setelah kaum 'Ad kemudian mereka tinggal di bumi dan memakmurkannya. Nabi Saleh berkata kepada kaumnya ketika mereka meminta mukjizat kepadanya:
"Hai kaumku, inilah unta betina dari Allah sebagai mukjizat (yang menunjukkan kebenaran) untukmu, lantaran itu biarkanlah dia, makan di bumi Allah, dan tidakbolehlah engkau mengganggunya dengan gangguan apa pun yang akan menimbulkan engkau ditimpa azab yang dekat." (QS. Hud: 64)
Yang dimaksud ayat dalam surah tersebut yaitu mukjizat. Diriwayatkan bahwa unta itu ialah mukjizat lantaran watu pegunungan pada suatu hari terpecah dan keluar darinya unta, dan keluar di belakangnya anaknya yang kecil. la lahir melalui cara yang tidak umum dalam proses kelahiran. Diriwayatkan juga bahwa ia ialah mukjizat lantaran ia minum air yang terdapat di sumur-sumur pada suatu hari kemudian binatang-binatang yang lain tidak berani mendekati air itu pada hari tersebut. Ada riwayat lain menyampaikan bahwa ia ialah mukjizat lantaran ia mengeluarkan susu yang mencukupi untuk digunakan minum oleh seluruh insan di hari di mana ia minum seluruh air sehingga tidak ada sedikit pun yang tersisa darinya. Unta ini ialah mukjizat di mana Allah SWT menyifatinya dengan sebutan: "naqatullah" (unta Allah). Itu berarti bahwa unta tersebut bukan unta biasa, namun ia merupakkan mukjizat dari Allah SWT. Allah SWT menurunkan perintah kepada Nabi Saleh biar dia melarang kaumnya untuk mengganggunya atau membunuhnya. Beliau memerintahkan mereka untuk membiarkannya, makan di bumi Allah SWT dan tidak menyakitinya. Beliau mengingatkan mereka bahwa ketika mereka mencoba untuk mengganggunya, maka mereka akan mendapat siksaan dalam waktu dekat.
Mula-mula kaum Tsamud sangat terheran-heran ketika melihat unta lahir dari batu-batuan pegunungan. Ia yaitu unta yang diberkati di mana susunya cukup untuk ribuan laki-laki, wanita, dan bawah umur kecil. Jika unta itu pulas di suatu tempat, maka binatang-binatang lain akan menyingkir darinya. Jelas sekali ia bukan unta biasa, namun ia ialah gejala kebemasukan dari Allah SWT. Unta itu hidup di tengah-tengah kaum Nabi Saleh. Berimanlah orang-orang yang diberiman di antara mereka dan sebagian besar mereka tetap berada dalam penentangan dan kekafiran. Kebencian terhadap Nabi Saleh menjelma kebencian kepada unta yang diberkati itu. Mulailah mereka membikin persekongkolan untuk melawan unta itu. Orang-orang kafir sangat membenci mukjizat yang agung ini dan mereka membuat rencana jahat untuk melenyapkannya. sepertiyang biasanya, para tokoh-tokoh kaumnya berkumpul untuk menciptakan, makar. Allah SWT berfirman:
"Dan (Kami sudah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka, Saleh. Ia berkata: 'Hat kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya sudah hadir bukti yang positif kepadamu dari Tuhanmu. Unta betina Allah ini menjadi tanda bagimu, maka biarkanlah dia, makan di bumi Allah, dan tidakbolehlah engkau mengganggunya, dengan gangguan apa pun, (yang karenanya) engkau akan ditimpa siksaan yang pedih. Dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan mengakibatkan engkau pengganti-pengganti (yang berkuasa) setelah kaum 'Ad dan mempersembahkan daerah bagimu di bumi. Kamu dirikan istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan engkau pahat pegunungan-pegunungannya untuk dijadikan rumah;, maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan tidakbolehlah engkau merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan. Pemuka-pemuka yang menyombongkan diri di antara kaumnya berkata kepada orang-orang yang dianggap lemah yang sudah diberiman di antara mereka: 'Tahukah engkau bahwa Saleh diutus (menjadi rasul) oleh Tuhannya ?' Mereka menjawaban: 'Sesungguhnya kami diberiman kepada wahyu yang Saleh diutus untuk menyampaikannya.' Orang-orang yang menyombongkan diri berkata: 'Sesungguhnya kami yaitu orang yang tidak percaya kepada apa yang engkau imani itu." (QS. al-AVaf: 73-76)
Nabi Saleh menyeru kaumnya dengan penuh kasih akung dan cinta. Beliau mengajak mereka untuk spesialuntuk menyembah Allah SWT dan mengingatkan mereka bahwa Allah SWT sudah mengeluarkan mukjizat bagi mereka, yaitu unta. Mukjizat itu sebagai bukti akan kebenaran dakwahnya. Beliau memohon kepada mereka biar mereka membiarkan unta itu memakan dari hasil bumi, dan setiap bumi yaitu bumi Allah SWT. Beliau juga mengingatkan mereka biar tidakboleh hingga mengganggunya lantaran yang demikian itu dikhawatirkan akan menhadirkan azab bagi mereka. Bahkan dia mengingatkan mereka dengan nikmat-nikmat Allah SWT yang turun kepada mereka: "Bagaimana Dia mengakibatkan mereka penguasa-penguasa yang hadir setelah kaum 'Ad, bagaimana Dia memdiberi mereka istana dan pegunungan-pegunungan yang terukir serta aneka macam kenikmatan dan kekuatan."
Demikianlah yang dilakukan oleh Nabi Saleh namun kaumnya justru menjawabannya dengan jawabanan yang guah. Mereka tidak menghiraukan pesan yang tersirat Nabi mereka. Mereka menemui orang-orang yang diberiman kepada Nabi Saleh. Mereka bertanya dengan pertanyaan yang tujuan untuk merendahkan dan mengejek: "Apakah kalian mengetahui bahwa Saleh seseorang yang diutus dari Tuhan­nya?" Pertanyaan ini tidak pantas dikemukakan setelah mereka melihat mukjizat unta. Alhasil, mereka merendahkan pengikut Nabi Saleh dan mengejeknya.
Sekelompok kecil yang diberiman kepada Nabi Saleh berkata: "Sesungguhnya kami percaya dengan apa yang dibawa oleh Nabi Saleh." Perhatikanlah jawabanan orang-orang mukmin. Jawaban terse­but sangat berperihalan dengan jawabanan para pembesar dari kaum Nabi Saleh. Para pembesar itu justru mencurigai kenabian Saleh sedangkan orang-orang mukmin itu menegaskan kepercayaan mereka terhadap kebenaran yang dibawa oleh Nabi Saleh.
Kebenaran yang dibawa oleh Nabi Saleh tidak bekerjasama dengan unta itu, namun bekerjasama dengan dakwahnya dan ajarannya. Mereka mengatakan: "Kami mengimani apa yang dibawa oleh Nabi Saleh," dan mereka tidak mengatakan: "Kami diberiman kepada untanya." Mereka tidak menyampaikan bahwa unta itu yang menetapkan kenabian Saleh. Orang-orang mukmin lebih memper­hatikan kebenaran fatwa yang dibawa oleh Nabi Saleh, bukan memperhatikan mukjizat yang luar biasa itu. Melalui obrolan tersebut kita sanggup melihat perilaku orang-orang kafir di mana mereka justru merasa mulia dengan penentangan terhadap kebenaran: "Orang-orang yang menyombongkan diri berkata: 'Sesungguhnya kami yaitu orang yang tidak percaya kepada apa yang engkau imani itu. "
Demikianlah penghinaan mereka, kesombongan mereka, dan kemarahan mereka. Rasa-rasanya sia-sia untuk mencari dalil yang sanggup memuaskan orang-orang kafir ketika berdialog dengan mereka. Mereka selalu menolak kebenaran, padahal mereka orang-orang yang merdeka dalam menentukan kebenaran itu.
Malam mulai menyelimuti kota Tsamud. Gunung-pegunungan yang kokoh menjulang dan melindungi rumah-rumah yang terukir di dalamnya. Dinyalakanlah lampu-lampu dalam istana yang terukir di pegunungan itu. Gelas-gelas minuman diputarkan di antara mereka. Tidak ada seorang pun dari tokoh-tokoh kaum yang tidak hadir dipertemuan penting itu. Dimulailah pertemuan dan terjadilah dia­log. Salah seorang kaflr berkata:
"Bagaimana kita akan mengikuti saja seorang insan (biasa) di antara kita? Sesungguhnya kalau kita begitu benar-benar dalam keadaan sesat dan gila. " (QS. al-Qamar: 24)
Sementara yang lain menjawaban:
"Apakah wahyu itu diturunkan kepadanya di antara kita? Sebenarnya dia yaitu seorang yang amat pendusta lagi sombong. " (OS. al-Oamar: 25)
(QS. al-Qamar: 25)
Gelas-gelas minuman kembali diputar di antara mereka, dan pembicaraan beralih dari Saleh ke unta Allah SWT. Salah seorang kafir berkata: "Jika hadir demam isu gerah, maka unta itu menhadiri lembah yang hirau taacuh sehingga binatang-binatang ternak yang lain lari darinya dan kegerahan." Seorang kafir lagi berkata: "Jika hadir demam isu hirau taacuh unta itu mencari daerah penghangat, kemudian ia istirahat di situ sehingga binatang-binatang ternak kita lari darinya dan menuju daerah yang hirau taacuh sehingga terancam kematian."
Gelas-gelas minuman kembali diputar dan bergoyang di tangan orang-orang yang meminum. Salah seorang yang duduk memerintahkan biar perempuan yang menyanyi berhenti dari nyanyiannya lantaran ia sedang berpikir. Kemudian kesunyian menghantui segala penjuru. Orang itu mulai berpikir sambil meminum dua gelas minuman keras, dan dengan bunyi pelan ia berkata: "Hanya ada satu cara." Orang-orang yang duduk di sekitarnya bertanya: "Bagaimana jalan keluarnya?" Tokoh mereka berkata: "Kita harus melenyapkan Saleh dari jalan kita. Yang saya maksud yaitu untanya. Kita harus membunuh untanya dan setelah itu kita akan membunuh Saleh." Demikanlah cara yang dilakukan orang-orang yang kafir sepanjang sejarah. Demikianlah senjata yang digunakan oleh mereka dalam menghadapi kebenaran. Mereka tidak memakai nalar sehat atau tubruk argumentasi, tapi mereka justru memakai kekuatan fisik. Bagi mereka, ini yaitu cara yang paling aman. Pembunuhan akan menuntaskan masalah. Namun salah seorang di antara mereka berkata: "Bukankah Saleh mengingatkan kita akan azab yang keras jikalau kita hingga menyakiti unta itu." Namun, orang-orang yang duduk di majelis itu segera memadamkan bunyi orang itu dengan dua gelas arak.
Kemudian percakapan dimulai ihwal Saleh: "Berapakali kita frustasi dan dibentuk kecewa olehnya. Sebaik-baik jalan yaitu membunuhnya. Mula-mula kita membunuh untanya setelah itu kita akan menghabisi Saleh." "Namun siapa gerangan yang berani membunuhnya?" Pertanyaan itu membuat keheningan di antara mereka. Sesudah beberapa saat, salah seorang mereka mengangkat suara: "Saya mengenal seseorang yang sanggup membunuh­nya." Lalu nama demi nama berputar di antara mereka sehingga mereka menyebut seorang penjahat yang selalu membikin kerusakan di muka bumi dan ia suka mabuk-mabukan. Ia mempunyai kelompok penjahat di kota.
"Dan di kota itu ada sembilan orang laki-laki yang membuat kerusakhan di muka bumi, dan mereka tidak berbuat kebaikan." (QS. an-Naml: 48)
Mereka yaitu alat-alat kejahatan. Mereka yaitu penjahat-penjahat kota yang terkenal. Mereka setuju untuk melakukan kejahatan. Kepetangan semakin menyelimuti pegunungan. Kemudian hadirlah malam tragedi. Unta yang diberkati itu sedang pulas dan mendekap anaknya yang kecil di dadanya. Anaknya yang kecil itu mencicipi kedinginan dan mendapat kehangatan di sisi ibunya. Sembilan orang penjahat tersebut sudah menyiapkan senjata mereka, pedang mereka dan tombak mereka. Mereka keluar di jasus malam, dan pemimpin mereka banyak minum khamer sehingga ia hampir tidak melihat apa yang di depannya.
"Maka mereka memanggil kawannya, kemudian kawannya menangkap (unta itu) dan membunuhnya." (QS. al-Qamar: 29)
Sembilan laki-laki itu menyerang unta itu, kemudian ia berdiri dan bangunlah anaknya dalam keadaan takut. Akhiranya, darah unta itu terkucur dan anaknya pun terbunuh. Nabi Saleh mengetahui apa yang terjadi, kemudian dia keluar dalam keadaan murka untuk menemui kaumnya. Beliau berkata kepada mereka: "Bukankah saya sudah mengingatkan biar kalian tidakboleh mengganggu unta itu." Mereka menjawaban: "Kami memang sudah membunuhnya, maka hadirkanlah siksaan kepada kami jikalau engkau mampu. Bukankah engkau berkata bahwa engkau termasuk utusan Tuhan." Nabi Saleh berkata kepada kaumnya:
"Bersukarialah engkau sekalian di rumahmu selama tiga hari. Itu yaitu kesepakatan yang tidak sanggup didustakan." (QS. Hud: 65)
Sesudah itu, Nabi Saleh meninggalkan kaumnya. Kemudian hadirlah kesepakatan Allah SWT untuk menghancurkan mereka setelah tiga hari. Berlalulah tiga hari siksaan atas orang-orang kafir dan mereka menunggu-nunggu azab yang hadir. Maka pada hari keempat langit terpecah melalui teriakan yang keras di mana teriakan itu menghancurkan pegunungan dan membinasakan apa saja yang ada di dalamnya. Kemudian bumi berguncang dan menghancurkan apa saja yang di atasnya. Itu yaitu satu teriakan saja yang membuat kaum Nabi Saleh hancur berantakan. Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya Kami akan mengirimkan unta betina sebagai cobaan bagi mereka, maka tunggulah (tindahan) mereka dan bersabarlah. Dan diberitakanlah kepada mereka bahwa bersama-sama air itu terbagi antara mereka (dengan unta bertina itu); tiap-tiap giliran minum dihadiri (oleh yang punya giliran). Maka, mereka memanggil kawannya, kemudian kawannya menangkap (unta itu) dan membunuhnya. Alangkah dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku. Sesungguhnya Kami menimpakan atas mereka satu bunyi yang keras mengguntur, maka jadilah mereka ibarat rumput-rumput kering (yang dikumpulkan oleh) yang punya sangkar binatang. " (QS. al-Qamar: 27-31)
Mereka hancur tiruana sebelum mengetahui apa yang terjadi. Sedangkan orang-orang yang diberiman bersama Nabi Saleh, mereka sudah meninggalkan daerah tersebut sehingga mereka selamat.

<< Kisah Nabi & Rosul

0 komentar

Posting Komentar