Selasa, 12 Februari 2019

Kisah Nabi Yunus As


Beliau yaitu Nabi yang mulia yang bemama Yunus bin Mata. Nabi Muhammad saw berkata: "Janganlah kalian membanding-bandingkan saya atas Yunus bin Mata."
Mereka menamakannya Yunus, Dzun Nun, dan Yunan. Beliau yaitu seorang Nabi yang mulia yang diutus oleh Allah SWT kepada kaumnya. Beliau menasihati mereka dan membimbing mereka ke jalan kebenaran dan kebaikan; ia mengingatkan mereka akan kedahsyatan hari tamat zaman dan menakut-nakuti mereka dengan neraka dan mengiming-imingi mereka dengan surga; ia memerintahkan mereka dengan kebaikan dan mengajak mereka spesialuntuk menyembah kepada Allah SWT.
Nabi Yunus senantiasa menasihati kaumnya namun tidak ada seorang pun yang diberiman di antara mereka. Datanglah suatu hari kepada Nabi Yunus di mana ia mencicipi keputusasaan dari kaumnya. Hatinya dipenuhi dengan perasaan murka pada mereka namun mereka tidak diberiman. Kemudian ia keluar dalam keadaan murka dan menetapkan untuk meninggalkan mereka. Allah SWT menceritakan hal itu dalam firman-Nya:
"Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, kemudian ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya) maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat petang: 'Bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, bekerjsama saya termasuk orang-orang yang lalim.'" (QS. al-Anbiya': 87)
Tidak ada seorang pun yang mengetahui gejolak perasaan dalam diri Nabi Yunus selain Allah SWT. Nabi Yunus tampak terpukul dan murka pada kaumnya. Dalam keadaan demikian, ia meninggalkan kaumnya. Beliau pergi ke tepi maritim dan menaiki bahtera yang sanggup memindahkannya ke tempat yang lain. Allah SWT belum mengeluarkan keputusan-Nya untuk meninggalkan kaumnya atau bersikap frustasi dari kaumnya. Yunus mengira bahwa Allah SWT mustahil menurunkan eksekusi kepadanya lantaran ia meninggalkan kaumnya. Saat itu Nabi Yunus seolah-olah lupa bahwa seorang nabi diperintah spesialuntuk untuk berdakwah di jalan Allah SWT. Namun keberhasilan atau tidak keberhasilan dakwah tidak menjadi tanggungjawabannya. Jadi, tugasnya spesialuntuk berdakwah di jalan Allah SWT dan menyerahkan sepenuhnya problem keberhasilan atau ketidakberhasilannya terhadap Allah SWT semata.
Terdapat bahtera yang berlabuh di pelabuhan kecil. Saat itu matahari tampak akan tenggelam. Ombak memukul tepi pantai dan memecahkan batu-batuan. Nabi Yunus melihat ikan kecil sedang berusaha untuk melawan ombak namun ia tidak mengetahui apa yang dilakukan. Tiba-tiba hadirlah ombak besar yang memukul ikan itu dan mengakibatkan ikan itu berbenturan dengan batu. Melihat bencana ini, Nabi Yunus mencicipi kesedihan. Nabi Yunus berkata dalam dirinya: "Seandainya ikan itu bersama ikan yang besar barangkali ia akan selamat. Kemudian Nabi Yunus mengingat-ingat kembali keadaannya dan bagaimana ia meninggalkan kaumnya. Akhirnya, kemarahan dan kesedihan ia bertambah.
Nabi Yunus pun menaiki bahtera dalam keadaan guncang jiwanya. Beliau tidak mengetahui bahwa ia lari dari ketentuan Allah SWT menuju ketentuan Allah SWT yang lain; ia tidak membawa masakan dan juga kantong yang meliputi bawaan atau perbekalan, dan tidak ada seorang pun dari kawan-kawannya yang menemaninya; ia benar-benar sendirian; ia melangkahkan kakinya di atas permukaan perahu.
Si nahkoda bahtera bertanya kepadanya: "Apa yang engkau inginkan?" Mendengar pertanyaan itu, Nabi Yunus pun bangkit: "Saya ingin untuk bepergian dengan perahu-perahu kalian. Apakah kita berlayar dalam waktu yang lama?" Nabi Yunus menampakkan bunyi yang penuh kemarahan, rasa takut, dan kegelisahan. Nahkoda itu berkata sambil mengangkat kepalanya: "Kita akan berlayar meskipun air tampak sedang pasang." Nabi Yunus berkata dengan mencoba sabar dan menyembunyikan kegelisahannya: "Tidakkah engkau menlampaui semoga tidakboleh hingga pasang itu terjadi wahai tuanku?" Si nahkoda berkata: "Laut kita biasanya terkena pasang, maka ia akan segera mereda ketika melihat seorang musafir yang mulia." Yunus bertanya: "Aku akan pergi bersama kalian dan berapa ongkos perjalanan?" Si nahkoda menjawaban: "Kami tidak mendapatkan ongkos selain emas." Yunus berkata: "Tidak jadi masalah."
Nahkoda itu memperhatikan Nabi Yunus. Ia yaitu seorang yang berpengalaman di mana ia sering mondar-mandir dari satu pelabuhan ke pelabuhan yang lain. Seringnya ia mengunjungi suatu tempat ke tempat yang lain menjadikannya seorang lelaki yang bisa menangkap perasaan manusia. Nahkoda itu mencicipi dan mengetahui bahwa Nabi Yunus lari dari sesuatu. Nahkoda itu membayangkan bahwa Nabi Yunus melaksanakan suatu kesalahan tetapi ia tidak berani untuk mengungkapkan kesalahan kepada pelakunya kecuali kalau pelakunya seorang yang bangkrut. Ia meminta kepada Nabi Yunus untuk membayar ongkos sebanyak tiga kali lipat dari vang biasa dibayar musafir. Nabi Yunus ketika itu mencicipi kesempitan dalam dadanya dan diliputi dengan kemarahan yang keras dan impian berpengaruh untuk meninggalkan negerinya sehingga ia pun mempersembahkan apa yang diminta oleh si nahkoda.
Nahkoda itu memperhatikan kepingan-kepingan emas yang ada di tangannya dan ia menggigit sebagaiannya dengan giginya. Barangkali ia akan menemukan potongan emas yang tiruan namun ia tidak menemukannya. Nabi Yunus spesialuntuk berdiri menyaksikan tiruana itu sementara dadanya tampak terombang-ambing: terkadang naik dan terkadang turun laksana ayunan. Nabi Yunus berkata: "Tuanku tentukan bagiku kamarku. Aku tampak letih dan ingin istirahat sebentar." Si nahkoda berkata: "Memang itu tampak di raut wajahmu. Itu kamarmu," sambil ia menunjuk dengan tangannya. Kemudian Nabi Yunus membaringkan diri di atas kasur dan ia berusaha untuk pulas tetapi usaspesialuntuk itu sia-sia. Adalah gambar ikan kecil yang hancur berbenturan dengan watu mengakibatkan ia tidak sanggup pulas dengan tenang. Nabi Yunus mencicipi bahwa atap kamar akan jatuh menimpa dirinya. Akhirnya, Nabi Yunus pulas di atas kasurnya di mana kedua bola matanya berputar-putar di atas atap kamar tetapi pandangan-pandangannya yang gelisah itu tidak menemukan tempat perlindungan. Tempat tinggalnya di kamar itu dan atapnya dan sisi-sisinya tampak tiruananya akan runtuh. Nabi Yunus pun mulai mengeluh dan berkata: "Demikian juga hatiku yang tergantung dalam jiwaku."
Demikianlah, terjadi suatu pergulatan penderitaan yang jago dalam diri Nabi Yunus ketika ia terbaring di atas ranjangnya. Penderitaan yang keras cukup memberatkannya sehingga ia pun berdiri kembali dari tempat pulasnya tanpa lantaran yang sanggup dipahami. Dan tibalah waktu pasang. Perahu melemparkan tali-talinya. Kemudian bahtera itu berjalan sepanjang siang dan ia memecah airnya dengan tenang, dan angin pun bertiup padanya dengan sangat lembut dan baik. Lalu jasus menyelimuti bahtera itu dan tiba-tiba lautan pun berubah. Bertiuplah angin yang cukup kencang yang sangat mengerikan yang nyaris menghancurkan bahtera dan bergolaklah ombak yang cukup dahsyat laksana orang yang kehilangan akalnya. Ombak itu meninggi bagaikan pegunungan dan menurun bagaikan lembah.
Mulailah gelombang ombak menyapu permukaan bahtera sehingga para awak bahtera itu pun mulai terkena air. Dan di belakang bahtera itu terdapat ikan paus yang besar yang mulai mengintai. Ia membuka mulutnya. Kemudian terdapat perintah kepada ikan paus itu untuk bergerak menuju permukaan laut. Ikan paus itu menaati perintah dari Allah SWT dan ia segera menuju permukaan laut. Ia mulai mengikuti bahtera itu sebagaimana perintah yang diterimanya. Angin yang keras tetap bertiup kemudian kepala bahtera mengisyaratkan dengan tangannya semoga beban bahtera dikurangi. Dan angin semakin bertiup kencang. Sementara itu, Nabi Yunus mencicipi ketakutan. Dalam pulasnya ia melihat segala sesuatu berguncang di kamarnya. Beliau berusaha berdiri tegak, tetapi tidak mampu. Kemudian kepala bahtera berteriak dan berkata: "Sungguh angin ribut bertiup tidak menyerupai biasanya. Bersama kita seseorang lelaki yang salah sehingga alhasil angin ini bertiup dengan kencang. Kita akan melaksanakan undian pada tiruana awak. Barangsiapa yang namanya keluar kami akan memmembuangnya ke lautan."
Nabi Yunus mengetahui bahwa ini yaitu tradisi dari tradisi-tradisi yang biasa dilakukan oleh awak bahtera kalau mereka menghadapi angin yang keras. Tetapi ketika itu ia terpaksa harus meng-ikutinya. Episode penderitaan Nabi Yunus akan dimulai. Beliau yaitu seorang Nabi yang mulia tetapi harus tunduk pada aturan ala berhala yang menganggap bahwa lautan memiliki tuhan. melaluiataubersamaini kepercayaan itu, mereka meyakini bahwa bertiupnya angin yang kencang akhir murka dari tuhan. Oleh lantaran itu, harus diadakan upaya untuk menenangkan dan memuaskan tuhan-tuhan yang mereka yakini itu. Nabi Yunus pun terpaksa mengikuti undian itu. Nama ia dimasukkan bersama dengan nama penumpang lainya, dan dilakukanlah undian. Yang keluar justru namanya. Lalu diadakan undian yang kedua, dan kali ini pun yang keluar nama Nabi Yunus. Akhirnya, diadakan undian yang ketiga. Lagi-lagi yang keluar nama Nabi Yunus. Kemudian diputuskan bahwa Nabi Yunus harus dimembuang ke lautan. Saat itu para awak penumpang memperhatikan Nabi Yunus. Nabi Yunus mengetahui bahwa ia berbuat kesalahan ketika meninggalkan kaumnya dalam keadaan marah. Nabi Yunus mengira bahwa Allah SWT tidak akan menurunkan eksekusi padanya. Namun ia dianggap salah lantaran meninggalkan kaumnya tanpa izin-Nya. Allah SWT mempersembahkan pelajaran kepadanya.
Nabi Yunus berdiri di samping bahtera dan melihat lautan yang dipenuhi dengan ombak yang mengerikan. Dunia ketika itu petang dan di sana tidak ada cahaya bulan. Bintang-bintang bersembunyi di balik kepetangan. Warna air tampak petang dan hawa hambar menembus tulang. Alhasil, air menutupi segala sesuatu. Kemudian nahkoda bahtera berteriak: "Lompatlah wahai musafir yang misterius." Tiupan angin semakin kencang. Nabi Yunus berusaha menjaga keseimbangannya, dan ia menampakkan keberaniannya ketika ingin terjun ke lautan. Nabi Yunus pun terjun dan berada di permukaan lautan laksana sampang yang mengambang. Ikan paus berada di depannya. Ikan itu mulai tersenyum lantaran Allah SWT sudah mengirim padanya masakan malam. Kemudian ikan itu menangkap Nabi Yunus di tengah-tengah ombak. Kemudian ikan itu kembali ke dasar lautan. Ikan itu kembali dalam keadaaan puas setelah memenuhi perutnya.
Nabi Yunus sangat terkejut ketika mendapati dirinya dalam perut ikan. Ikan itu membawanya ke dasar lautan dan lautan membawanya ke jasus malam. Tiga kepetangan: jasus di dalam perut ikan, jasus di dasar lautan, dan jasus malam. Nabi Yunus mencicipi bahwa dirinya sudah mati. Beliau mencoba menggerakan panca inderanya dan anggota tubuhnya masih bergerak. Kalau begitu, ia masih hidup. Beliau terpenjara dalam tiga kepetangan.
Yunus mulai menangis dan bertasbih kepada Allah. Beliau mulai melaksanakan perjalanan menuju Allah ketika ia terpenjara di dalam tiga kepetangan. Hatinya mulai bergerak untuk bertasbih kepada Allah, dan lisannya pun mulai mengikutinya. Beliau mengatakan: "Tiada Tuhan selain Engkau ya Allah. Wahai Yang Maha Suci. Sesungguhnya saya termasuk orang yang menganiaya diri sendiri." (QS. Hud: 87)
Ketika terpenjara di perut ikan, ia tetap bertasbih kepada Allah SWT. Ikan itu sendiri tampak kelelahan ketika harus berenang cukup jauh. Kemudian ikan itu terpulas di dasar lautan. Sementara itu, Nabi Yunus masih bertasbih kepada Allah SWT. Beliau tidak henti-hentinya bertasbih dan tidak henti-hentinya menangis. Beliau tidak makan, tidak minum, dan tidak bergerak. Beliau berpuasa dan berbuka dengan tasbih. Ikan-ikan yang lain dan tumbuh-tumbuhan dan tiruana makhluk yang hidup di dasar lautan mendengar tasbih Nabi Yunus. Tasbih itu berasal dari perut ikan paus ini. Kemudian tiruana makhluk-makhluk itu berkumpul di sekitar ikan paus itu dan mereka pun ikut bertasbih kepada Allah SWT. Setiap dari mereka bertasbih dengan caranya dan bahasanya sendiri.
Ikan paus yang memakan Nabi Yunus itu terbangun dan mendengar suara-suara tasbih begitu riuh dan gemuruh. Ia menyaksikan di dasar lautan terjadi suatu perayaan besar yang dihadiri oleh ikan-ikan dan hewan-hewan lainya, bahkan batu-batuan dan pasir tiruananya bertasbih kepada Allah SWT dan ia pun tidak ketinggalan ikut serta bersama mereka bertasbih kepada Allah SWT. Dan ia mulai menyadari bahwa ia sedang menelan seorang Nabi. Ikan paus itu mencicipi ketakutan tetapi ia berkata dalam dirinya mengapa saya takut? Bukankah Allah SWT yang memerintahkan saya untuk memakannya. Nabi Yunus tetap tinggal di perut ikan selama beberapa waktu yang kita tidak mengetahui batasannya. Selama itu juga ia selalu memenuhi hatinya dengan bertasbih kepada Allah SWT dan selalu menampakkan penyesalan dan menangis: "Tiada Tuhan selain Engkau ya Allah Yang Maha Suci. Sesungguhnya saya termasuk orang yang menganiaya diri sendiri." Allah SWT melihat ketulusan taubat Nabi Yunus. Allah SWT mendengar tasbihnya di dalam perut ikan. Kemudian Allah SWT menurunkan perintah kepada ikan itu semoga mengeluarkan Yunus ke permukaan maritim dan memmembuangnya di suatu pulau yang ditentukan oleh Allah SWT.
Ikan itu pun menaati perintah Ilahi. Tubuh Nabi Yunus mencicipi kegerahan di perut ikan. Beliau tampak sakit, kemudian matahari bersinar dan menyentuh badannya yang kegerahan itu. Beliau berteriak lantaran tidak kuatnya menahan rasa sakit namun ia bisa menahan diri dan kembali bertasbih. Kemudian Allah SWT menumbuhkan pohon Yaqthin, yaitu pohon yang daun-daunnya lebar yang sanggup melindungi dari sinar matahari. Dan Allah SWT menyembuhkannya dan mengampuninya. Allah SWT memdiberitahunya bahwa kalau bukan lantaran tasbih yang diucapkannya pasti ia akan tetap tinggal di perut ikan hingga hari kiamat.
Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya Yunus diberiar-benar salah seorang rasul. (Ingatlah) ketika ia lari ke kapal yang penuh muatan, kemudian ia ikut berundi kemudian dia termasuk orang-orang yang kalah dalam undian. Maka ia ditelan oleh ihan besar dalam keadaan tercela. Maka kalau sekiranya ia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, pasti ia akan tetap tinggal di perut ikan itu hingga hari berbangkit. Kemudian Kami lemparkan dia ke kawasan yang tandus, sedang ia dalam keadaan sakit. Dan kami tumbuhkan untuk dia sebatang pohon dari jenis labu. Dan Kami utus dia kepada seratus orang atau lebih. Lalu mereka diberiman, lantaran itu Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu yang tertentu." (QS. ash-Shaffat: 139-148)
"Dan (ingatlah kisah) Dzunnun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, kemudian mereka menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat petang: 'Bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, bekerjsama saya yaitu orang-orang yang lalim.' Maka Kami sudah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang diberiman." (QS. al-Anbiya': 87-88)
Kita kini ingin mengulas problem yang berdasarkan ulama disebut sebagai dosa Nabi Yunus. Apakah Nabi Yunus melaksanakan suatu dosa dalam pengertian yang hakiki, dan apakah para nabi memang berdosa? Jawabannya adalah: Para nabi yaitu orang-orang yang maksum tetapi kemaksuman ini tidak berarti bahwa mereka tidak melaksanakan sesuatu yang berdasarkan Allah SWT itu pantas mendapatkan celaan (hukuman). Makara masalahnya agak relatif. Menurut orang-orang yang akrab dengan Allah SWT: Kebaikkan orang-orang yang baik dianggap keburukaan bagi al-Muqarrabin (orang-orang yang akrab dengan Allah SWT). Ini memang benar. Sekarang, marilah kita amati kasus Nabi Yunus. Beliau meninggalkan desanya yang banyak dipenuhi oleh orang-orang vang menentang. Seandainya ini dilakukan oleh orang biasa atau oleh orang yang saleh selain Nabi Yunus maka hal itu ialah suatu kebaikan dan alhasil ia didiberi pahala. Sebab, ia berusaha menyelamatkan agamanya dari kaum yang durhaka. Tetapi Nabi Yunus yaitu seorang Nabi yang diutus oleh Allah SWT kepada mereka. Seharusnya ia memberikan dakwah di jalan Allah SWT dan ia tidak peduli dengan hasil dakwahnya. Tugas ia spesialuntuk sekadar memberikan agama. Keluarnya ia dari desa itu— dalam kacamata para nabi—adalah hal yang mengharuskan hadirnya pelajaran dari Allah SWT dan hukuman-Nya padanya.
Allah SWT mempersembahkan suatu pelajaran kepada Yunus dalam hal dakwah di jalan-Nya. Allah SWT mengutusnya spesialuntuk untuk berdakwah. INI batasan dakwahnya dan ia tidak perlu peduli dengan kaumnya yang tidak mengikutinya dan lantaran itu ia tidak harus menjadi sedih dan marah. Nabi Luth tetap tinggal di kaumnya meskipun selama bertahun-tahun berdakwah ia tidak mendapati seorang pun diberiman. Meskipun demikan, Nabi Luth tidak meninggalkan mereka. Ia tidak lari dari keluarganya dan dari desanya. Beliau tetap berdakwah di jalan Allah SWT sehingga hadir perintah Allah SWT melalui para malaikat-Nya yang mengizinkan ia untuk pergi. Saat itulah ia pergi. Seandainya ia pergi sebelumnya pasti ia akan mendapatkan siksaan menyerupai yang diterima oleh Nabi Yunus. Jadi, Nabi Yunus keluar tanpa izin. Lalu perhatikan apa yang terjadi pada kaumnya. Mereka sudah diberiman setelah keluamya Nabi Yunus. Allah SWT berfirman:
"Dan mengapa tidak ada penduduk suatu kota yang diberiman, kemudian imannya itu bermanfaa kepadanya selain kaum Yunus? Tatkala mereka (kaum Yunus itu) diberiman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami diberi kesenangan kepada mereka hingga waktu yang tertentu." (QS. Yunus: 98)
Demikianlah, desa Nabi Yunus diberiman. Seandainya ia tetap tinggal bersama mereka pasti ia akan mengetahuinya dan hatinya menjadi hening serta kemarahannya akan menjadi hilang. Tampaknya ia tergesa-gesa dan tentu perilaku tergesa-gesa ini berangkat dari keinginannya semoga insan diberiman. Usaha Nabi Yunus untuk meninggalkan mereka yaitu sebagai ungkapan kebenciannya kepada mereka atas ketidakimanan mereka. Maka Allah SWT menghukumnya dan mengajarinya bahwa kiprah seorang nabi spesialuntuk memberikan agama. Seorang nabi tidak dibebani urusan keimanan manusia; seorang nabi tidak bertanggung balasan atas pengingkaran manusia; dan seorang nabi tidak sanggup mempersembahkan hidayah (petunjuk) kepada mereka.

<< Kisah Nabi & Rosul

0 komentar

Posting Komentar