Rabu, 13 Februari 2019

Kisah Nabi Isa As



Matahari tampak akan tenggelam, angin pun bertiup sepoi-sepoi di sekitar pepohonan. Harum semerbak mulai memenuhi mihrab Maryam. Bau itu menembus jendela mihrab dan mengepakkan akupnya di sekeliling gadis perawan yang khusuk dalam salat tanpa seorang pun mendengar suaranya. Maryam merasa bahwa udara dipenuhi dengan wangi harum yang mengagumkan. Ia kembali melaksanakan salatnya dengan khusuk dan mengungkapkan syukur kepada Allah SWT.
Seujung burung hinggap di jendela mihrab. Ia mengangkat paruhnya ke atas dan mengarahkan ke matahari serta mengepakkan kedua akupnya kemudian ia terjun ke air dan mandi di dalamnya. Kemudian ia terbang enteng di sekitamya. Maryam ingat bahwa ia lupa untuk menyirami pohon mawar yang tumbuh secara tiba-tiba di tengah dua kerikil yang tumbuh di luar mesjid. Maryam merampungkan salatnya kemudian ia keluar dari mihrab dan menuju pohon. Belum selesai ia siap-siap untuk keluar sehingga para malaikat memanggilnya:
"Hai Maryam, sesungguhnya Allah sudah menentukan engkau, menyucikan engkau dan melebihkan engkau atas segala perempuan di dunia (yang semasa dengan engkau)." (QS. Ali 'Imran: 42)
Maryam berhenti dan tampak wajahnya yang pucat dan semakin bertambah. Mihrab itu dipenuhi dengan kalimat-kalimat para malaikat yang memancarkan cahaya. Maryam merasa bahwa pada hari-hari terakhir terdapat perubahan pada suasana ruhaninya dan fisiknya. Di daerah itu tidak terdapat cermin sehingga ia tidak sanggup melihat perubahan itu. Tetapi ia merasa bahwa darah, kekuatan dan masa mudanya mulai meninggalkan tempatnya dan digantikan dengan kesucian dan kekuatan yang lebih banyak. Beliau menyadari bahwa ia sedang gugup. Beliau mencicipi kelemahan manusiawi dan adanya kekuatan yang luar biasa. Setiap kali tubuhnya mencicipi kelemahan, maka bertambahlah kekuatan dalam ruhnya. Perasaan yang demikian ini justru membangkitkan kerendahan hatinya. Maryam mengetahui bahwa ia akan memikul tanggung jawaban besar.
"Dan (ingatlah) ketika malaikat (Jibril) berkata: 'Hai Maryam, sesungguhnya Allah sudah menentukan engkau, menyucikan engkau dan melebihkan engkau atas segala perempuan di dunia (yong semasa dengan engkau)." (QS. Ali 'Imran: 42)
melaluiataubersamaini kalimat-kalimat yang sederhana ini Maryam memahami bahwa Allah SWT sudah memilihnya dan menyucikannya dan menjadikannya penghulu para perempuan dunia. Beliau ialah perempuan terbesar di dunia. Para malaikat kembali berkata kepada Maryam:
"Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan rukuklah bersama orang-orangyang ruku." (QS. Ali 'Imran: 43)
Perintah tersebut diputuskan setelah adanya diberita gembira biar ia meningkatkan kekhusukannya, sujudnya, dan rukuknya kepada Allah SWT. Maryam lupa terhadap pohon mawar dan ia kembali salat. Maryam mencicipi bahwa sesuatu yang besar akan akan terjadi padanya. Beliau mencicipi hal itu semenjak beberapa hari, tetapi perasaan itu semakin menguat dikala ini.
Matahari meninggalkan daerah pulasnya sementara malam sudah bangun sedangkan bulan duduk di atas singgasananya di langit dan di sekelilingnya terdapat awan-awan yang indah dan putih. Kemudian hadirlah pertengahan malam dan Maryam masih sibuk dalam salatnya. Beliau merampungkan salatnya dan teringat pohon mawar itu kemudian ia membawa air di suatu baskom dan pergi untuk menyiramnya.
Pohon mawar itu tumbuh di antara dua kerikil di daerah yang tidak jauh dari mesjid yang spesialuntuk ditempuh beberapa langkah darinya. Tempat itu jauh dari jangkauan insan sehingga tak seorang pun mendekatinya. Tempat itu sudah dijadikan daerah yang khusus bagi Maryam untuk melaksanakan salat di dalamnya atau diberibadah. Maryam mendekati pohon mawar itu dan menyiramnya. kemudian ia meletakkan bejana, kemudian ia memikirkan pohon mawar itu di mana tangkainya semakin panjang pada dua malam yang dilaluinya.
Tiba-tiba, Maryam mendengar bunyi derap kaki yang mengguncang bumi. Beliau tidak mendengar bunyi kaki yang berjalan, tetapi ia mendengar bunyi kaki yang menetap di atas kerikil serta pasir. Maryam mencicipi ketakutan. Ia mencicipi bahwa ia tidak sendirian. Ia menoleh ke sebelahnya namun ia tidak mendapati sesuatu pun. Kemudian kedua matanya mulai berputar-putar dan memperhatikan suatu cahaya yang berdiri di sana. Maryam gemetar ketakutan dan menundukkan kepalanya. Maryam berkata dalam dirinya, siapa gerangan orang yang berdiri di sana. Maryam memandang kepada wajah orang asing itu, dan mengakibatkan ia gelisah. Wajah orang itu sangat guah, di mana dahinya bercahaya lebih daripada cahaya bulan. Meskipun kedua matanya memancarkan kemuliaan dan kebemasukan tetapi wajah orang itu justru menggambarkan kerendahan hati yang mengagumkan.
Pandangan pertama yang dilihat oleh Maryam kepada orang itu mengisyaratkan, bahwa orang itu mempunyai kemuliaan yang diperoleh orang yang menyembah Allah SWT selama julaan tahun. Maryam bertanya kepada dirinya, siapa gerangan orang ini? Kemudian seolah-olah orang asing itu membaca pikiran Maryam dan berkata: "Salam kepadamu wahai Maryam." Maryam dibentuk terkejut mendengar adanya bunyi insan di depannya. Maryam berkata sebelum menjawaban salamnya:
"Sesungguhnya saya berlindung daripadamu kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, jikalau engkau seorang yang bertakwa." (QS. Maryam: 18)
Maryam berlindung di bawah lindungan Allah SWT dan ia bertanya kepadanya, "Apakah engkau insan yang mengenal Allah SWT dan bertakwa kepadanya?" Kemudian orang itu tersenyum dan berkata:
"Sesungguhnya saya ini spesialuntuklah seorang utusan Tuhanmu, untuk memdiberimu seorang anak laki-laki yang suci." (QS. Maryam: 19)
Orang asing itu belum selesai memberikan kalimatnya sehingga daerah itu dipenuhi cahaya yang menakjubkan yang tidak ibarat cahaya matahari, cahaya bulan, cahaya lampu, cahaya lilin bahkan cahaya api. Di sana terdapat cahaya yang sangat jernih. Kemudian terngianglah di kepala Maryam kalimat: "Aku ialah seorang utusan Tuhanmu." Kalau begitu, dia ialah penghulu para malaikat, Ruhul Amin (Jibril) yang sudah berubah wujud menjadi manusia.
Maryam mengangkat kepalanya dengan gemetar menahan luapan cinta. Jibril berdiri di depannya dalam bentuk manusia. Maryam memperhatikan kejernihan dahinya dan kesucian wajahnya. Benar apa yang diduganya bahwa Jibril mempunyai kemuliaan yang diperoleh orang yang menyembah Allah SWT selama jutaan tahun. Kemudian Maryam mengingat kembali kalimat-kalimat yang diucapkan Jibril. Malaikat itu sudah menyampaikan bahwa ia ialah utusan Tuhannya, dan ia sudah hadir untuk memdiberi Maryam seorang anak laki-laki yang suci. Maryam ingat bahwa dirinya ialah seorang perawan yang belum tersentuh oleh seorang pun. Ia belum berkeluarga dan belum dilamar oleh seseorang pun, maka bagaimana ia melahirkan anak tanpa melalui pernikahan. Pikiran-pikiran ini berputar-berputar di kepala Maryam kemudian ia berkata kepada Jibril:
"Maryam berkata: Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang insan pun menyentuhku dan saya bukan (pula) seorangpezina!" (QS. Maryam: 20)
Jibril berkata:
"Demikianlah Tuhanmu berfirman: 'Hal itu ialah simpel bagi-Ku; dan biar sanggup Kami menjadikannya suatu tanda bagi insan sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu ialah suatu kasus yang sudah diputushan."' (QS. Maryam: 21)
Maryam mendapatkan kalimat-kalimat Jibril. Tidakkah Jibril berkata kepadanya bahwa ini ialah perintah Allah SWT dan segala sesuatu yang diperintahkan-Nya pasti akan terlaksana. Kemudian, mengapa ia harus (ketika) melahirkan tanpa disentuh oleh seorang insan pun. Bukankah Allah SWT mendptakan Nabi Adam tanpa seorang ayah dan seorang ibu? Sebelum diciptakannya Nabi Adam tidak ada laki-laki dan wanita. Hawa diciptakan dari Nabi Adam dan ia pun diciptakan dari laki-laki, tanpa perempuan.
Biasanya insan diciptakan melalui pasangan laki-laki dan perempuan; biasanya ia mempunyai ayah dan ibu, tetapi mukjizat terjadi ketika Allah SWT menginginkannya untuk terjadi. Kemudian Jibril meneruskan pembicaraannya:
"Sesungguhnya Allah menggembirakan engkau (dengan kelahiran searangputra yang didptakan) dengan kalimat (yang hadir) dari-Nya, namanya al-Masih Isa putra Maryam, seorang yang terkemuka di dunia dan di alam abadi dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), dan dia berbicara dengan insan dalam buaian dan ketika sudah dewasa, dan dia termasuk di antara orang-orang yang saleh." (QS. Ali 'Imran: 45-46)
Keheranan Maryam semakian bertambah. Betapa tidak, sebelum mengandung anak itu di perutnya ia sudahmengetahui namanya. Bahkan ia menhetahui bahwa anaknya itu akan berbicara dengan insan dikala ia masih kecil. Sebelum Maryam menggerakan lisannya untuk melontarkan pertanyaan lain, Jibril mengangkat tangannya dan mengerahkan udara ke arah Maryam. Kemudian hadirlah hembusan udara yang bercahaya yang belum pernah dilihat sebelumnya oleh Maryam. Lalu cahaya tersebut ke jasad Maryam dan memenuhinya. Tak sempat Maryam melontarkan pertanyaan yang lain, Jibril yang suci sudah pergi tanpa meninggalkan suara.
Udara yang hirau taacuh sudah bergerak dan Maryam pun tampak menggigil. Maryam segera kembali ke mihrabnya. Ia menutup pintu mihrab dan ia karam dalam salat yang khusuk dan ia pun menangis. Maryam mencicipi kegembiraan, kebingungan dan kegoncangan serta kedamaian yang dalam. Kini, Maryam tidak lagi sendirian. Sejak Jibril meninggalkannya, ia mencicipi bahwa ia tidak lagi sendirian. Ia menggerakkan tangannya yang dipenuhi dengan cahaya, kemudian cahaya ini berubah di dalam perutnya menjadi anak, seorang anak yang akan menjadi kalimat Allah SWT dan ruh-Nya yang diletakkan pada Maryam. Ketika anak itu besar, ia akan menjadi seorang rasul dan nabi yang ajarannya dipenuhi dengan cinta dan kasih akung.
Maryam di malam itu pulas dengan nyenyak dan ia bangun di waktu Subuh. Belum usang ia membuka kedua matanya sehingga ia dibentuk terkejut ketika melihat mihrab dipenuhi dengan buah-buahan yang bersama-sama tidak lagi musim. Maryam heran melihat hal itu. Ia mulai mengingat apa yang sudah terjadi padanya kemarin, yaitu bagaimana insiden dikala menyiram pohon mawar, bagaimana pertemuannya dengan malaikat Jibril, bagaimana Allah SWT meniupkan kalimat-Nya padanya, bagaimana ia kembali ke mihrab, dan bagaimana pulasnya yang nyenyak. Maryam berkata kepada dirinya sambil melihat buah-buahan yang banyak: Apakah saya akan memakan sendirian buah-buahan ini. Kemudian ada bunyi dalam dirinya yang berkata: "Engkau tidak lagi sendirian wahai Maryam. Kini, engkau bersama Isa. Engkau harus makan dengan baik. Dan Maryam mulai makan.
Lalu silamlah hari demi hari. Kandungan Maryam tidak sama dengan kandungan umumnya wanita. Ia tidak mencicipi sakit dan tidak merasa berat; ia tidak mencicipi sesuatu sudah bertambah padanya dan perutnya tidak membuncit mirip umumnya wanita. Alhasil, kehamilan yang dialaminya dipenuhi dengan nikmat yang baik. Datanglah bulan yang kesembilan. Ada sebagian ulama yang menyampaikan bahwa Maryam tidak mengandung Isa selama sembilan bulan, tetapi ia melahirkannya secara eksklusif sebagai mukjizat.
Pada suatu hari, Maryam keluar ke suatu daerah yang jauh. Ia merasa bahwa sesuatu akan terjadi hari itu. Tetapi ia tidak mengetahui hakikat sesuatu itu. Kakinya membimbingnya untuk menuju daerah yang dipenuhi dengan pohon kurma. Tempat itu tidak biasa dikunjungi oleh seseorang pun lantaran saking jauhnya; daerah yang tidak diketahui oleh seseorang pun kecuali Maryam.
Tak seorang pun yang mengetahui Maryam bahwa sedang hamil dan ia akan melahirkan. Mihrab yang menjadi daerah ibadahnya selalu tertutup. Orang-orang mengetahui bahwa Maryam sedang sibuk diberibadah dan tidak ada seorang pun yang mendekatinya. Maryam duduk diberistirahat di bawah pohon kurma yang besar dan tinggi. Maryam mulai mencicipi sakit pada dirinya, dan rasa sakit tersebut semakin terasa. Akhirnya, Maryam melahirkan:
"Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pertama pohon kurma, ia berkata: 'Aduhai alangkah baiknya saya mati sebelum ini, dan saya menjadi sesuatu yang tidak berarti, lagi dilupakan." (QS. Maryam: 23)
Rasa sakit dikala melahirkan anak yang dialami perempuan suci ini menjadikan penderitaan-penderitaan lain yang segera menantinya. Bagaimana insan akan menyambut anaknya ini? Apa yang mereka katakan perihalnya? Bukankah mereka mengetahui bahwa ia ialah perempuan yang masih perawan? Bagaimana seorang gadis perawan bisa melahirkan? Apakah insan akan membenarkan Maryam yang melahirkan anak itu tanpa ada seseorang pun yang menyentuhnya? Kemudian pandangan-pandangan keraguan mulai menyelimutinya. Maryam berpikir bagaimana reaksi insan kepadanya dan bagaimana perkataan mereka terhadapnya sehingga hatinya dipenuhi dengan kesedihan. Belum usang Maryam membayangkan dan meminta biar ia dimatikan dan dilupakan, tiba-tiba anak yang gres lahir itu memanggilnya:
"Janganlah engkau bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu sudah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah pertama pohon kurma itu ke arahmu, pasti pohon itu ahan mengugurkan buah kurma yang masak kepadamu makan, minum dan bersenang hatilah engkau. Jika engkau rnelihat seorang manusia, maka katakantah: 'Sesungguhnya saya sudah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka saya tidak akan berbicara dengan seorang insan pun pada hari ini.'" (QS. Maryam: 24-26)
Maryam melihat al-Masih yang tampan wajahnya. Wajahnya tidak kemerah-merahan dan rambutnya tidak keriting mirip belum dewasa yang lahir di dikala itu, tetapi ia berkulit lembut dan putih. Anak itu diselimuti dengan kesucian dan kasih akung; anak itu berbicara kepada Maryam biar ia menghilangkan kesedihannya dan meminta padanya biar menggoyangkan batang-batang pohon kurma supaya jatuh darinya sebagian buahnya yang enak dan Maryam sanggup memakan dan meminum darinya sehingga hatinya pun penuh dengan kedamaian serta kegembiraan dan tidak berpikir ihwal sesuatu pun. Jika Maryam melihat atau menemui manusia, maka hendaklah ia berkata kepada mereka bahwa ia bernazar kepada Allah SWT untuk berpuasa dan tidak berbicara kepada seseorang pun.
Maryam melihat al-Masih dengan penuh kecintaan. Anak itu gres dilahirkan beberapa dikala tetapi ia eksklusif memikul tanggung jawaban ibunya di atas pundaknya. Selanjutnya, ia akan memikul penderitaan orang-orang fakir. Maryam melihat bahwa wajah anak itu menyiratkan tanda yang sangat guah. Yaitu tanda yang mengisyaratkan bahwa ia hadir ke dunia bukan untuk mengambil darinya sesuatu, tetapi untuk memdiberinya segala sesuatu. Maryam mengulurkan tangannya ke pohon kurma yang besar. Belum usang ia menyentuh batangnya hingga jatuhlah darinya buah kurma yang masih muda dan lezat. Maryam makan dan minum dan kemudian ia memangku anaknya dengan penuh kasih akung.
Saat itu, Maryam mencicipi kegoncangan yang hebat. Silih-berganti ketenangan dan kegelisahan menghampirinya. Segala pikirannya tertuju pada satu hal, yaitu Isa. Ia bertanya-tanya dalam dirinya: Bagaimana orang-orang Yahudi akan menyambutnya, apa yang akan mereka katakan perihalnya, apa yang akan mereka katakan terhadap Maryam, apakah para pendeta dan para pembesar Yahudi percaya bahwa Maryam melahirkan seorang anak tanpa disentuh oleh seseorang pun? Bukankah mereka terbiasa hidup dengan suasana pencurian dan penipuan? Apakah seseorang di antara mereka akan percaya—padahal ia jauh dari langit—bahwa langit sudah memdiberinya seseorang anak.
Akhirnya, masa pengasingan Maryam sudah berakhir dan Maryam harus kembali ke kaumnya. Maryam kembali dan waktu memberikan Ashar. Pasar besar yang terletak di jalan yang dilalui Maryam menuju mesjid dipenuhi dengan manusia. Mereka sibuk dengan jual-beli. Mereka duduk bercengkrama-bincang sambil minum anggur. Belum usang Maryam melewati pasar itu sehingga insan melihatnya membawa seorang anak kecil yang didekapnya. Salah seorang bertanya: "Bukankah ini Maryam yang masih perawan? Lalu, anak siapa yang dibawanya itu?" Seorang yang mabuk berkata: "Itu ialah anaknya." Mari kita dengar dongeng apa yang akan disampaikannya. Akhirnya, orang-orang Yahudi mulai "mengepung" dengan aneka macam macam pertanyaan: "Anak siapa ini wahai Maryam, mengapa engkau tidak mengembalikannya, apakah itu memang anakmu, bagaimana engkau hadir dengan membawa seorang anak sedangkan engkau ialah gadis yang masih perawan?"
"Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina." (QS. Maryam: 28)
Maryam dituduh melaksanakan pelacuran. Mereka menyerang Maryam tanpa terlebih lampau mendengarkan sanggahannya atau mengadakan penelitian atau membuktikan bahwa perkataan mereka memang benar. Maryam dicerca sana-sini dan ia diingatkan, bahwa bukankah ia seseorang yang tumbuh dari rumah yang baik dan bukanlah ibunya seorang pelacur? Lalu mengapa tiruana ini terjadi padanya? Menghadapi tiruana tuduhan itu, Maryam tampak tenang dan tetap memberikan kebaikannya. Wajahnya dipenuhi dengan cahaya keyakinan. Ketika pertanyaan semakin menjadi-jadi dan keadaan semakin susah, maka Maryam menyerahkan segalanya kepada Allah SWT. Ia menunjuk ke arah anaknya dengan tangannya. Maryam menunjuk Isa.
Orang-orang yang ada di situ tampak kebingungan. Mereka memahami bahwa Maryam berpuasa dari berbicara dan meminta kepada mereka biar bertanya kepada anak itu. Para pembesar Yahudi bertanya: "Bagaimana mereka akan melontarkan pertanyaan kepada seorang anak kecil yang gres lahir beberapa hari? Apakah anak itu akan berbicara di buaiannya" Mereka berkata kepada Maryam:
"Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?" (QS. Maryam: 29)
Berkata Isa:
"Sesungguhnya saya ini hamba Allah, Dia memdiberiku al-Kitab (injil) dan Dia menjadikan saya seorang nabi. Dan Dia menjadikan saya seorang yang diberkati di mana saja saya berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) salat dan (menunaikan) zakat selama saya hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikanku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadahu, pada hari saya dilahirkan, pada hari saya meninggal dan pada hari saya dibangkitkan hidup kembali. " (QS. Maryam: 30-33)
Belum hingga Isa merampungkan pembicaraannya sehingga wajah-wajah para pendeta dari kalangan Yahudi dan para uskup tampak pucat. Mereka menyaksikan mukjizat terjadi di depan mereka secara langsung. Anak kecil itu berbicara di buaiannya; anak kecil yang hadir tanpa seorang ayah; anak kecil yang menyampaikan bahwa Allah SWT sudah memdiberinya al-Kitab dan menjadikannya seorang Nabi. Ini berarti bahwa kekuasaan mereka sebentar lagi akan hancur. Setiap orang dari mereka akan menjadi tidak berarti ketika anak kecil itu dewasa. Tak seorang pun di antara mereka yang sanggup "menjual pengampunan" kepada insan atau menghakimi mereka melalui pemyataan bahwa ia ialah wakil dari langit yang turun di bumi. Atau pernyataan, bahwa spesialuntuk dia yang mengetahui syariat.
Para pendeta Yahudi merasa akan terjadi suatu bencana kepribadian yang akan hadir kepada mereka dengan kelahiran anak kecil ini. Kehadiran al-Masih berarti mengembalikan insan kepada penyembahan semata-mata kepada Allah SWT. Ini berarti menghapus agama Yahudi yang kini mereka yakini. Perbedaan antara ajaran-ajaran Musa dan tindakan-tindakan orang-orang Yahudi ibarat perbedaan antara bintang-bintang di langit dan lumpur-lumpur di jalan. Para pendeta Yahudi menyembunyikan kisah kelahiran Isa dan bagaimana ia berbicara di masa buaian. Mereka justru menuduh Maryam yang masih perawan dengan kebohongan yang besar. Mereka menuduh Maryam melaksanakan pelacuran, padahal mereka menyaksikan sendiri mukjizat pembicaraan anaknya di masa buaian.
Mula-mula dongeng ihwal itu mereka sembunyikan untuk beberapa saat. Meskipun demikian, diberita ihwal kelahiran Isa hingga ke Hakim Romawi, yaitu Heradus. Ia memimpin orang-orang Palestina dan orang-orang Yahudi dengan kekuatan pedang. Ia menakut-nakuti mereka dengan menumpahkan darah serta banyaknya mata-mata yang dimilikinya. Pada suatu hari, ia duduk di istananya dan meminum anggur. Lalu ia mendengar diberita yang samar ihwal kelahiran seseorang anak tanpa ayah; seorang anak yang dikatakan ia bisa berbicara dikala masih di buaian, kemudian ia memberikan pembicaraan yang menjurus pada ancaman terhadap kekuasaan Romawi. Kemudian bergetarlah dingklik yang ada di bawah tubuh Heradus. Ia memerintahkan untuk diadakan suatu pertemuan mendadak yang dihadiri oleh para pengpertamanya dan para mata-matanya. Pertemuan itu pun terlaksana. Heradus duduk dengan wajahnya yang hitam mengkilat, kemudian ia memutarkan pandangannya ke arah mata-matanya dan bertanya: "Bagaimana diberita anak kecil yang berbicara di buaiannya?"
Salah seorang kepala mata-mata berkata: "Tampak bahwa masalahnya tidak benar. Kami sudah mendengar isu-isu sekitar anak kecil yang mereka katakan bahwa ia membuat mukjizat dengan berbicara dikala ia masih belia. Lalu saya mengutus anak buahku untuk mencari kebenaran diberita itu, tetapi mereka tidak menemukannya. Jelas bagi kami, bahwa diberita itu dilebih-lebihkan." Kemudian salah satu anggota mata-mata raja berkata: "Aku sudah mendapatkan bukti yang terpercaya bahwa tiga orang dari orang-orang Majusi hadir di balik suatu bintang yang mereka lihat menyala di suatu langit dan bintang tersebut mengisyaratkan kelahiran anak kecil yang membawa mukjizat, yaitu anak kecil yang akan menyelamatkan kaumnya." Hakim berkata: "Bagaimana ia sanggup menyelamatkan kaumnya dan kaum siapa yang diselamatkannya?" Salah seorang mata-mata berkata: "Anak buahku tidak mengetahuinya lantaran orang-orang pintar dari Majusi itu pergi dan tak seorang pun menemukan mereka."
Hakim berkata: "Bagaimana mereka sanggup pergi dan bersembunyi kemudian bagaimana dongeng anak kecil ini? Apakah di sana ada persekongkolan untuk menentang Romawi?" Hakim melompat dari daerah duduknya ketika ia menyebut Romawi, dan ia mulai berbicara dengan keadaan emosi: "Aku menginginkan kepala tiga orang yang cerdik itu dan saya juga menginginkan kepala anak kecil itu. Dan saya menginginkan informasi yang lengkap. Sungguh kasus ini semakin samar hai orang-orang yang bodoh." Lalu kepala mata-mata berkata: "Barangkali ini spesialuntuk mimpi yang dibayangkan orang-orang Yahudi bahwa mereka melihatnya." Hakim berkata: "Sungguh kepala-kepala kalian tiruana akan terbang lebih cepat dari merpati jikalau kalian tidak menhadirkan dongeng secara lengkap ihwal anak ini. Kebingungan dan kekacauan apa yang saya rasakan! Pergilah kalian dari sini."
Anak buah Heradus dan para mata-mata pergi, sedangkan ia masih duduk memikirkan kasus tersebut. Tampaknya kasus itu sangat menggelisahkannya. Ia tidak peduli dengan kehadiran agama gres kepada insan tetapi yang dipikirkannya ialah kekuasaan Romawi yang ia menjadi simbolnya. Kemudian Heradus memutuskan untuk memanggil pemuka orang Yahudi dan bertanya kepadanya ihwal kasus ini. Para pengpertamanya yang khusus memanggil orang Yahudi itu. Tidak beberapa usang orang Yahudi itu ada di depan hakim. Heradus berkata: "Aku ingin berbicara kepadamu ihwal suatu kasus yang sangat menggelisahkanku." Pendeta Yahudi itu berkata: "Aku ingin mengabdi kepadamu."
Heradus berkata: "Aku mendengar diberita-diberita yang saling berlawanan ihwal anak kecil yang bisa berbicara di masa buaiannya dan ia menyampaikan bahwa ia akan menyelamatkan kaumnya. Maka bagaimana diberita yang bersama-sama ihwal itu?" Pendeta itu berkata—dan ia merasa bahwa pertanyaan itu tampaknya berupa jebakan yang tidak diketahuinya secara pasti: "Apakah tuan yang mulia peduli dengan agama Yahudi?" Heradus berkata dalam keadaan emosi: "Aku tidak peduli sedikit pun selain kekuasaan Romawi. Jawablah pertanyaanku wahai pendeta." Pendeta Yahudi itu sudah melihat Isa berbicara di buaiannya. Ia memahami bahwa seandainya ia menyampaikan itu, maka ia akan mendapatkan penderitaan pada dirinya, maka ia lebih menentukan sedikit berbohong. Ia berkata kepada Heradus bahwa ia mendengar dongeng itu tetapi ia meragukannya.
Heradus berkata: "Apakah benar agama kalian berbicara ihwal kehadiran seorang penyelamat bagi rakyat kalian?" Pendeta berkata: "Ini benar wahai tuan yang mulai." Heradus berkata: "Apakah kalian mengetahui ini ialah persekongkolan menentang keamanan kerajaan Romawi? Apakah kalian menyadari ini ialah bentuk pengkhianatan?" Pendeta berkata: "Aku harap tuan membiarkan saya meluruskan suatu pemikiran yang sederhana. Berita ihwal hal itu ialah diberita yang kuno. Berita ini diyakini ketika rakyat menjadi tawanan di Bebel semenjak ratusan tahun."
Heradus berkata: "Apakah memang di sana ada yang membenarkan diberita ini? Sekarang, apakah engkau secara pribadi membenarkannya? Apakah engkau melihat anak kecil itu yang mereka katakan bahwa ia dilahirkan tanpa seorang ayah?" Pendeta itu berkata: "Apakah ada seorang yang percaya wahai tuan yang mulia jikalau dikatakan ada seorang anak yang lahir tanpa seorang ayah. Ini ialah mimpi rakyat biasa."
Heradus berkata: "Tidak ada sesuatu yang mengusir pulas dari mata seorang penguasa selain mimpi-mimpi rakyat. Pergilah wahai pendeta dan jikalau engkau mendengar diberita-diberita, maka sampaikanlah kepadaku sebelum engkau sampaikan kepada istrimu." Belum usang pendeta itu pergi sehingga Heradus berpikir, bagaimana seandainya pendeta itu berbohong. Ia menangkap benang kebohongan pada kedua matanya. Ia mengetahui kebohongan ini lantaran ia sendiri sangat pintar berbohong. Kemudian bagaimana dongeng tiga orang cerdik yang mereka mengikuti bintang? Apakah di sana terdapat persekongkolan menentang Romawi yang tidak diketahuinya?
Heradus berteriak di tengah-tengah pengpertamanya dan memerintahkan mereka untuk menangkap tiruana orang yang mendengar dongeng ini atau ia akan melihat akibatnya. Mula-mula dia memerintahkan untuk mencari gadis perawan yang melahirkan anak itu dan membunuh setiap anak yang lahir di dikala itu. Sementara itu, Maryam keluar dari Palestina menuju ke Mesir. Sebelumnya, pada suatu malam, hadirlah kepadanya seseorang yang belum pernah dilihatnya dan orang itu memberikan salam kepadanya serta menyerukannya dan sambil berkata: "Bpertamaah anakmu wahai Maryam dan keluarlah menuju Mesir." melaluiataubersamaini nada ketakutan Maryam bertanya, "Mengapa? Bagaimana saya keluar menuju ke Mesir; dan bagaimana saya bisa mengenali jalan?" Orang asing itu menjawaban, "Keluarlah engkau pasti Allah SWT akan melindungimu. Sesungguhnya Hakim Romawi mencari anakmu dan ingin membunuhmu."
Maryam bertanya: "Kapan saya keluar?" Orang asing itu menjawaban: "Sekarang juga. Janganlah engkau khawatir sedikit pun lantaran engkau keluar bersama seorang Nabi yang mulia. Semua nabi diusir oleh kaumnya dari negeri mereka dan rumah mereka. Demikianlah aturan kehidupan. Kejahatan selalu berusaha untuk menyingkirkan kebaikan tetapi pada akhirnya, kebaikan akan kembali menduduki singgasananya. Keluarlah wahai Maryam." Akhirnya, Maryam pun pergi menuju ke Mesir. Maryam melalui gurun Saina' bersama suatu kafilah yang menuju Mesir. Maryam berjalan membawa Isa di jalan yang sama yang pernah dilalui Nabi Musa di mana ditampakkan kepada Nabi Musa api yang suci dan ia dipanggil dari sisi thur al-Aiman. Sesudah melalui perjalanan yang jauh dan melelahkan, Maryam hingga di Mesir. Mesir yang dipenuhi dengan kebaikan, kemuliaan, kebudavaan klasik serta cuacanya yang stabil mempakan daerah yang terbaik untuk pertumbuhan Isa as.
Al-Masih tumbuh dan berkembang serta menjalani masa kecilnya di Mesir. Kemudian hadirlah kepada Maryam orang asing yang sudah memerintahkannya untuk meninggalkan Palestina. Kali ini, ia memerintahkannya untuk kembali ke Palestina. Orang asing itu berkata kepadanya: "Raja yang lalim sudah mati, maka kembalilah bersama anakmu wahai Maryam. Telah hadir peluang emas bagi Isa untuk menduduki singgasananya. Isa akan menjadi penyayang orang-orang fakir dan orang-orang yang benar. Kembalilah wahai Maryam." Maryam pun kembali. Dalam perjalanan Maryam melalui banyak mata air di sungai Jordania.
Isa pun tumbuh menjadi cukup umur dan mencapai masa mudanya. Isa keluar dari rumahnya dan menuju daerah penyembahan kaum Yahudi. Saat itu bertepatan dengan hari Sabtu. Di sana tidak ada satu rumah pun dari rumah kaum Yahudi yang sanggup menyalakan api atau memadamkannya pada hari Sabtu, atau mengambil buah di hari itu. Dilarang bagi seorang perempuan untuk membikin adonan roti atau seseorang anak kecil mencuci anjingnya. Nabi Musa sudah memerintahkan untuk menghormati hari Sabtu dan spesialuntuk mengkhususkanya untuk diberibadah kepada Allah SWT.
Terdapat pesan tersirat di balik penghormatan hari Sabtu sehingga hari Sabtu menjadi hari yang sangat disucikan di kalangan orang-orang Yahudi. Mereka melaksanakannya dengan aneka macam macam tradisi dan mereka mencurahkan segala serius mereka untuk menjaga hari Sabtu dan tidak meremehkannya. Sebab, mereka meyakini bahwa hari Sabtu ialah hari yang dijaga dari langit sebelum Allah membuat insan sebagaimana mereka percaya bahwa Bani Israil sudah didiberikan pilihan kepada satu jalur saja, yaitu menjaga hari Sabtu. Mereka gembira lantaran mereka sanggup menjaganya meskipun hal itu mengakibatkan mereka kalah di kancah peperangan atau mereka tertawan di tangan musuh. Bahkan saking ketatnya mereka mempertahankan kehormatan hari Sabtu sampai-sampai mereka menambah-nambahi aneka macam macam larangan di hari Sabtu. Majelis kaum Yahudi memutuskan ratusan larangan yang tidak boleh dilakukan di hari Sabtu, seseorang dihentikan untuk menggunakan gigi tiruan di hari Sabtu. Seorang yang sakit dihentikan untuk menggunakan perban atau menggunakan minyak di daerah yang sakit pada hari Sabtu atau memanggil dokter. Dilarang pula di hari Sabtu untuk menulis dua huruf abjad; dihentikan juga untuk mempertahankan diri pada hari Sabtu; dihentikan untuk pguan dan berguru di hari Sabtu. Kemudian, bepergian di hari Sabtu diharuskan untuk tidak lebih dari dua ribu yard. Dilarang juga dihari Sabtu untuk membawa sesuatu ke luar rumah.
Jadi, banyaknya syariat, aturan serta larangan-larangan biasanya diikuti dengan banyaknya keburukan atau paling tidak memmenolong terciptanya keburukan. Setiap timbul suatu larangan, maka timbul bersamanya cara untuk menghindar darinya. Demikianlah, kehidupan kaum Yahudi dipenuhi dengan kemunafikan yang luar biasa di mana secara lahiriah mereka menampakkan penghormatan terhadap hari Sabtu, tetapi secara batiniah mereka berusaha menodai kehormatan dengan aneka macam macam cara.
Meskipun kelompok Farisiun bertanggung jawaban terhadap kiprah pelaksanaan syariat dan mengawasinya dengan banyak mendapatkan jarninan-jaminan, maka kita akan melihat bahwa mereka siap untuk membuat aneka macam rekayasa dan kebijaksanaan bulus yang memungkinkan mereka untuk menghindar dari hukum-hukum syariat di dikala yang tepat. Saat yang tepat ialah dikala di mana syariat-syariat tersebut berperihalan dengan kepentingan pribadi mereka atau sanggup menjadi penghalang bagi mereka untuk mendapatkan mata pencaharian yang haram yang sudah siap masuk pada kantong mereka. Misalnya, terdapat kaidah syariat yang memutuskan perjalanan pada hari Sabtu tidak boleh melebihi dua ribu yard. Namun orang-orang Farisiun mengadakan walimah di mana mereka mengundang orang-orang untuk menghadiri program tersebut pada hari Sabtu, padahal daerah diadakannya program itu berjarak lebih dari dua ribu yard dari rumah mereka. Lalu, bagaimana mereka sanggup melaksanakan hal tersebut? Sangat simpel sekali. Mereka meletakkan pada sore hari Sabtu sebagian masakan yang berjarak dua ribu yard dari rumah mereka kemudian setelah itu mereka mendirikan suatu daerah tinggal di mana mereka sanggup berjalan sesudahnya dan menempuh dua ribu yard yang lain. Dari sini mereka sanggup menambah jarak yang mereka inginkan. Begitu juga biar mereka menghindar dari larangan membawa sesuatu ke luar rumah pada hari Sabtu, maka mereka membuat kebijaksanaan bulus yang lain. Yaitu mereka mendirikan gerbang-gerbang pintu dan jendela di aneka macam jalan sehingga seluruh kota mirip rumah besar yang dimungkinkan bagi mereka untuk membawa segala sesuatu dan bergerak di dalamnya.
misal lain yang pertanda bagaimana orang-orang Yahudi mempermainkan syariat sedangkan mereka mengklaim menjaganya adalah, bahwa syariat Musa memutuskan biar seorang anak menginfaki kedua orang tuanya dikala mereka menginjak usia bau tanah dan membutuhkannya. Tetapi kaum Farisiun mempersembahkan peluang kepada belum dewasa untuk lari dan menghindar dari tanggung jawaban ini dengan suatu kebijaksanaan bulus yang sederhana. Ketika seorang anak dituntut oleh kedua orang tuanya untuk memdiberi nafkah, maka ia pergi ke para pendeta dan bersepakat kepada mereka untuk mewakafkan tiruana hartanya dan kekayaannya kepada haikal, yaitu daerah sembahan kaum Yahudi. Saat itu kedua orang tuanya tidak bisa mengambil sesuatu pun darinya. Ketika mereka berdua sudah frustasi dan tidak lagi menuntut padanya untuk memdiberi nafkah, maka tiruana harta kekayaannya akan dikembalikan kepadanya oleh para pendeta, dengan catatan hendaklah ia mempersembahkan pecahan tertentu dari hartanya kepada para pendeta itu. Demikianlah yang terdapat dalam Alkitab Mata.
Di tengah-tengah suasana kebodohan pemikiran yang luar biasa ini, juga terdapat sikap keras kepala dan kejumudan berpikir yang mengelilingi kaum Yahudi. Terdapat tujuh tingkat kesucian dan dua puluh enam salat yang harus mereka lakukan dikala mereka membasuh tangan sebelum memakan makanan, namun mereka menganggap bahwa meniadakan pembacaan salat-salat sebagai bentuk pembunuhan terhadap jiwa dengan cara bunuh diri dan tercegah dari kehidupan awet. Demikianlah kekerasan sikap masyarakat Yahudi yang memberikan bahwa moral mereka sudah rusak dan dipenuhi dengan kemunafikan yang tiada taranya.
Sementara itu, Isa berjalan menuju daerah diberibadah. Orang-orang berjalan di sekelilingnya. Mereka tampak membanggakan pakaian-pakaian yang berwarna dan berharga sedangkan Isa berjalan dengan menggunakan baju putih dan menampakkan kezuhudannya. Rambut Isa tampak lembut yang mencapai kedua bahunya dan tampak ia lembap terkena air awan yang menurunkan gerimis. Kemudian kedua kakinya berjalan di atas tanah sehingga tanah itu dipenuhi dengan wangi harum yang tidak diketahui sumbernya. Baju yang digunakan oleh Isa terbuat dari bulu domba yang sangat sederhana dan kasar. Meskipun hari itu hari Sabtu, Isa memetik buah di suatu kebun dan mengambil dua buah yang ia diberikan kepada anak kecil yang fakir dan lapar. Tindakan semacam ini berdasarkan kepercayaan Yahudi dianggap sebagai tindakan yang menentang agama Yahudi.
Isa mengetahui bahwa menjalankan agama yang hakiki bukan terletak pada ketaatan eksternal sementara hati jauh dari sikap rendah diri. Oleh lantaran itu, Isa mencabut buah dan mempersembahkan makan kepada insan pada hari Sabtu. Beliau menyalakan api untuk wanita-wanita bau tanah sehingga mereka tidak mati kedinginan.
Isa sering mengunjungi daerah sesembahan orang Yahudi. Isa berdiri di dalamnya dan mengamati para pendeta dan insan yang hilir pulang kampung di sekitarnya. Sesampainya Isa di daerah sembahan, ia berdiri di dalamnya. Isa mengamat-amati apa yang ada di dalamnya. Dinding-dinding daerah diberibadah itu terbuat dari kayu gahru yang mempunyai wangi yang harum. Di samping itu, terdapat kelabubu-kelabubu yang terbuat dari kain-kain yang mengagumkan yang dicampur dengan emas. Juga terdapat lampu-lampu yang terulur dari atap dan juga ada lilin-lilin yang memenuhi ruangan dengan cahaya. Meskipun demikian, biro diam-diam menyelimuti hati orang-orang yang ada di situ.
Nabi Isa berdiri cukup usang di daerah penyembahan itu. Setiap kali ia memutarkan wajahnya, ia mendapati para pendeta di sana. Terdapat dua puluh ribu pendeta. Nama-nama mereka tercatat dalam haikal. Mereka ialah kaum Waliyun yang menggunakan saku-saku yang besar yang di dalamnya ada kitab-kitab syariat. Sedangkan kaum Farisiun, mereka menggunakan pakaian yang lebar yang sisi-sisinya tertenun dengan emas. Mereka ialah pemmenolong haikal yang resmi dengan menggunakan baju-baju mereka yang putih. Adapun kaum Shaduqiyun ialah kelompok para pendeta ningrat yang bersekutu dengan penguasa di mana mereka memperoleh kekayaan melalui komplotan ini. Nabi Isa memperhatikan bahwa jumlah pengunjung haikalita lebih sedikit daripada jumlah para pendeta dan para tokoh agama. Tempat penyembahan itu dipenuhi dengan kambing dan merpati yang dibeli oleh para pengunjung daerah penyembahan itu. Mereka menyerahkannya sebagai kurban kepada Allah. Yaitu kurban yang disembelih di dalam daerah persembahan di atas daerah penyembelihan. Alhasil setiap langkah yang diayunkan oleh para pejalan di daerah penyembahan itu akan menghasilkan uang.
Di daerah penyembahan Yahudi itulah tersingkap hakikat kehidupan kaum Yahudi. Nilai satu-satunya yang disembah oleh insan di zaman itu ialah uang. Jadi, kemewahan materi atau kekayaan ialah nilai satu-satunya yang karenanya insan akan bergulat satu sama lain. Dalam hal itu, tidak ada perbedaan antara tokoh-tokoh pembawa anutan syariat dengan manusia-manusia biasa. Kaum Shaduqiyun dan kaum Farisiun bekerja sama di antara mereka di dalam haikal itu seolah-olah mereka di dalam suatu pasar di mana mereka memanfaatkannya untuk diri mereka dengan terus mencari kurban-kurban di dalamnya. Seringkali kaum Shaduqiyun dan Farisiun berseteru dalam kasus syariat dan hukum. Demikian juga, mereka berseteru dalam menentukan kurban yang harus mereka raih di haikal itu. Kaum Farisiun beropini bahwa hewan-hewan kurban itu harus dibeli dari harta haikal sedangkan kaum Shaduqiyun menganggap bahwa harta dari haikal ialah hak mereka. Oleh lantaran itu, mereka menganggap bahwa binatang kurban itu harus dibeli dengan jumlah tersendiri. Begitu juga kaum Farisiun mewajibkan untuk memperabukan binatang yang disembelih di atas daerah penyembahan, sedangkan kaum Shaduqiyun mereka mengambil binatang sembelihan ini untuk diri mereka sendiri.
Di dalam Talmud disebutkan bahwa kaum Shaduqiyun menjual merpati di toko-toko mereka yang mereka miliki. Mereka sengaja memperbanyak peluang-peluang yang diharuskan di dalamnya untuk mengorbankan burung-burung merpati sehingga harga seujung burung merpati saja mencapai beberapa Dinar. Melihat hal itu, salah satu tokoh Farisiun yaitu Sam'an bin Amlail mengeluarkan fatwa yang pada dasarnya mengurangi peluang-peluang yang diharuskan di dalamnya seseorang menyerahkan merpati sebagai kurban. Sesudah itu, harga burung cuma mencapai seperempat Dinar. Pergulatan antara kedua kelompok itu menhadirkan pukulan berat bagi pemilik toko yang menyimpan burung merpati terutama belum dewasa dari kepala pendeta.
Nabi Isa memperhatikan apa yang terjadi di sekelilingnya; Nabi Isa melihat kaum fakir yang tidak bisa membeli binatang kurban sehingga mereka tidak bisa berkurban; Nabi Isa melihatbagaimana para pendeta memperlakukan mereka dan memangsa mereka mirip serigala yang buas. Nabi Isa berpikir di dalam dirinya, mengapa binatang-binatang itu mereka bakar kemudian dagingnya menjadi asap di udara, padahal di sana terdapat ribuan kaum fakir yang mati kelaparan? Mengapa mereka menerka bahwa Allah SWT ridha ketika daerah penyembelihan dilumuri dengan darah, kemudian binatang kurban itu dibawa ke rumah-rumah para pendeta dan toko-toko mereka untuk dijual? Mengapa orang-orang fakir banyak berpinjaman dan mengeluarkan banyak uang untuk membeli binatang-binatang kurban? Mengapa binatang-binatang kurban itu harus dimiliki dan spesialuntuk dirawat oleh para pendeta kemudian apa yang mereka lakukan dengan uang-uang ini? Lalu, di manakah daerah orang-orang fakir di haikal itu? Bukankah hal yang guah ketika seseorang memasuki rumah dengan keharusan membawa uang?
Nabi Isa pergi dari daerah penyembahan itu dan ia meninggalkan kota menuju pegunungan. Dada Nabi Isa dipenuhi dengan kecemburuan yang suci terhadap yang Maha Benar. Wajahnya tampak semakin pucat ketika melihat aneka macam macam kejahatan memenuhi dunia. Nabi Isa berdiri di atas sebuah bukit dan ia mulai melaksanakan salat. Tetesan-tetesan air mata mulai berlinang dari pipinya dan jatuh ke bumi. Nabi Isa mulai merenung dan menangis. Di sana terdapat bunga yang nyaris mati lantaran kehausan kemudian ketika ia mendapatkan tetesan air mata al-Masih, maka bunga itu mekar kembali dan mendapatkan kehidupan. Tetesan air mata al-Masih menyelamatkannya, sebagaimana ia akan menyelamatkan insan dengan dakwahnya. Di malam yang penuh berkah ini pula, dua orang Nabi yang mulia meninggalkan bumi, yaitu Nabi Yahya dan Nabi Zakaria. Kedua Nabi itu dibunuh oleh penguasa. Sejak kepergian mereka berdua, bumi kehilangan banyak dari kebaikan. Pada malam itu juga, turunlah wahyu kepada Isa bin Maryam. Allah SWT memutuskan perintah-Nya biar ia memulai dakwahnya.
Nabi Isa menutup lembaran halus dari kehidupannya yaitu lembaran yang penuh dengan tafakur dan ibadah. Beliau memulai perjalanannya yang berat dan penuh tantangan serta penderitaan: ia mulai berdakwah di jalan Allah SWT; ia mulai membangun kerajaan yang tegak berdasarkan kerendahan hati dan cinta. Kerajaan yang penguasanya bertujuan untuk membebaskan dan menyucikan ruh. Kerajaan yang memancarkan sikap rendah diri dan cinta. Nabi Isa ingin menyelamatkan ruhani. Ajaran Nabi Isa berdasarkan keimanan terhadap hari kiamat dan kebangkitan. Nilai-nilai dan pemikiran tersebut tidak ditemukan dalam kehi-dupan orang-orang Yahudi.
Syariat Musa memutuskan pemberlakuan aturan qisas: barangsiapa yang memukulmu di pipi sebelah kananmu, maka pukullah pipi sebelah kanannya. Lalu bagaimanakah orang-orang Yahudi menerapkan aturan qisas tersebut? Jika yang dipukul bisa untuk menghancurkan rumah orang yang memukul, maka ia tidak perlu merasa puas spesialuntuk sekadar memukul pipi sebelah kanannya, namum jikalau ia tidak mampu, maka hendaklah ia memukul pipi sebelah kanannya. Namun boleh jadi hatinya dipenuhi dengan dendam lantaran ia tidak sanggup menghancurkan rumahnya.
Jadi, kebencian ialah pelabuhan daerah bersinggahnya syariat Musa. Meskipun ia ialah seorang Nabi yang ialah cermin cinta Ilahi yang besar namun syariatnya kini berada di bawah kekuasaan hati-hati yang mati, yaitu hati-hati yang penuh dengan dendam dan kebencian. Lalu, apa yang dilakukan Nabi Isa terhadap tiruana ini? Allah SWT sudah mengutusnya dan memperkuat Taurat yang dibawa oleh Musa sebagaimana Allah SWT menurunkannya kepada Musa. Jadi, seorang nabi tidak menghancurkan kiprah nabi sebelumnya. Para nabi bagaikan satu mata rantai yang tujuannya ialah satu, yaitu membuat kesucian dan mempertahankan kebenaran serta mengesakan Allah SWT.
Kemudian apa yang dilakukan Nabi Isa terhadap syariat qisas cersebut? Yang jelas, tindakan yang dilakukkan oleh Nabi Isa murni dari pandangan gres yang didapatnya dari Allah SWT. Nabi Isa mengem-balikan kaum kepada tujuan orisinil dari syariat. Nabi Isa mengembalikan mereka kepada pesan tersirat syariat yang asli. Nabi Isa mengembalikan mereka kepada cinta. Nabi Isa tidak menyampaikan sesuatu pun kepada orang yang memukul pipi sebelah kanannya. Nabi Isa tidak berusaha untuk memukul pipi sebelah kanannya. Al-Masih justru akan membalikkan pipi sebelah kirinya. INI syariat Nabi Isa yang tidak tidak sama sedikit pun dengan syariat Nabi Musa. Ia ialah kedalaman yang mengagumkan dari kedalaman syariat Nabi Musa. Nabi Isa ingin memutuskan kepada kaum di sekelilinginya ihwal sesuatu yang penting. Nabi Isa ingin memdiberitahu mereka bahwa syariat bukan mengajari kalian untuk meletakkan dendam pada diri kalian kemudian kalian memukul lawan kalian. Syariat yang hakiki adalah, hendaklah kalian menebar kasih akung, pemaaf, dan cinta.
Terdapat banyak binatang-binatang buas di hutan. Binatang-binatang itu menyayangi diri mereka sendiri. Mereka bermusuhan dan saling membunuh demi masakan dan minuman. Mereka mempersembahkan makan kepada anak-anaknya. Perbedaan antara manu-sia dan binatang ialah perbedaan pada tingkat cinta. Hewan tidak akan bisa melampui derajat cintanya kepada makhluk yang lain. Atau dengan kata lain, binatang tidak sanggup membagi cintanya kepada jenis yang lain. Sedangkan insan bisa melaksanakan hal itu. Di situlah insan bisa sanggup mencapai kemuliaannya dan kemanusiaannya. Al-Masih memdiberitahu kaumnya bahwa insan tidak akan menjadi insan tepat kecuali setelah ia menyayangi orang lain sebagaimana ia mendntai dirinya sendiri.
"Aku mendengar bahwa dikatakan, hendaklah engkau menyayangi orang yang bersahabat denganmu dan membenci musuhmu, sedangkan saya berkata kepada kalian, cintailah musuh kalian dan doakanlah orang yang melaknati kalian. Berbuat oke kepada pembenci kalian dan salatlah untuk orang-orang berbuat jelek kepada kalian." (Injil Mata).
Dakwah Nabi Isa hadir dan menghapus syariat Nabi Musa dalam bentuk eksternal. Jika kita berusaha membandingkan dua syariat tersebut dalam bentuk yang sederhana, maka pada hakikat-nya dakwah Nabi Isa bertujuan untuk menghapus bid'ah yang dilakukan oleh kaum Farisiun dan Shaduqiun terhadap syariat Nabi Musa dan memberikan hakikat syariat ini dan tujuan-tujuannya yang tinggi. Di tengah-tengah masa materialisme yang sangat luar biasa dan dunia dipenuhi dengan penyembahan terhadap emas dan tersebarnya aneka macam macam kejahatan, munculah dakwah al-Masih sebagai reaksi ideal yang memberikan ketinggian dan kesucian. Al-Masih mengetahui bahwa ia mengajak insan untuk membuat sikap ideal dalam kehidupan; Al-Masih menyadari bahwa dakwahnya penuh dengan idealisme tetapi idealisme ini sendiri pada dikala yang sama ialah solusi satu-satunya untuk mengobati kehidupan dari kesengsaraan dan penyakit-penyakit menular; Al-Masih mengetahui bahwa tidak tiruana insan tidak bisa untuk mencapai puncak yang diisyaratkannya. Tetapi paling tidak, hendaklah setiap orang berusaha sedikit mendaki sehingga ia selamat.
Dakwah Nabi Isa terdiri dari kesudan yang mengagumkan; dakwah Nabi Isa bertujuan untuk menyelamatkan ruh atau dakwah yang sanggup dianggap sebagai pedoman sikap individu, bukan suatu system perincian-perincian tersebut dan spesialuntuk memseriuskan kepada sumber utama, yaitu ruh. Isa ingin raenghidupkan ruhani insan dan membimbingnya untuk mencapai cahaya Sang Pencipta. Oleh lantaran itu, Isa hadir dengan didukung oleh ruhul kudus. Ruhul kudus ialah Jibril. Kita tidak mengetahui bagaimana Allah SWT memperkuat Isa dengan Ruh Kudus: apakah Jibril menemaninya dan menyertainya sepanjang pengutusannya? Jibril turun kepada nabi untuk memberikan risalah atau membawa mukjizat atau justru menhadirkan sanksi atas kaumnya, tetapi ia tidak bersama mereka sepanjang waktu. Oleh lantaran itu, apakah memang Jibril menemani Isa sehingga ia diangkat ke langit?
Hampir saja hati menjadi tenang dengan tafsiran ini lantaran dalam kehidupan Nabi Isa terdapat sisi-sisi malaikat di mana ia mempunyai kemampuan yang luar biasa yang berupa mukjizat-mukjizat. Bahkan kemampuan ia hingga pada batas menghidupkan orang-orang mati dengan izin Allah SWT. Begitu juga, ia mempunyai kemampuan yang luar biasa di mana ia dengan spesialuntuk meniupkan pada suatu tanah, maka tanah itu terbentuk menjadi burung dan ia terbang dengan izin Allah SWT. Selain itu, Nabi Isa sama sekali tidak mendekati perempuan sepanjang hidupnya sehingga ia diangkat oleh Allah SWT. Beliau tidak berkeluarga. Ini juga sifat malaikat di mana kita saksikan bahwa sebagian para nabi yang diutus oleh Allah SWT dan mempunyai beberapa perempuan bahkan kitab-kitab Yahudi sebut bahwa jumlah istri-istri nabi mereka Sulaiman misalnya, mencapai seribu wanita.
Isa hidup dalam keadaan karam dalam ibadah mirip anak dari bibinya, yaitu Yahya. Jika Yahya khusuk diberibadah dan tinggal di pegunungan dan gurun bahkan dia menginap di gua, maka hal itu ialah hal yang alami baginya, sedangkan Isa hidup justru di tengah-tengah masyarakat kota. Persoalannya adalah, bukan spesialuntuk Isa tidak terkait kekerabatan dengan seorang perempuan dan bukan spesialuntuk mukjizat-mukjizat yang diperolehnya yang luar biasa yang berafiliasi dengan ruh, tetapi yang lebih dari itu adalah, bahwa ia didukung oleh ruhul kudus sepanjang masa dakwahnya. Tentu itu ialah nikmat yang tak seorang pun dari para nabi sebelumnya didiberi. Allah SWT berfirman:
"(Ingatlah), ketika Allah mengatakan: 'Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkan engkau dengan roh kudus. Kamu sanggup berbicara dengan insan di waktu masih dalam buaian dan setelah dewasa; dan (ingatlah) di waktu Aku mengajar engkau menulis, hikmah, Taurat, dan Injil, dan (ingatlah pula) di waktu engkau membentuk dari tanah (suatu bentuk) yang berupa burung dengan izin-Ku, kemudian engkau meniup padanya, kemudian bentuk itu menjadi burung (yang sebenarnya) dengan seizin-Ku. Dan (ingatlah), waktu engkau menyembuhkan orang yang buta semenjak dalam kandungan ibu dan orang yang berpenyakit sopak dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu engkau mengeluarkan orang mati dari kubur (menjadi hidup) dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu Aku menghalangi Bani Israil (dari keinginan mereka membunuh engkau) di kala engkau mengemukakan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, kemudian orang-orang kafir di antara mereka berkata: 'Ini tidak lain spesialuntuk sehir yang nyata.' Dan (ingatlah), ketika Aku ilhamkan kepada pengikut Isa yang setia: 'Berimanlah kepada-Ku dan kepada rasul-Ku.' Mereka nienjawaban: 'Kami sudah beiiman dan saksikanlah (wahai rasul) bahwa sesungguhnya kami ialah orang-orang yang patuh (kepada seruanmu).'" (QS. al-Maidah: 110-111)
Ayat-ayat tersebut sebut lima mukjizat Nabi Isa. Pertama, bahwa ia bisa berbicara dengan insan dikala ia masih di buaian. Kedua, ia diajari Taurat dan Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa sudah tersembunyi dan sudah mengalami perubahan yang dilakukan oleh orang-orang cerdik dari kaum Yahudi. Ketiga, ia membentuk tanah mirip burung kemudian meniupkannya kemudian tanah itu menjadi burung. Keempat, ia bisa menghidupkan orang-orang yang mati. Kelima, ia bisa menyembuhkan orang yang buta dan orang yang belang. Terdapat mukjizat yang keenam yang disebutkan dalam Al-Qur'an al-Karim:
"(Ingatlah), ketika pengikut-pengikut Isa berkata: 'Hai Isa putra Maryam, bersediakah Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami?' Isa menjawaban: 'Bertakwalah kepada Allah jikalau betul-betul engkau orangyang diberiman.' Mereka berkata: 'Kami ingin memakan hidangan itu dan supaya tenteram hati kami dan supaya kami yakin bahwa engkau sudah berkata benar kepada kami, dan kami menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu.' Isa putra Maryam berdoa: 'Ya Tuhan kami, turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu bagi orang-orang yang bersama kami dan yang hadir setelah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan-Mu: diberi rezekilah kami dan Engkaulah Pemdiberi rezeki Yang Paling Utama.' Allah berfirman: 'Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu, barangsiapa yang kafir di antaramu setelah (turun hidangan) itu, maka sesungguhnya Aku ahan menyiksanya dengan siksaan yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorang pun di antara umat manusia.'" (QS. al-Maidah: 112-115)
Mukjizat yang keenam itu ialah turunnya masakan dari langit lantaran permintaan Hawariyin. Juga terdapat mukjizat yang ketujuh yang terdapat surah Ali 'Imran yaitu ia didiberi kemampuan melihat hal-hal yang mistik melalui panca inderanya meskipun ia tidak menyaksikannya secara langsung. Oleh lantaran itu, ia memdiberitahu kepada sahabat dekat-teman dekatnya dan anakdidik-anakdidiknya apa yang mereka makan dan apa yang mereka simpan di rumah-rumah mereka:
"Dan saya kabarkan kepadamu apa yang engkau makan dan apa yang engkau simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu ialah suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jikalau engkau benar-benar diberiman. " (QS. Ali 'Imran:: 49)
INI mukjizat Nabi Isa yang ketujuh yang dilampaui oleh mukjizat kelahirannya yang sangat mengagumkan. Beliau lahir tanpa seorang ayah, kemudian diikuti mukjizat diberikutnya di mana ia diangkat dari bumi ke langit ketika penguasa yang lalim berusaha menyalibnya. Barangkali pembaca akan bertanya-tanya: mengapa mukjizat-mukjizat mirip ini diperoleh oleh Nabi Isa? Kita mengetahui bahwa mukjizat ialah hal yang luar biasa yang Allah SWT diberikan kepada nabi-Nya. Tetapi pemdiberian itu menjadi sempuma jikalau mukjizat itu diubahsuaikan dengan keadaan zaman diutusnya nabi tersebut sehingga mukjizat itu sangat kuat dalam jiwa kaum dan bisa menggoncangkan hati mereka dan menjadikan mereka diberimana kepada pemilik mukjizat ini. Jadi, mukjizat menjadi suatu hal yang luar biasa. Oleh lantaran itu, Allah SWT berkehendak biar mukjizat ini sesuai dengan zaman diutusnya nabi tersebut.
Jadi, setiap mukjizat yang dibawa oleh rasul selalu berlain-lainan. Nabi Saleh diutus di tengah-tengah kaum yang melihat bagaimana seujung unta yang melahirkan dari pegunungan atau bisa membelah batu-batuan pegunungan. Sedangkan Nabi Musa diutus di tengah-tengah kaum yang gemar memainkan sihir sehingga sihir menerima daerah istimewa. Oleh lantaran itu, mukjizat yang dibawa oleh Nabi Musa bentuk lahirnya seolah-olah ibarat sihir, tetapi pada hakikatnya ia justru menjatuhkan sihir. Mukjizat itu berupa tongkat yang menjadi ular dan kemudian ular itu memakan tongkat-tongkat para tukang sihir.
Lain halnya dengan Nabi Isa, ia diutus di tengah-tengah kaum materialis yang mengingkari ruh dan hari kebangkitan. Mereka menerka bahwa insan spesialuntuk sekadar tubuh tanpa ruh. Mereka ialah kaum yang meyakini bahwa darah makhluk ialah ruhnya atau jiwanya. Taurat yang ada di tangan Yahudi sebut bahwa tafsir an-Nafst ialah darah. Disebutkan di dalamnya: "Janganlah engkau memakan darah dari tubuh insan lantaran jiwa setiap tubuh ialah darahnya. "
Nabi Isa diutus di tengah-tengah kaum yang mereka disesatkan oleh falsafah yang dasarnya menyampaikan bahwa penciptaan alam mempunyai sumber pertama, mirip alasannya ialah dari akibat. Jadi, alam mempunyai wujud yang menlampauinya. Di tengah-tengah masa yang niaterialis ini, di mana ruh diingkari, maka secara logis mukjizat Nabi Isa terkait dengan usaha memberikan alam ruhani. Demikianlah Isa dilahirkan tanpa seorang ayah. Mukjizat ini cukup untuk membungkam kaum yang menyampaikan bahwa alam mempunyai sumber pertama. Jelas bahwa alam tidak mempunyai wujud yang menlampauinya. Kita berada di hadapan Sang Pencipta yang mengadakan sistem bagi segala sesuatu dan menjadikan alasannya ialah bagi segala sesuatu. Dia menjadikan proses kelahiran anak berasal dari kekerabatan laki-laki dan wanita, tetapi Pencipta ini sendiri membuat sebab-sebab dan sebab-sebab itu tunduk kepadanya sedangkan Dia tidak tunduk kepada sebab-sebab itu. melaluiataubersamaini kehendak-Nya yang bebas, Dia bisa memerintahkan kelahiran anak tanpa melalui ayah sehingga anak itu lahir. Dan, kelahiran Isa pun terjadi tanpa seorang ayah. Cukup ditiupkan ruh kepadanya:
"Lalu Kami tiupkan ke dalamnya (tubuhnya) roh dari Kami dan Kami jadikan dia dan anaknya tanda (kekuasaan Allah) yang besar bagi semesta alam. " (QS. al-Anbiya': 91)
Kelahiran Isa membawa mukjizat yang luar biasa yang menegaskan dua hal: pertama, kebebasan kehendak Ilahi dan ketidak terkaitannya dengan alasannya ialah lantaran Dia ialah Pencipta sebab-sebab, kedua pentingnya ruh dan menerangkan kedudukannya serta nilainya di antara kaum yang spesialuntuk mementingkan fisik sehingga mereka mengingkari ruh. Seandainya kita mengamati sebagian besar mukjizat Nabi Isa, maka kita akan melihatnya dan mendukung pandangan tersebut. Misalnya, mukjizat Nabi Isa yang bisa membentuk tanah mirip burung kemudian ia meniupkannya sehingga tanah itu menjadi burung. Mukjizat ini pun menguatkan adanya ruh. Semula ia berupa tanah yang bersifat fisik yang tidak sanggup disifati dengan kehidupan tetapi ketika Nabi Isa meniupnya, maka segenggam tanah itu menjadi burung yang mempunyai kehidupan, Sungguh sesuatu yang bukan fisik masuk ke dalamnya. Sesuatu itu ialah ruh. Ruh itu masuk ke dalam tanah sehingga ia menjadi burung. Jadi, ruh ialah nilai yang hakiki, bukan jasad atau fisik. Di samping itu, juga ada mukjizat menghidupkan orang-orang yang mati. Bukankah ini juga memberikan adanya ruh dan adanya hari simpulan atau hari kebangkitan. Orang yang mati sudah ditelan oleh bumi di mana anggota tubuhnya sudah hancur berserakan sehingga ia hampir menjadi tulang-belulang yang hancur kemudian al-Masih memanggilnya dan tiba-tiba dia hidup kembali dan bangun dari kematiannya.
Seandainya orang yang mati spesialuntuk berupa fisik sebagaimana dikatakan orang-orang Yahudi, maka ia tidak akan bisa bangun dari kematiannya lantaran fisiknya sudah hancur tetapi mayit itu bisa bangun dari kematian. Jasadnya kembali hidup dan ia bangun dari kuburannya serta berbicara. Jadi, ruh ialah nilai yang hakild. bukan fisik atau jasad. Kalau begitu, di sana terdapat hari kebangkitan dan hari kiamat. Hal ini bukanlah tidak mungkin sebagaimana yang dikatakan orang-orang Yahudi, lantaran setelah kematian jasad menjadi tanah yang berterbangan di udara. Itu bukan tidak mungkin tetapi mungkin-mungkin saja. Dalil dari hal itu adalah, kebangkitan orang-orang yang sudah mati di hadapan mata kepala mereka sendiri. Nabi Isa sudah menghidupkan mereka biar kaumya vakin bahwa kiamat fisik akan terjadi dari kematian dan itu ialah benar dan bahwa hari simpulan ialah benar.
Juga terdapat mukjizat yang lain, yaitu ia bisa memdiberi tahu kaumnya ihwal apa yang mereka simpan di rumah-rumah mereka, tanpa terlebih lampau ia masuk ke rumah mereka atau sanggup bocoran dari seseorang. Mukjizat ini memutuskan bahwa panca indera bukanlah nilai yang hakiki. Nabi Isa tidak melihat apa yang ada di rumah mereka tetapi ruhnya bisa untuk melihat dan berbicara atau memdiberitahu mereka. Jadi, ruhani ialah nilai yang hakiki, bukan fisik. Demikianlah mukjizat-mukjizat Isa hadir untuk memdiberitahukan pentingnya ruh dan kebebasan kehendak Ilahi. Mukjizat-mukjizat Nabi Isa—sebagaimana dikatakan oleh guru kami Muhammad Abu Zahra'—termasuk dari jenis propagandanya dan sesuai dengan tujuan risalahnya, yaitu dakwah untuk mendidik ruhani dan keimanan kepada hari kebangkitan dan hari kemudian, dan di sana ada kehidupan lain di mana seseorang yang berbuat baik akan dibalas kebaikannya dan orang yang berbuat jelek akan dibalas keburukannya.
Lalu, apakah mukjizat menghidupkan orang-orang yang mati masih mempersembahkan celah kepada para pengingkar alam abadi untuk terus mengingkarinya atau mempersembahkan ruangan kepada penentang hari kebangkitan untuk meneruskan penentangannya? Kami sudah menyampaikan bahwa orang-orang Yahudi sudah diracuni dengan pikiran ketidakpercayaan atau penentangan pada hari alam abadi serta tidak diberiman kepada hari akhir, maka menghidupkan orang-orang yang mati yang dibawa atau dikuasai oleh Isa menjadi suatu pukulan telak bagi mereka yang membuat mereka diberiman, tetapi mereka masih menentang gejala kebemasukan Allah.
Nabi Isa menutup lembaran kehidupannya yang lembut dan dan ia mulai berdakwah di jalan Allah. Beliau didukung oleh ruhul kudus dan mukjizat-mukjizat yang luar biasa. Al-Qur'an al-Karim menceritakan kepada kita bahwa esensi dakwah al-Masih tidak banyak berubah dari esensi dakwah para nabi sebelumnya, yaitu menyuarakan Islam yang pada dasarnya ialah menebarkan tauhid yang tepat spesialuntuk serta menyerahkan diri kepada Allah: "Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhan kalian."
Al-Qur'an memdiberitahu kita bahwa yang menyampaikan kalimat tersebut ialah Isa. Kalimat tersebut ialah kalimat yang sama yang pernah disampaikan seluruh nabi, meskipun nama mereka, sifat mereka, mukjizat mereka, baju mereka, bahasa mereka, usia mereka, bentuk mereka, dan warna kulit mereka tidak sama. Mereka tiruana bersepakat untuk menyuarakan Islam dan spesialuntuk menyerahkan diri kepada Allah SWT serta diberiman bahwa Allah SWT ialah Tuhan mereka dan Tuhan alam semesta. Tiada sekutu bagi-Nya dan tiada yang setara dengan-Nya. Dia Maha Esa yang tidak beranak dan tidak diperanakkan dan tiada sesuatu pun yang menyerupai-Nya.
Isa tidak menyampaikan kasus tauhid lebih banyak atau lebih sedikit dari apa yang pemah disampaikan oleh para nabi. Al-Qur'an hadir kira-kira setelah lima ratus tahun dari pengangkatan Nabi Isa. Allah SWT, melalui ilmu-Nya yang azali mengetahui apa yang terjadi di tengah-tengah kaum Masehi di mana mereka berselisih ihwal hakikat Isa. Oleh lantaran itu, Al-Qur'an al-Karim berusaha menyingkap obrolan mereka yang belum terjadi. Allah SWT berfirman:
"Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: 'Hai Isa putra Maryam, adakah engkau menyampaikan kepada manusia: 'Jadikanlah saya dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?' Isa menjawaban: 'Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku menyampaikan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika saya pernah mengatakannya, maka tentulah Engkau sudah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan saya tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui kasus yang gaib. Aku tidak pernah menyampaikan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakannya) yaitu: 'Sembahlah Allah, Tuhanku, dan Tuhanmu,' dan saya menjadi saksi terhadap mereka selama saya berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan Engkau ialah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu.'" (QS. al-Maidah: 116-117)
Al-Qur'an secara tegas menyampaikan bahwa dakwah al-Masih ialah dakwah tauhid. Al-Qur'an ingin menyampaikan bahwa al-Masih terlepas dari segala tuduhan yang dialamatkan kepadanya, yaitu tuduhan bahwa ia anak Tuhan atau ia justru tuhan itu sendiri. "Aku tidak pernah menyampaikan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakannya) yaitu: 'Sembahluh Allah, Tuhanku, dan Tuhanmu."
Nabi Isa pergi berdakwah di jalan Allah SMT. Inti dakwahnya adalah, bahwa tidak ada mediator antara Pencipta dan makhluk; tidak ada mediator antara seorang penyembah dan yang disembah. Allah SWT menurunkan kitab Alkitab kepada Nabi Isa. Ia ialah kitab suci yang hadir untuk membenarkan Taurat dan berusaha menghidupkan syariatnya yang pertama. Alkitab ialah cahaya, petunjuk, dan peringatan bagi orang-orang yang bertakwa. Nabi Isa ingin meluruskan tafsiran orang-orang Yahudi terhadap syariat di mana mereka memberikan tafsir dari syariat itu secara harfiah dan sesuai dengan kepentingan mereka. Nabi Isa menenangkan orang-orang yang yang menjaga syariat bahwa ia tidak hadir untuk menghilangkan syariat, tetapi ia hadir untuk menyempurnakannya dan merampungkan kiprah para nabi. Namun Isa lebih menekankan pada penafsiran esensinya, bukan kepada bentuk lahiriahnya.
Nabi Isa memdiberi pengertian kepada orang-orang Yahudi bahwa sepuluh wasiat yang dibawa oleh Isa mengandung makna-makna yang lebih dalam dari apa yang mereka bayangkan. Wasiat yang keenam bukan spesialuntuk melarang pembunuhan materi, sebagaimana yang mereka pahami tetapi juga menyangkut penindasan dan usaha rnencelakakan orang lain. Sedangkan wasiat yang ketujuh bukan spesialuntuk melarang zina (dalam pengertian terjadinya kekerabatan antara laki-laki dengan perempuan melalui cara-cara yang tidak sah), tetapi zina berarti segala bentuk perbuatan yang menjurus kepada dosa. Misalnya, ketika mata diarahkan kepada lawan jenis disertai syahwat dan hasrat seksual, maka itu pun berarti zina. Nabi Isa berkata: "Sesungguhnya lebih baik bagi insan untuk menghindarkan matanya dari sesuatu yang sanggup menghancurkannya daripada ia harus hancur dengan mata itu sendiri. Syariat yang dibawa oleh Isa melarang untuk melanggar sumpah dan akad Nabi Isa memdiberi pengertian kepada kaumnya bahwa hendaklah mereka tidak melaksanakan sumpah tiruan lantaran ialah "kesalahan besar jikalau nama Allah dibentuk main-main di atas mulut-mulut manusia." (Injil Mata 21 hingga 48).
Dakwah Nabi Isa juga berbenturan dengan arus materialisme yang sangat mendominasi masyarakat dikala itu. Oleh lantaran itu, ia mengingatkan insan dari perbuatan munaflk, pamrih, tamak, dan gila pujian. Begitu juga ia mengingatkan mereka dari sifat rakus terhadap kekayaan dunia; ia mengingatkan biar tidakboleh hingga mereka menimbun harta di dunia. Yakni, hendak lah mereka tidak memseriuskan perhatian mereka pada urusan-urusan duniawi semata yang sifatnya tidak awet. Tetapi hendaklah rnereka memseriuskan perhatian mereka pada hal-hal yang bersifat samawi (ukhrawi) lantaran itu bersifat awet.
Nabi Isa memdiberitahu kepada masyarakatnya biar mereka menjadi orang-orang yang teliti dikala menentukan gaya hidup mereka lantaran pada gilirannya nalar mereka akan menjadi cermin darinya. Kecenderungan insan itu terkait kuat dengan hatinya. Jika hati tertuju kepada cahaya langit, maka kehidupan insan akan tampak bersinar tetapi jikalau hati tertuju pada biro diam-diam dunia, maka kehidupannya pun tampak petang. Nabi Isa mengingatkan kaumnya dari sikap pamrih dan cinta dunia. Beliau mengajak mereka untuk teliti dalam menentukan majikan yang mereka mengabdi kepadanya lantaran insan tidak sanggup mengabdi kepada dua majikan dalam satu waktu. Boleh jadi ia akan menjadikan harta sebagai majikannya, atau boleh jadi ia akan menjadikan Allah SWT sebagai tuannya. Jika ia menyembah harta, maka berarti ia jauh dari penyembahan terhadap Tuhannya. Oleh lantaran itu, hendaklah insan menjauhi dunia, mirip masakan dan pakaian di mana mereka akan dikuasai oleh kegelisahan dan ketidaktenangan serta keraguan ihwal penjagaan Allah SWT kepada mereka. Allah SWT sudah berjanji untuk memenuhi kebutuhan hamba-hamba-Nya dalam kehidupan. Ketika timbul kegelisahan dan keraguan pada diri mereka, maka itu dikarenakan keraguan mereka terhadap penjagaan Allah SWT dan ketidakpercayaan mereka kepada janji-janjinya dan rahmat-Nya serta bimbingan-Nya. Allah SWT-lah yang membuat mereka dan Dia pula yang menjamin kehidupan mereka dan melindungi mereka. Bahkan Dia juga melindungi makhluk yang paling kecil urusannya mirip burung di langit dan kumbang-kumbang di kebun.
Nabi Isa memdiberitahu kaumnya bahwa spesialuntuk memperhatikan dunia ialah hal yang salah, yang tidak pantas dilakukan oleh orang-orang yang beragama. Itu ialah sikap para penyembah berhala lantaran penyembah berhala tidak mengetahui apa yang lebih baik darinya, sedangkan orang-orang yang beragama mengetahui bahwa di sana terdapat bimbingan Ilahi yang mengajak mereka untuk percaya kepada Allah SWT dan tidak begitu peduli dengan dunia. Allah SWT mengetahui kebutuhan-kebutuhan mereka lebih daripada apa yang mereka ketahui; Allah SWT akan melindungi mereka dan akan menjamin kehidupan mereka. Karena itu, yang layak bagi mereka adalah, hendaklah mereka memohon biar didiberi kekuasaan Allah SWT dan kebaikan dari-Nya. Yakni kehidupan ruhani dan apa yang dikandungnya dari kebahagiaan awet.
Di samping itu, Nabi Isa menasihati mereka biar tidakboleh terlalu pusing dengan kejadian-kejadian yang akan hadir dan persoalan-persoalan esok hari lantaran esok hari sudah berjalan sebagaimana mestinya. Jika kebutuhan dan penderitaan hadir silih berganti, maka menolongan dan derma Ilahi pun terus hadir silih berganti. Dakwah Nabi Isa juga berbenturan dengan dualisme yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat. Kita saksikan sebagaimana mereka suka mendapatkan kebaikan yang ditujukan kepada diri mereka, maka mereka pun biasa untuk melaksanakan kejahatan kepada orang-orang lain. Demikianlah, kehidupan orang-orang Yahudi dicemari sikap dualisme ini. Nabi Isa mewasiatkan kepada insan biar mereka memperlakukan sesama mereka sesuai dengan keyakinan yang mengatakan: "Perlakukanlah orang lain sebagaimana engkau memperlakukan dirimu sendiri"
Nabi Isa terus melangsungkan dakwahnya dan mengajak insan untuk menyembah Allah SWT serta tidak menyekutukan-Nya, sebagaimana ia juga mengajak insan untuk memmembersihkankan dan menyudkan ruhani serta hati dan berasaha memasuki kerajaan langit. Dakwah Nabi Isa itu sangat memukul kalangan para pendeta Yahudi. Kalimat-kalimat yang dilontarkan Nabi Isa bagaikan senjata yang siap menerpa wajah mereka dan menyatakan peperangan terhadap mereka serta menyingkap kedok kemunafikan mereka. Mula-mula pemerintahan Romawi tidak turut campur dalam kasus tersebut lantaran mereka melihat bahwa itu spesialuntuk sekadar perselisihan internal antara kelompok-kelompok Yahudi. Bagi mereka, selama orang-orang Yahudi sibuk dengan kasus mereka sendiri dan tidak peduli dengan kekuasaan, mereka pun tidak turut campur.
Kemudian para pendeta Yahudi mulai merancang suatu persekongkolan untuk menyingkirkan Isa. Mereka ingin mengusir Isa dan membuktikan bahwa Isa hadir untuk menghancurkan syariat Musa. Syariat Musa memutuskan untuk merajam perempuan yang berzina. Para pendeta Yahudi menghadirkan perempuan yang salah yang berhak dirajam. Mereka berkumpul di sekeliling Isa dan bertanya kepadanya: "Tidakkah syariat memutuskan untuk merajam perempuan yang bersalah?" Isa menjawaban: "Benar," Mereka berkata: "Ini ialah perempuan yang bersalah." Isa memandang perempuan itu dan ia pun melihat para pendeta Yahudi. Isa mengetahui bahwa para pendeta Yahudi lebih banyak kesalahannya daripada perempuan tersebut. Para pendeta itu menunggujawabanan Isa. Jika ia menyampaikan bahwa perempuan itu tidak berhak dibunuh, maka berarti ia menentang syariat Musa, dan jikalau ia menyampaikan bahwa ia berhak dibunuh, maka ia justru menghancurkan dirinya sendiri yang membawa syariat cinta dan toleransi. Nabi Isa memahami bahwa ini ialah persekongkolan. Beliau tersenyum dan wajahnya tampak bercahaya. Kemudian ia melihat para pendeta Yahudi dan perempuan itu sambil berkata: "Barangsiapa di antara kalian yang tidak mempunyai kesalahan, maka hendaklah ia merajam perempuan itu."
Suara ia yang keras itu memecahkan keheningan daerah penyembahan. Beliau memutuskan peraturan gres yang berafiliasi dengan aturan yang dijatuhkan kepada orang yang ber-buat salah. Hendaklah orang yang tidak berbuat salah menghukum orang yang salah dan tidak berhak seseorang pun dari kalangan insan untuk menghukum orang yang bersalah jikalau ia sendiri bersalah, tetapi yang menghukumnya ialah Allah SWT yang Maha Suci dan Maha Tinggi dan Allah SWT ialah Maha Pengasih di antara yang mengasihi.
Nabi Isa keluar dari daerah penyembahan itu. Tiba-tiba, perempuan itu mengejar dari belakangnya. Lalu perempuan itu mengeluarkan dari pakaiannya satu botol dari minyak yang berharga. Ia berdiri di depan Isa dan menjatuhkan dirinya di atas kedua kaki Isa kemudian menciumnya dan membasuhnya dengan minyak wangi dan air mata. Sesudah itu, ia mengeringkan kedua kakinya dengan rambutnya. Bagi perempuan itu, al-Masih mempakan impian terakhir yang sanggup menyelamatkannya. Lalu keluarlah dari belakang Isa seorang tokoh pendeta Yahudi. Ia berdiri menyaksikan pemandangan tersebut dan ia merasa kagum terhadap kasih akung Isa. Isa melihat kepadanya dan bertanya; "Seorang kreditor yang mempunyai dua orang debitor, salah satunya berpinjaman lima ratus dinar dan yang lain lima puluh dinar." Pendeta itu berkata: "Ya." Isa berkata: "Tak seorang pun dari mereka berdua yang merniliki uang yang cukup untuk melunasi uangnya. Lalu si kreditor memaafkan mereka dan membebaskan mereka dari pinjaman." Pendeta berkata: "Ya." Kemudian Isa bertanya: "Siapa di antara mereka yang paling senang kepada kreditor itu?" Pendeta menjawaban: "Tentu yang berpinjaman lebih besar.'' Isa berkata: "Benar apa yang engkau ucapkan. Lihadah perempuan ini. Aku sudah masuk ke rumahmu tetapi engkau tidak mempersembahkan kepadaku air biar saya sanggup membasuh wajahku, tetapi perempuan itu membasuh kedua kakiku dengan air mata kemudian ia mengusapnya dengan rambut kepalanya. Begitu juga engkau tidak mempersembahkan ciuman kepadaku tetapi perempuan ini tidak merasa puas dengan spesialuntuk mencium kedua kakiku. Jadi, hatimu sungguh sangat keras tetapi hati perempuan itu dipenuhi dengan rasa cinta. Maka barangsiapa yang banyak menyayangi pasti kesalahan-kesalahannya akan diampum." Kemudian Isa menoleh ke perempuan itu dan memerintahkannya untuk bangun dari tanah sambil berkata: "Ya Allah, ampunilah perempuan ini dan hilangkanlah kesalahan-kesalahannya."
Nabi Isa berusaha menyadarkan para pendeta Yahudi bahwa para dai yang menyeru di jalan Allah SWT bukanlah algojoalgojo yang bengis yang menerapkan aturan syariat tanpa melihat keadaan masyarakat yang bersalah, tetapi mereka hadir dan membawa anutan Allah SWT yang ialah anutan yang penuh dengan rahmat kepada manusia. Jadi, rahmat ialah tujuan tiruana dakwah Ilahi ini. Bahkan diutusnya para nabi itu sendiri mengandung rahmat Allah SWT terhadap kaum mereka.
Isa terus berdoa kepada Allah SWT biar merahmati kaumnya. Beliau menyuruh kaumnya biar menyayangi diri mereka sendiri dan diberiman kepada Allah SWT. Kehidupan Nabi Isa menggambarkan kezuhudan dan ketaatan dalam ibadah. Mu'tamar bin Sulaiman berkata, sebagaimana diri wayatkan Ibnu 'Asakir: "Nabi Isa menemui kaumnya dengan menggunakan pakian dari wol. Beliau keluar dalam keadaan tidak beralas kaki sambil menangis serta wajahnya tampak pucat lantaran kelaparan dan bibimya tampak kering lantaran kehausan. Nabi Isa berkata, "salam kepada kalian wahai Bani Israil. Aku ialah seseorang yang meletakkan dunia di tempatnya sesuai dengan izin Allah SWT, tanpa bermaksud membanggakan diri. Apakah kalian mengetahui di mana rumahku?" Mereka menjawaban: "Di mana rumahmu wahai Ruhullah?"
Nabi Isa menjawaban: "Rumahku ialah mesjid, wewangianku ialah air makananku ialah rasa lapar, pelitaku ialah bulan di waktu malam dan salatku di waktu demam isu hirau taacuh di dikala matahari terletak di timur, bungaku ialah tanaman-tanaman bumi, pakaianku terbuat dari wol, syiarku ialah takut kepada Tuhan Yang Maha Mulia, kawan-kawanku ialah orang-orang yang fakir, orang-orang yang sakit, dan orang-orang yang miskin. Aku memasuki waktu pagi dan saya tidak mendapati sesuatu pun di rumahku begitu juga saya memasuki waktu sore dan saya tidak menemukan sesuatu pun di rumahku. Aku ialah seseorang yang jiwanya membersihkan dan tidak tercemar. Maka siapakah yang lebih kaya daripada aku?"
Isa terus melaksanakan dakwahnya. Ia didukung oleh mukjizat dari Allah SWT. Nabi Isa bisa membuat bentuk burung dari tanah kemudian ia meniupnya, maka tanah itu menjadi burung dengan izin Allah SWT. Selain itu, ujung bajunya yang sederhana jikalau tersentuh orang yang sakit, maka orang itu akan sembuh. Bahkan jikalau Isa meletakkan tangannya di atas mata orang yang buta atau orang yang terkena sakit belang pasti ia akan sembuh. Jadi, Nabi Isa didukung oleh mukjizat yang luar biasa. Bahkan ia bisa menghidupkan orang-orang yang mati dari kuburan mereka sehingga mereka keluar dalam keadaan hidup dengan izin Allah SWT.
Para hebat tafsir menyampaikan bahwa Nabi Isa menghidupkan empat orang. Pertama, al-Azir yaitu kawannya. Kemudian dua orang anak laki-laki dari seorang tua, dan seorang anak perempuan satu-satunya dari seorang ibu. Mereka ialah tiga orang yang mati di zaman Nabi Isa. Ketika orang-orang Yahudi melihat hal tersebut, mereka berkata: "Engkau menghidupkan orang-orang yang mati dan kematian mereka tidak usang .Barangkali mereka tidak mati tapi mereka sekadar mengalami keadaan tidak sadarkan diri atau mati suri. Lalu mereka meminta kepada Nabi Isa untuk membangkitkan Sam bin Nuh dari kematiannya.
Para hebat tafsir menyampaikan bahwa Nabi Isa bertanya kepada mereka, "Di manakah kaum kuburan Sam bin Nuh?" Mereka keluar bersama Isa sehingga mereka mencapai kuburan. Lalu Nabi Isa berdoa kepada Allah SWT biar menghidupkan orang yang mati di situ. Sam bin Nuh keluar dari kuburannya, dan rambut dikepala-nya tampak beruban. Isa berkata kepadanya: "Bagaimana rambut di kepalamu bisa beruban, sementara di zamanmu kamu tidai. ada uban," Sam berkata: "Ya Ruhullah, saya mendengar engkau berdoa untukku kemudian saya mendengar bunyi yang mengatakan, saya akan mengabulkan wahai Ruhullah. Aku menerka bahwa kiamat sudah tiba. Karena takutnya kepada hal itu sehingga rambut di kepalaku beruban."
Apa pun yang dikatakan berkaitan dengan dongeng itu yang sebut ihwal bagaimana Nabi Isa menghidupkan orang-orang yang mati, namun kita tidak mengetahui konteks Al-Qu'ran serta perincian-perincian yang menerangkan hal tersebut. Allah SWT spesialuntuk sebut bahwa Isa menghidupkan orang-orang yang mati dengan izin-Nya. Kita percaya bahwa Nabi Isa bisa menghidupkan mereka tetapi kita tidak mengetahui apakah mereka mati kembali setelah dihidupkan atau mereka sempat menjalani kehidupan selama beberapa saat. Nabi Isa terus berjalan di jalan Allah SWT. Beliau membuat bagi mereka apa yang disebut dengan aturan ruh. Beliau menaiki pegunungan dan para sahabat dekat-teman dekatnya berdiri di sekitarnya. Nabi Isa melihat orang-orang yang diberiman kepadanya yang terdiri dari orang-orang yang fakir, orang-orang yang menderita, dan orang- orang yang sedih. Jumlah mereka sedikit sebagaimana lazimnya jumlah para pengikut nabi.
Gunung diliputi dengan awan tipis dan turunlah hujan gerimis. Isa mulai berbicara: "Sungguh beruntung bagi orang-orang miskin lantaran mereka mempunyai kerajaan langit. Beruntunglah orang-orang yang sedih lantaran mereka akan menjadi orang-orang yang mulia. Beruntunglah yang diserahi amanat lantaran mereka akan mewarisi bumi. Beruntunglah orang-orang yang lapar dan haus lantaran mereka akan dikenyangkan. Beruntunglah orang-orang yang menyayangi lantaran mereka akan diakungi. Beruntunglah orang-orang yang membersihkan hatinya lantaran mereka akan melihat Allah SWT. Beruntunglah orang-orang yang tertindas demi mempertahankan kebenaran lantaran mereka akan mendapatkan kerajaan langit. Kalian ialah garam bumi jikalau garam sudah rusak, maka siapa gerangan yang sanggup mengembalikannya menjadi garam kembali." Renungkanlah kedalaman ungkapan dari Nabi Isa, "kalian ialah garam bumi."
Garam ialah sesuatu yang mempersembahkan rasa yang khusus dan tanpa garam masakan akan menjadi hambar. Yakni, tanpa orang-orang mukmin, maka cita rasa kehidupan terasa tidak bermakna; tanpa kehadiran orang-orang Muslim dan perbuatan mereka yang tulus terhadap Allah SWT akan tampak kehidupan sangat berat dan tidak berarti. Di samping itu, kehadiran insan sebagai khalifah Allah SWT di muka bumi pun sia-sia, dan keagungan insan sebagai hamba Allah SWT pun tidak bermakna, dan pada gilirannya kehidupan akan dipenuhi dengan kejahatan dan keburukan.
Allah SWT teiah mewahyukan kepada "garam bumi" biar mereka diberiman kepada Nabi Isa. Allah SWT berfirman:
"Dan (ingatlah), ketika Aku ilhamkan kepada pengikut-pengikut Isa yang setia: 'Berimanlah engkau kepada-Ku dan kepada rasul-Ku.' Mereka menjawaban: 'Kami sudah diberiman dan saksikanlah (wahai rasul) bahwa sesungguhnya kami ialah orang-orang yang patuh (kepada seruanmu).'" (QS. al-Maidah: 111)
Al-Hawariyin mengakui kebenaran anutan Nabi Isa dan mereka menyatakan keislaman kepadanya, sebagaimana ratu Saba' mengakui kebenaran anutan Nabi Sulaiman dan menyatakan keislaman padanya, dan sebagaimana tiruana para nabi menyatakan keislaman. Hakikat anutan para nabi terbatas kepada pernyataan keislaman dan tiruana nabi menyeru kepada jalan tauhid dan jalan Islam. Islam dalam pandangan kami mempunyai makna yang lebih dalam daripada tauhid. Pengakuan seseorang terhadap Allah SWT dan keimanan akan keesaan-Nya dalam membuat makhluk tidak mencegah orang itu untuk berbuat dosa, sedangkan keislaman atau penyerahan hati dan anggota tubuh serta pemikiran kepada Allah SWT ialah suatu tingkatan sedikit lebih tinggi. Ini ialah tingkat kepatuhan orang-orang yang patuh dan puncak ketauhidan orang-orang yang bertauhid. Itu ialah keserasian antara tindakan dengan pikiran, yaitu usaha insan untuk menghindari kesalahan dan memurnikan amal spesialuntuk untuk Allah SWT. Al-Qur'an al-Karim memdiberitahu kita bahwa Allah SWT memberikan wahyu kepada al-Hawariyin biar mereka diberiman kepadanya dan kepada Rasul-Nya Isa.
Marilah kita renungkanlah sejenak ihwal wahyu Allah SWT terhadap Hawariyin. Kita mengetahui bahwa Allah SWT mewahyukan kepada insan dan kepada makhluk-makhluk lainnya. Allah SWT berfirman:
"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mewahyukan kepada lebah..." (QS. an-Nahl: 68)
Yang dimaksud dengan wahyu di sini ialah mempersembahkan pandangan gres kepada makhluk biar mereka menuju ke jalan fitrahnya yang sudah Allah SWT gariskan di atasnya sehingga mereka mencapai jalan kesempurnaan. Tidakkah Anda ingat ihwal jawabanan Nabi Musa terhadap pertanyaan Fira'un:
"Fir'aun berkata: 'Siapakah Tuhan engkau berdua wahai Musa. " (QS. Thaha: 49)
"Musa berkata: 'Tuhan kami ialah (Tuhan) yang sudah mempersembahkan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya kemudian memdiberinsa petunjuk. " (QS. Thaha: 50)
Makna di sana dan di sini sama. Makna yang sama tersebut diterapkan kepada kaum Hawariyin di mana wahyu Allah SWT terhadap mereka berupa pemdiberian pandangan gres kepada mereka demi kebaikan mereka dan kebahagiaan mereka, dan wahyu ini tidak berperihalan dengan ikhtiar mereka dan usaha mereka serta keinginan mereka, bahkan tidak berperihalan dengan kebebasan mereka. Allah SWT sudah melihat hati mereka yang dipenuhi dengan kebaikan. Dia melihat mereka sebagai garam bumi, maka Allah SWT mewahyukan kepada mereka biar diberiman kepadanya dan rasul-Nya sehingga mereka pun diberiman dan mereka pun bersaksi bahwa mereka orang-orang yang berserah diri atau Muslim.
Tampaknya kaum Hawariyin menyembunyikan keimanan mereka sehingga Isa mencicipi kekufuran kaumnya semakin menjadi-jadi kemudian Isa memanggil mereka: "Siapakah di antara kalian yang menolong saya menuju jalan Allah SWT?" Allah SWT berfirman:
"Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran dari mereka (Bani Israil) berkatalah dia: 'Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk menegakkan (agama) Allah?' Para Hawariyin (teman dekat-teman bersahabat setia) menjawaban: 'Kamilah penolong-penolong (agama) Allah. Kami diberiman kepada Allah; dan sahsikanlah bahwa sesungguhnya kami ialah orang-orang yang menyerahkan diri. Ya Tuhan kami, kami sudah diberiman kepada apa yang sudah Engkau turunkan dan sudah kami ikuti rasul, lantaran itu masukkanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang menjadi saksi.'" (QS. Ali 'Imran: 52-53)
Nas Al-Quran memberikan bahwa Nabi Isa mengajak mereka untuk mengikuti Islam sehingga mereka pun berserah diri; nas Al-Quran menegaskan bahwa Nabi Isa memberikan kabar gembira dengan kehadiran seorang rasul yang hadir sesudahnya yang berjulukan Ahmad. Dikatakan dalam Al-Qur'an:
"Dan (ingatlah) ketika Isa putra Maryam berkata: 'Hai Bani Israil, sesungguhnya saya ialah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab yang turun sebelumku, yaitu Taurat dan memdiberi kabar gembira dengan (hadirnya) seorang rasul yang akan hadir sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).' Maka tatkala rasul itu hadir kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: 'Ini ialah sihir yang nyata.'" (QS. Shaff: 6)
Kita tidak mengetahui secara pasti kapan Nabi Isa memberikan kabar diberita ihwal kehadiran seorang rasul ini yang hadir setelah masanya, yaitu Ahmad saw. Apakah kabar diberita itu ia sampaikan dipermulaan pengutusannya kepada manusia, atau apakah ia memberikan kabar itu pada simpulan masa dakwahnya dan sebelum ia diangkat ke langit? Tetapi melihat konteks Al-Qur'an tampaknya kabar diberita tersebut itu disampaikan di permulaan dakwahnya, sebagaimana firman-Nya: "Maka tatkala rasul itu hadir kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: 'lni ialah sihir yang nyata.'"
Kata ganti (dhamir) dalam ayat tersebut kembali kepada Nabi Isa. Ayat tersebut memberikan bahwa Nabi Isa memberikan kabar gembira dengan hadirnya Muhammad atau Ahmad ketika Allah SWT mengutus kepada kaumnya. Kemudian terjadilah di hadapan Nabi Isa aneka macam macam mukjizat yang luar biasa mirip penghidupan orang yang mati, peniupan tanah, dan sebagainya. Ketika Nabi Isa hadir membawa bukti-bukti yang terang ini, maka mereka menuduhnya bahwa ia membawa sihir. Nabi Isa mengetahui bahwa tuduhan semacam ini sudah dialamatkan kepada sebagian besar para nabi sebelumnya. Beliau juga mengetahui bahwa nabi yang terakhir pun akan mendapatkan tuduhan yang sama. Oleh lantaran itu, nabi yang mulia itu tetap berdakwah di jalan Allah SWT dan tidak peduli dengan tuduhan kaumnya yang menyampaikan bahwa ia membawa sihir.
Kemudian perperihalan antara Nabi Isa dan Bani Israil semakin meningkat. Mereka ialah orang-orang yang hatinya keras, yang membeku di hadapan kebenaran. Isa hadir kepada mereka dan menghancurkan segala pemikiran mereka dan kehidupan mereka serta sistem mereka. Sesungguhnya dakwah Nabi Isa terserius kepada kebenaran, kedamaian dan keadilan dan pada dikala yang sama mengumumkan peperangan terhadap kehidupan orang-orang yang lalim yang sudah menjauhi kebenaran. keadilan, dan kedamaian. Alkitab Mata sebut melalui lisan Isa: "Jangalah kalian menerka bahwa saya membawa kedamaian ke muka bumi. Aku tidak hadir spesialuntuk membawa kedamaian tetapi saya hadir membawa pedang."
Kalimat tersebut menyiratkan hakikat yang penting dari hakikat dakwah para nabi. Para nabi ialah pejuang sejati di mana senjata yang mereka gunakan di medan peperangan berguaka ragam. tetapi mereka pada hakikatnya ialah pejuang. Mereka memulai peperangan mereka dengan satu pemikiran yaitu suatu tekad menyampaikan bahwa tiada Tuhan selain Allah SWT. Pemikiran itu tentu berbenturan dengan kepercayaan akan tuhan-tuhan yang diyakini oleh manusia, baik tuhan-tuhan yang terbuat dari emas atau batu. Pemikiran itu sangat mengganggu ketenangan orang-orang yang lalim atau penguasa yang bengis serta sangat melawan kepentingan mereka, sehingga para raja dan para penguasa mirip biasanya bergerak menentang nabi kecuali orang yang mendapatkan petunjuk dari Allah SWT. Para pembesar dari kalangan kaum nabi menentang nabi. Al-Mala' ialah para pembesar sebagaimana sudah kami jelaskan dalam kisah Nabi Nuh dan sesudahnya. Kemudian Nabi terus melangsungkan peperangan mewujudkan tekadnya: Nabi meletakkan dasar peperangannya dengan memberikan ketuhanan Allah SWT.
Sesudah meneguhkan dasar yang kuat ini, Nabi memutuskan keadilan. Tak seorang pun berhak untuk menghinakan seseorang atau menjadikannya sebagai budak lantaran penghambaan spesialuntuk pantas ditujukan kepada Allah SWT. Manusia ialah sama di antara mereka sehingga tidak berhak seseorang untuk memanfaatkan kekuatan insan untuk membangun kejayaan pribadinya atau unruk memperkaya dirinya dengan merugikan orang lain, atau menghancurkan hak-hak mereka atau berbuat jelek terhadap mereka dalam aneka macam bentuknya. Jadi, inti dakwah para nabi berarti mengganti dan mengubah sistem yang rusak yang didirikan oleh para pembesar kaumnya. Kalau begitu, ia ialah dakwah yang menyatakan peperangan dan lantaran itu seseorang nabi harus membava senjata. Sesudah meneguhkan pemikiran tersebut, dimulailah peperangan. Seorang nabi menggunakan pedang. Ia berlindung di balik senjata dan senjata yang dimiliki oleh setiap nabi tidak sama-beda.
Mula-mula seorang nabi tidak menggunakan senjata apa pun dalam peperangannya selain berusaha untuk membangkitkan akal. Lalu peperangan semakin meningkat sehingga nabi terpaksa untuk menggunakan senjata. Para musuh memaksanya untuk menggunakan senjata sehingga para nabi pun menggunakan senjata. Di sini setiap nabi mempunyai senjata yang tidak sama-beda. Terkadang senjata seorang nabi berupa mukjizat yang sanggup menghentikan langkah dan menghancurkan mereka mirip taufan (kisah Nabi Nuh) atau angin (kisah Nabi Hud), dan terkadang senjata para nabi ialah mukjizat yang memmenolongnya untuk mengalahkan musuh-musuhnya secara pasti mirip ditundukkannya jin dan burung baginya (kisah Nabi Sulaiman) dan senjata nabi berupa mukjizat yang menyelamatkannya dari kebijaksanaan bulus musuh mirip berubahnya api menjadi sesuatu yang hirau taacuh dan membawa keselamatan (kisah Nabi Ibrahim) dan terkadang senjata nabi yang luar biasa yang memperkuat dakwahnya mirip menghidupkan orang-orang yang mati (kisah Nabi Isa) dan terkadang senjata nabi berupa pedang yang dipegang di tangannya dikala ia melangsungkan peperangan dan mempertahankan dakwahnya (kisah Nabi Muhammad saw).
Jadi, senjata para nabi tidak sama-beda, baik dalam bentuk kualitas maupun kapasitasnya. Allah SWT mengetahui kondisi mereka lebih dari apa yang kita ketahui sehingga Allah SWT sangat tepat ketika memilihkan senjata untuk setiap nabi. Dan tak seorang nabi pun yang tinggal di suatu daerah sementara ia tidak berjuang dan tidak bergerak dan tidak mengalami penderitaan dari kaumnya. Oleh lantaran itu, sesuai dengan kadar kesabaran para nabi dan usaha mereka dalam memberikan dakwah di jalan Allah SWT, mereka layak untuk mendapatkan daerah yang istimewa di sisi Allah SWT.
Isa bin Maryam sudah memberikan bahwa ia ialah seorang pejuang yang membawa senjata. Kata-katanya sendiri berusaha menghancurkan masyarakat yang keras, masyarakat yang bodoh. Masyarakat di zaman Nabi Isa berdiri di atas kesalahan, kesyirikan, kebohongan, kemunafikan, meterialisme, pamrih, kelaliman dan tidak ada kebebasan. Maka melalui kalimat-kalimatnya, Nabi Isa menghancurkan tiruana ini. Nabi Isa memdiberitahu kaumnya bahwa dakwahnya di jalan Allah SWT bukan terserius pada dakwah kedamaian tetapi dalam hal-hal tertentu dakwahnya pun meliputi pernyataan perang. Sesuatu menjadi tidak bernilai ketika tidak berusaha dipertahankan oleh yang bersangkutan hingga tetes darah penghabisan. Timbulnya pemikiran-pemikiran, nilai-nilai dan prinsip-prinsip tidak spesialuntuk bersandar kepada idealismenya tetapi nilainya justru bersandar kepada usaha keras yang dikerahkan oleh para pembawanya dalam rangka mempertahankannya. Tanpa peperangan dan mengangkat senjata dakwah para nabi akan menjadi pemikiran-pemikiran yang sekadar idealisme yang tidak akan menghentikan seseorang pun dan tidak akan membangkitkan seseorang pun.
Kita mengetahui bahwa sebagian besar nabi berhadapan dengan kelompok besar dari masyarakat yang menentangnya dan berusaha memeranginya. Mula-mula mereka mengejeknya dan pada akhirnya mereka berusaha untuk membunuhnya. Kita mengetahui bahwa para nabi berusaha mati-matian untuk memperjuangkan kebenaran yang dibawanya. Melalui kisah para nabi, kita mengetahui bahwa bagaimana serangan masyarakat, para pembesar, dan para penguasa terhadap para nabi tetapi pada dikala yang sama kita seolah-olah tidak melihat bagaimana serangan para nabi terhadap mereka. Penjelasan dari hal itu sangat gampang. Peperangan yang dibangkitkan oleh kebatilan atas para nabi didukung oleh alat-alat yang canggih dan sangat kuat di mana mereka mempunyai aneka macam macam masukana untuk menjatuhkan para nabi, sedangkan para nabi spesialuntuk menyandarkan kekuatan dari yang Maha Benar, yaitu Allah SWT; kekuatan yang tidak berdasarkan pada sebab-sebab tertentu atau tidak peduli dengan tuduhan-tuduhan atau kegaduhan.
Para nabi spesialuntuk terus melangsungkan dakwahnya yang berdasarkan kepada usaha membangkitkan nalar dan hati serta menvucikan ruh. Keteguhan sikap para nabi ini bagi musuh-musuh mereka ialah problem yang besar. Dakwah nabi juga menjamah suatu keluarga di mana seorang ayah sanggup diberiman sementara seorang anak sanggup menentang atau seorang anak sanggup diberiman sementara si ayah sanggup menentang atau seorang istri diberiman atau seorang suami kafir atau seorang suami diberiman sementara si istri kafir. Perbedaan anak laki-laki dengan ayahnya dan seorang istri dengan suaminya menjadikan permusuhan di dalam rumah-rumah. melaluiataubersamaini terjadinya hal ini, masyarakat bergerak untuk menentang nabi dan semakin meningkatkan tekanan-tekanan mereka kepadanya sehingga permusuhan dan kebencian mereka kepada nabi semakin meruncing. Mereka pun berusaha untuk melawan nabi itu yang bagi mereka sudah memisahkan antara ayah dan anaknya atau ia hadir untuk memisahkan seorang anak perempuan dari ibunya.
Kemudian seorang nabi meletakkan suatu undang-undang bagi orang yang mengikutinya, yaitu undang-undang pokok yang membatalkan undang-undang yang tidak sesuai dengannya. Undang-undang ini tampak dalam kalimat nabi: "pertama-tama cinta kepada Allah dan kemudian cinta kepada nabi dan setelah itu cinta kepada sesama manusia." Makna-makna yang demikian ini tercermin secara terang dari kalimat-kalimat Isa yang disampaikan oleh Alkitab Mata pada pasal ke-10.
Al-Masih berkata: "Janganlah engkau menerka bahwa saya hadir membawa kedamaian di bumi, saya hadir bukan spesialuntuk membawa kedamaian tetapi pedang. Aku hadir untuk menjadikan seorang anak tidak sama dengan ayahnya dan seorang anak perempuan tidak sama dengan ibunya sehingga musuh seseorang justru terdapat pada keluarganya. Maka barangsiapa yang menyayangi ibunya dan ayahnya lebih dari kecintaannya kepadaku, maka ia tidak berhak mencintaiku, dan barangsiapa yang menyayangi anak laki-lakinya dan perempuannya lebih dariku, maka ia tidak berhak mengikutiku. Meskipun kehidupannya tampak beruntung bersama-sama ia sudah rugi, dan barangsiapa yang kehidupannya merugi lantaran aku, maka bersama-sama ia sudah beruntung."
Penjelas Alkitab mengatakan: "Pemikiran orang-orang Yahudi ihwal al-Masih adalah, ketika al-Masih hadir, maka tiruana pengikutnya akan merampas kekayaan dan kejayaan di dunia ini kemudian ia spesialuntuk memdiberi mereka ketenangan dan kedamaian. Ketika al-Masih hadir, ia menerangkan kepada para anakdidiknya bahwa hal tersebut tidak benar, lantaran jikalau ia hadir untuk mempersembahkan kedamaian kepada para pengikutnya, maka mereka akan terancam kelaliman dan mereka akan mati lantaran tajamnya pedang. Maka hendaklah mereka tidak mengharapkan kedamaian tetapi peperangan; hendaklah mereka tidak mengharapkan keserasian tetapi perpecahan." Demikianlah masyarakat Yahudi terbagi menjadi dua kelompok: kelompok orang-orang yang fakir, orang-orang yang lemah dan orang-orang yang membersihkan hatinya bersama Isa, sedangkan kelompok dominan menentang Isa. Bahkan kelompok dominan kafir itu sering menyakiti Isa.
Injil Mata menceritakan penderitaan al-Masih pada pasal ke-11. Ia menceritakan bagaimana kemarahan al-Masih terhadap orang-orang yang tidak mengabdi kepada Yuhana (Yahya) dengan baik atau mengabdi kepadanya secara pribadi dengan baik. Alkitab Mata menguntip pernyataan Isa sebagai diberikut: "melaluiataubersamaini apa saya menyerupakan generasi ini, Sesungguhnya mereka ibarat belum dewasa kecil yang duduk di pasar yang berteriak-teriak memanggil kawan-kawan mereka sambil berkata: "Kami sudah meniup seruling tetapi kalian tidak menari. Kami mengasihi kalian tetapi kalian tidak menangis." Yuhana sudah hadir dan tidak makan dan minum tetapi mereka mengatakan, sesungguhnya ia terkena setan. kemudian hadirlah seorang anak insan yang makan dan minurn kemudian mereka mengatakan, ia ialah seorang yang hebat makan dan hebat minum khamer."
Dokumen itu memberikan penderitaan al-Masih dan menyingkap peperangan yang akan dihadapinya. Penderitaan yang dialami oleh hati suci al-Masih ialah sebagai tindakan generasi tersebut di mana ia diutus di dalamnya sebagai orang yang memdiberi petunjuk dan memberikan diberita gembira ihwal kerajaan langit. Beliau menyerupakan generasi Yahudi itu dengan belum dewasa kecil yang duduk-duduk di pasar sambil berteriak-teriak memanggil kawan-kawan mereka sambil berkata: "kami sudah meniup seruling tetapi kalian tidak menari. Kami berbelas kasih kepada kalian tetapi kalian tidak menangis." Al-Masih mengisyaratkan dengan pernyataan itu ihwal apa yang diperbuat belum dewasa kecil dikala mereka bermain-main, di mana biasanya mereka menggandakan orang-orang yang besar dikala mereka bergembira dengan menari-nari dan dikala mereka sedih mereka menangis. Demikianlah mereka sangat cepat berubah antara bergembira dan sedih tanpa melalui pertimbangan dan kesadaran. Demikianlah keadaaan orang-orang Yahudi dikala mereka mengabdi kepada Yahya, kemudian dikala mereka mengabdi kepada al-Masih. Yahya sudah hadir kepada mereka dalam keadaan menangis, tidak makan dan tidak minum dari apa yang mereka makan dan yang mereka minum. Ia tidak bergaul dengan sembarangan manusia. Telah hadir kepada mereka seorang nabi yang hebat ibadah tetapi kebanyakan mereka menolaknya dan mereka menyampaikan bahwa ia terkena setan. Kemudian hadir kepada mereka al-Masih di mana ia makan dan minum bersama pada program walimah dan hari raya kemudian mereka pun menolaknya dan menyampaikan bahwa ia suka makan dan minum khamer padahal ia ialah cermin terbesar dalam menghilangkan syahwat dan kesucian yang sempurna.
Alhasil, generasi itu ialah generasi yang main-main Iayaknya anak kecil. Tidak ada sesuatu pun yang sanggup mempengaruhi mereka dan mereka tidak mau bertaubat. Meskipun demikian, di sana terdapat kelompok kecil dari insan yang terpengaruh dan bertaubat. Dokumen tersebut memberikan betapa beratnya penderitaan Isa di tengah-tengah generasi yang sezaman dengannya. Isa mengalami banyak penderitaan dalam memberikan dakwahnya. Isa banyak menderita di tengah-tengah kaum yang pikiran mereka belum matang. Mereka tak ubahnya mirip belum dewasa kecil yang suka bermain-main. Kaum yang tak tergugah oleh kalimat-kalimat yang baik dan mereka tidak bergerak atau tersentuh ketika menyaksikan mukjizat-mukjizat yang luar biasa.
Allah SWT kembali memperkuat Isa dengan mukjizat-mukjizat yang mengagumkan. Mukjizat di sini ialah senjata yang didiberikan Allah SWT kepada nabi-Nya biar nabi tersebut menjadi tenteram dan biar menambah keyakinan orang-orang yang diberiman kepadanya, sedangkan bagi orang-orang kafir mukjizat tersebut justru menambah kekufuran mereka sehingga Allah SWT mempersembahkan pembalasan yang setimpal kepada kedua kelompok tersebut. Mukjizat yang Allah SWT diberikan kepada Isa bin Maryam yang lain adalah, Allah SWT mengabulkan doa Hawariyin dengan menurunkan masakan dari langit. Allah SWT berfirman:
"(Ingatlah), ketika pengikut-pengikut Isa berkata: 'Hai Isa putra Maryam, bersediakah Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami?' Isa menjawaban: 'Bertakwalah kepada Allah jikalau betul-betul engkau orang yang diberiman.' Mereka berkata: 'Kami ingin memakan hidangan itu dan supaya tenteram hati kami dan supaya kami yakin bahwa engkau sudah berkata benar kepada kami, dan kami menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu.' Isa putra Maryam berdoa: 'Ya Tuhan kami, turunkanlah kiranya kepada hami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu bagi orang-orang yang bersama kami dan yang hadir setelah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan-Mu: diberi rezekilah kami dan Engkaulah Pemdiberi rezeki Yang Paling Utama.' Allah berfirman: 'Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu, barangsiapa yang kafir di antaramu setelah (turun hidangan) itu, maka sesungguhnya Aku akan menyiksanya dengan siksaan yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorang pun di antara umat manusia.'" (QS. al-Maidah: 112-115)
Barangkali kita terheran-heran ketika memperhatikan perkataan Hawariyin, "wahai Isa bin Maryam, apakah Tuhanmu mampu?" Mungkin pertama-tama yang terlintas dalam pikiran kita berkenaan dalam ayat tersebut adalah, keraguan Hawariyin terhadap kekuatan atau kekuasaan Allah SWT. Bagaimana hal itu bisa mereka laku-kan sedangkan mereka ialah anakdidik-anakdidik Isa yang diberiman dan berserah diri kepada Allah SWT? Berkaitan dengan tafsir ayat tersebut, para ulama tidak sama pendapat. Sebagian ulama mengatakan, bahwa pertanyaan mereka 'apakah Tuhanmu mampu?' Yakni, berarti apakah Tuhanmu bisa? Kemudian mereka mencarikan alasan yang membenarkan perkataan Hawariyin itu dengan menyampaikan bahwa pertanyaan itu dilontarkan dikala mereka gres saja mengikuti Isa, sebelum mereka banyak mengetahui Allah SWT. Oleh lantaran itu, Isa berkata dalam jawabanannya terhadap pertanyaan mereka, bertakwalah kepada Allah SWT jikalau engkau benar-benar orang mukmin. Yakni, tidakbolehlah kalian mencurigai kekuasaan atau kekuatan Allah SWT.
Qurthubi menampik tafsir ini. Hawariyin ialah para penolong Allah SWT, sesuai dengan nas Al-Qur'an dan tentu tidak boleh bagi penolong Allah SWT untuk tidak mengetahui kekuatan-Nya, apalagi mencurigai kekuasaan-Nya. Sebagian ulama menyampaikan bahwa perkataan tersebut dikeluarkan orang-orang yang bersama Hawariyin yang berasal dari Bani Israil dan tidak seorang pun dari Hawariyin yang menyampaikan demikian kecuali mereka spesialuntuk sekedar menukil perkataan tersebut. Ada pendapat lain lagi yang menyampaikan bahwa ayat tersebut tidak dibaca 'hal yastathi' rabbuka' tetapi dibaca 'hal tastathi' rabbaka' sebagaimana bacaan Aisyah dan sebagaimana dibaca oleh Nabi. Maknanya, "apakah engkau bisa menghadirkan kekuatan Tuhanmu terhadap apa yang engkau minta." Ada pendapat yang lain menyampaikan ia dibaca 'hal tastathi' rabbaka', yakni "apakah engkau bisa untuk berdoa kepada Tuhanmu atau meminta-Nya."
Sebagian kaum sufi beropini bahwa kaum Hawariyin bukan tidak mengetahui kekuasaan Allah SWT tetapi pertanyaan itu justru bersumber dari cinta kepada Allah SWT dan keinginan menyaksikan kekuasaan Allah SWT. Sikap mereka ini ibarat dengan perbedaan tingkatan sikap Nabi Ibrahim as ketika ia mengatakan:
"Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati?' Allah berfirman: 'Apakah engkau belum percaya?' Ibrahim menjawaban: 'Saya sudah percaya, tetapi biar bertambah mantap hatiku.'" (QS. al-Baqarah: 260)
Oleh lantaran itu, kaum Hawariyin berkata: "Dan hati kami menjadi mantap," sebagaimana Nabi Ibrahim berkata: "Agar bertambah mantap hatiku." INI tafsir yang membuat kita puas dan membuat hati kita tenang. Nabi Isa menjawaban pertanyaan mereka: 'Bertakwalah kepada Allah jikalau betul-betul engkau orang yang diberiman.' Yakni, hati-hatilah kalian dengan banyak bertanya dan menguji Allah SWT lantaran kalian tidak mengetahui apa yang boleh kalian minta untuk dihadirkan bukti-bukti kekuasaan Allah SWT. Perkataan Nabi Isa, jikalau kalian benar-benar diberiman terserius kepada apa yang dibawanya yang berupa mukjizat-mukjizat atau gejala kebemasukan Allah SWT. Nabi Isa bermaksud untuk mengatakan, sesungguhnya apa yang sudah saya bawa dari mukjizat-mukjizat bagi kalian seharusnya sudah cukup membuat hati kalian mantap. "Mereka berkata: 'Kami ingin memakan hidangan itu dan supaya tenteram hati kami dan supaya kami yakin bahwa engkau sudah berkata benar kepada kami, dan kami menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu.'"
Kaum Hawariyin menerangkan kepada Isa alasannya ialah pertanyaan mereka ketika ia melarangnya. Jika Nabi Isa keluar, maka ia diikuti lima ribu orang atau lebih. Sebagian mereka dari kalangan Hawariyin dan sebagian yang lain gabungan di antara pengikutnya dan musuhnya. Dikatakan bahwa mereka berpuasa dan mereka tidak mempunyai makanan, kemudian para pengikut berkata kepada kaum Hawariyin, "Tanyalah kepada Isa apakah ia bisa berdoa kepada Tuhannya sehingga diturunkan kepada kita masakan dari langit." Kemudian kaum Hawariyin pergi dengan membawa surat kaum itu kepada Isa. Ketika Isa meminta mereka untuk merasa cukup dengan mukjizat-mukjizat sebelumnya, mereka kembali melontarkan kebenaran permintaan mereka: 'Kami ingin memakan hidangan itu. Mereka ialah orang-orang yang lapar sementara mereka tidak mempunyai makanan. Dan supaya tenteram hati kami.
Hati kaum Hawariyin menjadi tenang mirip tenangnya hati Ibrahim. Dan para pengikut pun merasa hatinya tenang dan mengakui bahwa Isa ialah Nabi yang diutus untuk mereka. Dan hati musuh juga menjadi tenang lantaran mereka menyaksikan kebatilan mereka sehingga pilihan mereka untuk tidak mengikuti Isa berakibat pada suatu dikala mereka akan dimintai pertanggung jawabanan.
"Dan supaya kami yakin bahwa engkau sudah berkata benar kepada kami. Yakni kami mengetahui bahwa engkau utusan Allah. Dan kami menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu. Yakni, kami menyaksikan keesaan Allah dan risalah dan kenabianmu. Dan bagi orang lain yang tidak menyahsikannya, maka kami akan menceritakan kepada mereka insiden yang terjadi."
Isa putra Maryam berdoa: 'Ya Tuhan kami, turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turimnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu bagi orang-orang yang bersama kavii dan yang hadir setelah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan-Mu: diberi rezekilah kami dan Engkaulah Pembeti rezeki Yang Paling Utama.'
Ketika kaum Hawariyin bertanya kepada Isa bin Maram biar diturunkan masakan dari langit, maka Nabi Isa berdiri dan meletakkan pakaian dari kulit wol kemudian ia melangkahkan kakinya dan meletakkan tangan kanannya di atas tangan kirinya, kemudian ia menundukkan kepalanya dalam keadaan khusuk dan tunduk kepada Allab SWT. Kemudian ia membuka matanya dan menangis sehingga air matanya membasahi jenggotnya bahkan mencapai dadanya dan berkata: 'Ya Tuhan kami, turunhanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit... Allah berfirman: 'Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu.
Lalu turunlah masakan besar dari celah dua awan: satu awan di atasnya satu awan di bawahnya. Saat itu insan melihatnya. Nabi Isa berkata, "Ya Allah jadikanlah masakan ini sebagai rahmat dan tidakboleh menjadi fitnah." Lalu turunlah di depan Nabi Isa sapu tangan yang menutupinya kemudian Nabi Isa tersungkur dalam keadaan sujud yang diikuti oleh kaum Hawariyin. Mereka mendapati suatu wangi yang harum yang belum pernah mereka temukan sebelumnya.
Nabi Isa berkata, "Siapakah di antara kalian yang paling tulus dan paling percaya kepada Allah SWT biar ia membuka masakan itu sehingga kita bisa makan darinya serta berzikir kepada Allah SWT atasnya serta bersyukur kepadanya." Kaum Hawariyin berkata: "Wahai Ruhullah sesungguhnya engkau lebih berhak daripada kami dalam hal itu.", maka Nabi Isa berdiri kemudian ia mengambil wudhu dan salat. Kemudian ia banyak berdoa sambil duduk di sisi masakan itu dan membukanya. Tiba-tiba di atas masakan itu terdapat ikan yang enak yang tidak ada durinya. Nabi Isa ditanya: "Wahai Ruhullah, apakah ini masakan dari dunia atau dari surga?" Nabi Isa menjawaban: "Bukankah Tuhan kalian melarang kalian untuk bertanya pertanyaan semacam ini. Ia turun dari langit dan tidak ada masakan tampaknya di dunia dan ia bukan berasal dari nirwana tetapi ia ialah sesuatu yang Allah SWT ciptakan dengan kekuasaan yang luar biasa di mana Dia cukup menyampaikan "jadilah, maka jadilah."
Para mufasir tidak sama pendapat sekitar bentuk masakan yang diturunkan kepada Isa, apakah itu ikan atau daging? Apakah roti atau buah-buahan? Kami memandang bahwa pembahasan-pembahasan ini kurang penting. Sesuatu yang paling penting yang perlu kita perhatikan ialah apa yang dikatakan oleh Nabi Isa, Sesungguhnya ia diciptakan oleh Allah SWT dengan kekuasaan yang mengagumkan di mana Dia cukup menyampaikan "Jadilah, maka jadilah ia."
INI hakikat masakan tersebut. Ia ialah gejala kebemasukan Allah SWT yaitu suatu tanda yang Allah SWT mengancam bagi siapa yang menentangnya Dia akan menyiksanya dengan azab yang belum pernah diterima oleh seseorang pun di dunia. Para ulama tidak sama pendapat apakah masakan tersebut memang diturunkan atau tidak, tetapi berdasarkan pendapat dominan dan ini yang benar masakan tersebut memang diturunkan, sesuai dengan firman Allah SWT: "Aku akan menurunkan hidangan itu bagimu. "
Dikatakan bahwa ribuan pengikut Nabi Isa memakannya dan masakan tersebut tidak habis. Setiap orang yang buta ia sembuh dari butanya dan setiap orang yang belang ia sembuh dari belangnya akhir memakan hidangan itu. Alhasil, setelah menyantap makananitu, orang yang sakit sembuh dari penyakitnya. Maka hari turunnya makan itu dijadikan hari raya dari hari raya-hari raya kaum Hawariyin dan para pengikut Nabi Isa. Kemudian diberita dan insiden turunnya masakan itu mulai hilang dan mulai dilupakan sehingga kita tidak menemukan diberitanya hari ini di Injil-Injil yang mereka akui. Sesudah insiden masakan yang Allah SWT ceritakan dalam surah al-Maidah, Allah SWT memberikan kepada kita sikap lain dari Nabi Isa bin Maryam. Allah SWT berkata setelah menceritakan kepada kita ihwal turunnya mukjizat masakan dari langit:
"Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: 'Hai Isa putra Maryam, adakah engkau menyampaikan kepada manusia: 'Jadikanlah saya dan ibuku dua orang tuhan selain Allah!' Isa menjawaban: 'Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku menyampaikan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika saya pernah mengatakannya, maka tentulah Engkau sudah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan saya tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui kasus yang gaib. Aku tidak pernah menyampaikan kepada rnereka kecuali apa yang Engkau tiepadaku (mengatakan)nya yaitu: 'Sembahlah Allah, Tuhanku, dan Tuhanmu,' dan saya menjadi saksi terhadap mereka, selama saya berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan Engkau ialah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu. Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka ialah hamba-hamba-Mu, dan jikalau Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.' Allah berfirman: 'lni ialah suatu hari yang bermanfaa bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka. Bagi mereka nirwana yang di bawahnya mengalir sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-selamanya; Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha terhadap-Nya. Itulah keberuntungan yang paling besar.' Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya; dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. " (QS. al-Maidah: 116-120)
melaluiataubersamaini ayat-ayat tersebut, Al-Qur'an menutup surah al-Maidah. Demikianlah konteks Al-Qur'an berpindah secara mengejutkan dari turannya masakan kepada sikap atau obrolan antara Allah SWT dan Isa bin Maryam pada hari kiamat. Allah SWT bertanya pada hari kiamat: 'Hai Isa putra Maryam, adakah engkau menyampaikan kepada manusia: 'Jadikanlah saya dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?'
Para hebat ilmu setuju bahwa pertanyaan tersebut bukan bersifat pertanyaan mumi meskipun tampak dalam bentuk pertanyaan lantaran Allah SWT mengetahui apa yang dikatakan oleh Isa. Tentu yang dimaksud dengan pertanyaan itu ialah sesuatu yang lain. Ada yang menyampaikan bahwa Allah SWT bermaksud memdiberitahu Isa bahwa kaumnya sudah mengubah ajarannya sepeninggalnya. Dan mereka sudah mendapatkan fitnah. Ada lagi yang menyampaikan bahwa Allah SWT bermaksud dari pertanyaan itu untuk mencela orang-orang yang mengubah keyakinan Nabi Isa setelah ia tidak ada. Kami kira pertanyaan tersebut memuat dua makna dan meliputi beberapa aspek makna yang lain.
Allah SWT ingin menyingkap dan memdiberitahu insan dalam Kitab-Nya yang terakhir bahwa Nabi Isa terlepas dari aneka macam macam tuduhan, dan apa saja yang dilakukan kaumnya sepeninggalnya. Konteks AI-Qur'an memberikan ihwal insiden mistik yang belum terjadi meskipun akan terjadi pada hari kiamat. Oleh lantaran itu, Al-Qur'an menyampaikannya dalam bentuk fi'il madhi (kata kerja bentuk lampau). Al-Qur'an memberikan diberita mistik ini kepada penduduk dunia biar mereka mengetahui hakikat Isa bin Maryam.
Allah SWT bertanya kepadanya dan Isa bin Maryam menjawaban. Sebagai nabi besar, Isa tidak menjawaban kecuali setelah ia mengatakan: 'Maha Suci Engkau ya Allah.' Sebelum menjawaban, Isa memulai dengan tasbih dan menyucikan Allah SWT. Nabi Isa menampakkan kepatuhan dan ketundukan kepada kemuliaan Allah SWT dan rasa takut terhadap azab-Nya. Qurthubi memberikan dalam tafsirnya:
"Ketika Allah SWT berkata kepada Isa, apakah engkau berkata kepada insan jadikanlah saya dan ibuku tuhan selain Allah, maka Isa tampak gemetar terhadap perkataan itu sehingga ia mendengar rintihan dari tulang-tulangnya di dalam jasadnya kemudian ia berkata: 'Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku menyampaikan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Tidak mungkin saya memutuskan sesuatu yang tidak saya miliki, yang diriku tidak sanggup melakukannya. Aku spesialuntuk seorang hamba, bukan seorang yang disembah: Jika saya pernah mengatakannya maha tentulah Enghau sudah mengetahuinya.
Demikianlah Nabi Isa memberikan jawabanannya kepada Allah SWT dan ia mengembalikan sesuatu kepada Allah SWT. Dan Allah SWT Maha Mengetahui terhadap apa yang dikatakannya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan saya tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Yakni, Engkau mengetahui apa yang saya sembunyikan sedangkan saya tidak mengetahui apa yang engkau sembunyikan. Engkau mengetahui rahasiaku dan apa yang terlintas dalam hatiku dan saya tidak mengetahui apa yang Engkau sembunyikan dari ilmu gaib-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui kasus yang gaib. Hanya Engkau yang tahu terhadap hal-hal yang gaib. Hanya Engkau yang tahu terhadap apa yang terjadi di tengah-tengah mereka setelah Engkau angkat saya dari bumi: 'Aku tidak pernah menyampaikan kepada mereka kecuali apa yang Engkau kepadaku (mengatakan)nya yaitu: 'Sembahlah Allah, Tuhanku, dan Tuhanmu.'
Demikianlah kalimat-kalimat yang disampaikan oleh Isa bin Maryam. Dia spesialuntuk mengajak insan untuk spesialuntuk menyembah Allah SWT dan tidak menyekutukan-Nya: Dan saya menjadi saksi terhadap mereka, selama saya berada di antara mereka.
Sesungguhnya Engkau mengawasi mereka dikala saya tinggal di tengah-tengah mereka dan mengajak mereka ke jalan yang benar. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkaulah yang mengawasi mereka. Al-Wafat dalam Kitab Allah mempunyai tiga bentuk: Pertama, wafat dalam pengertian kematian, sebagaimana firman Allah SWT:
"Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya." (QS. az-Zumar: 42)
Yakni ketika tercabutnya ajal. Kedua, bahwa wafat ialah pulas, sebagaimana firman Allah SWT:
"Dan Dialah yang menidurkan engkau di malam hari. " (QS. al-An'am: 60)
Yakni yang menidurkan kalian. Ketiga, wafat berarti pengangkatan, sebagaimana firman Allah SWT:
"Hai Isa, sesungguhnya Aku yang memberikan engkau kepada simpulan ajalmu dan mengangkat engkau kepada-Ku. " (QS. Ali 'Imran: 55)
Demikianlah Isa terbebas dari apa yang mereka katakan dan apa yang mereka nisbatkan kepadanya. Isa mengumumkan bahwa dakwahnya tidak lebih dari sekadar undangan untuk bertahuid dan tidak keluar dari kerangka Islam yang diakui oleh pengikutnya. Kemudian Isa kembali memberikan pembicaraannya dan meminta belas kasihan kepada Allah SWT: Jika Engkau rnenyiksa mereka, makasesungguhnya mereka ialah hamba-hamba-Mu. Tidak seorang pun dari makhluk yang mempunyai kekuasaan di atas-Mu dan tidak ada Pencipta selain-Mu. Maha Suci Engkau dan tiada sekutu bagi-Mu dalam kerajaan dan kekuasaan. Pada akhirnya, mereka ialah hamba-Mu dan seorang hamba tidak mempunyai apa-apa di hadapan tuannya kecuali kepatuhan: Dan jikalau Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.'
Isa tidak menyampaikan jikalau Engkau mengampuni mereka, maka Engkau Maha Pengampun dan Maha Pengasih. Jadi, jawabanan Isa terserius pada penyerahan diri dan kepatuhan serta tunduk kepada kemuliaan Allah SWT dan kebemasukan-Nya. Para pengikut Nabi Isa ialah hamba-hamba Allah SWT yang patuh. Jika Allah SWT berkehendak, maka Dia akan menyiksa mereka sesuai dengan siksaan yang layak mereka terima, dan jikalau Dia berkehendak, maka Dia akan mengampuni mereka lantaran Dia mengetahui lantaran mereka memang layak untuk mendapatkan ampunan. melaluiataubersamaini penyerahan yang mutlak ini, Isa memberikan jawabanan atas pertanyaan Allah SWT dan ia berlepas diri dari apa yang dikatakan oleh kaumnya sepeninggalnya. Isa menyampaikan—pada pertama pembicaraannya—bahwa spesialuntuk Allah SWT yang patut disembah, dan pada simpulan pembicaraannya Isa memberikan penyerahan dirinya kepada Allah SWT. Allah berfirman: 'Ini ialah suatu hari yang bermanfaa bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka.
Allah SWT memuji ketulusan Isa, dan lantaran obrolan tersebut terjadi pada hari kiamat, Allah SWT berfirman: "Hari ini ialah hari kiamat di mana orang-orang yang benar akan sanggup mengambil manfaat dari kebenaran mereka di dunia. Kebenaran mereka di sana akan mereka temukan balasannya yang berupa rahmat di sini. "Bagi mereka nirwana yang di bawahnya mengalir sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-selamanya; Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha terhadap-Nya. "
Demikianlah tanggapan orang-orang yang benar, surga. Dan ada tanggapan yang lebih baik dari surga, yaitu kepuasan (ridha) seorang hamba terhadap Allah SWT dan keridhaan Allah SWT terhadap hamba. Pengertian kepuasaan seorang hamba ialah kegembiraannya terhadap penyembahan kepada Allah SWT sedangkan pengertian keridhaan Allah SWT terhadap hamba-Nya ialah rahmat yang didiberikan-Nya kepada mereka: Itulah keberuntungan yang paling besar.' Sesudah itu Allah SWT, memdiberitahukan hakikat Isa dan seluruh nabi-Nya: "Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya; dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu." Allah SWT ialah Penguasa satu-satunya dan Dia Pencipta satu-satunya. Selain-Nya ialah hamba.
Isa terus melangsungkan dakwahnya sehingga kejahatan dan keburukan mengetahui bahwa singgasana mereka terancam hancur. Lalu pasukan keburukan bergerak untuk menangkapnya. Orang-orang Yahudi menyakitinya dan menuduhnya dengan aneka macam macam tuduhan. Isa dikatakan sebagai penyihir dan sebagai orang yang mengubah syariat dan mereka menisbatkan kekuatannya yang luar biasa kepada kekuatan setan. Ketika mereka tidak lagi mempunyai kebijaksanaan bulus yang sanggup melumpuhkan Nabi Isa dan mereka melihat orang-orang yang lemah dan orang-orang fakir berkumpul di sekitarnya, maka mereka mulai membikin suatu, makar. Mereka mempengaruhi orang-orang Romawi.
Mula-mula pemerintahan Romawi tidak turut campur lantaran menganggap bahwa perselisihan-perselisihan antara orang-orang Yahudi ialah perselisihan yang terjadi demi memperebutkan kepentingan sesama mereka. Lalu diadakanlah majelis Sanhadurim (yaitu majelis undang-undang tertinggi dari kalangan Yahudi). Mereka berkumpul untuk membuat persekongkolan demi menyingkirkan Isa. Persekongkolan itu mengambil bentuk yang baru.
Ketika orang-orang Yahudi tidak bisa memerangi Nabi Isa, mereka berpikir untuk membunuhnya. Mulailah para ketua pendeta Yahudi bermusyawarah untuk membuat suatu kesimpulan ihwal cara yang mereka lakukan untuk menangkap Nabi Isa yang tidak menirnbulkan kegaduhan di tengah-tengah masyarakat.
Ketika para kepala Yahudi bermusyarah, maka salah seorang dari anakdidik al-Masih yang dua belas pergi kepada mereka, yaitu Yahuda al-Iskhriyutha. Ia berkata kepada mereka, "Apa yang kalian diberikan jikalau saya berhasil menyerahkannya kepada kalian."
"Meja penghianatan sudah digelar di antara mereka dan dimulailah perundingan. Orang-orang Yahudi berusaha mencari titik temu dan mereka setuju untuk memdiberinya tiga puluh lempeng dari perak. Ini ialah harga yang biasa mereka lakukan untuk membeli seorang budak sesuai dengan syariat Yahudi." (penjelasan Alkitab Mata)
Selesailah konspirasi yang memutuskan untuk menangkap al-Masih dan kemudian membunuhnya. Dikatakan bahwa kepala pendeta Yahudi merobek-robek bajunya secara dramatis di suatu pertemuan agama dan ia berteriak, "sungguh Isa sudah kafir." Pero bekan baju dalam tradisi orang-orang Yahudi dilakukan ketika mereka mendengar atau melihat sesuatu yang mengandung penghinaan terhadap Allah. Para pendeta Yahudi tidak mempunyai kekuasaan untuk memutuskan aturan bunuh pada dikala itu. Semua itu dilakukan oleh kekuasaan penguasa Romawai. Tetapi tampaknya mereka berhasil meyakinkan kekuasaan Romawi bahwa Isa sudah membuat rencana untuk melengserkan kekuasaan Romawi atau mereka berhasil meyakinkan penguasa Romawi bahwa kasus yang mereka hadapi murni berkaitan dengan tradisi mereka dan keyakinan mereka. Kemudian mereka menyarankan biar penguasa tidak turut campur atas apa yang mereka tetapkan. Demikianlah konspirasi itu sudah diputuskan dan sudah diputuskan bahwa Isa harus ditangkap dan kemudian disalib.
Empat Alkitab yang diakui oleh kalangan Masehi dikala ini membicarakan ihwal proses pembunuhan Isa di mana ia disalib kemudian ia bangun dari kematiannya dan naik ke langit. Semua Alkitab ini setuju ihwal proses pengyaliban Isa dan kematiannya, sebagaimana mereka setuju ihwal watak Isa yang mengandung ketuhanan yang bercampur dengan tabiatnya sebagai manusia. Kami akan memberikan keyakinan orang-orang Masehi berkaitan dengan Isa sebagaimana diyakini oleh dominan kaum Nasrani dikala ini, kemudian kami akan mengemukakan keyakinan Islam ihwal Isa sebagaimana diceritakan oleh Al-Qur'an al-Karim dan disampaikan oleh para ulama dan disebutkan dalam hadis. Sesudah itu, kita akan membicarakan hal-hal yang perlu dibicarakan berkaitan kekerabatan antara kaum Muslim dan kaum Masehi serta kaitannya dengan keyakinan mereka.
Injil Mata mengatakan, "Isa ditangkap dan majelis Sanhadirum memutuskan bahwa ia harus dibunuh. Kemudian para anggota mejelis itu dari kepala-kepala para pendeta dan para tokoh mereka menghinanya dan mengejeknya serta berbuat aniaya terhadapnya bahkan mereka meludahi wajahnya dan menempelengnya. Sambil mengejek mereka berkata, "diberitahukanlah wahai al-Masih siapa yang memukulrnu." Sesudah itu al-Masih ditangkap dan ia diputuskan untuk dibunuh.
Adalah sudah menjadi tradisi di kalangan orang-orang Romawi untuk mencambuk orang yang diputuskan untuk dibunuh sebelum pelaksaan aturan tersebut. Oleh lantaran itu, para penguasa Romawi memutuskan biar al-Masih dicambuk terlebih lampau. Sedangkan syariat Musa memutuskan biar cambukan itu tidak melebihi empat puluh kali, namun orang-orang Romawi tidak berhenti pada batasan ini bahkan mereka terus mencambuk korban dengan cambukan yang kejam dan terus-menerus sehingga punggung yang bersangkutan hampir saja patah dan napasnya nyaris tinggal sedikit. Sesudah itu, mereka mulai melaksanakan aturan bunuh kepadanya. Demikianlah yang dilakukan oleh tentara terhadap penyelamat kita. (Injil Mata 26)
Selesailah proses pecambukan, kemudian penguasa Romawi menyerahkan Isa kepada tentara biar mereka menyalibnya. Kemudian para tentara membuat sesuatu hal yang bermaksud untuk menghibur. Mereka mencabut pakaian Isa yang dilumuri dengan darah yang ada luka di tubuhnya setelah proses pencabukan, kemudian mereka memakaikan pakaian merah dengan maksud untuk mengejeknya. Para raja biasanya menggunakan pakaian merah. Mereka terus menghinanya. Mereka memakaikannya mahkota dari duri dan meletakkannya di atas kepalanya. (Injil Mata 26)
Akhirnya, mereka hingga pada suatu daerah yang berjulukan Jaljatsah, yaitu suatu daerah di luar pagar Ursyilim. Tradisi Yahudi memutuskan untuk memdiberi satu gelas khamer yang bercampur dengan minyak wangi bagi orang yang diputuskan untuk dieksekusi mati sebelum pelaksanaan hukum. Ini dimaksudkan sebagai alat pembius untuk meentengkan penderitaannya. Tetapi para tentara menentang tradisi ini dan mereka memdiberi al-Masih satu gelas dari cuka yang bercampur dengan sesuatu yang pahit." (Injil Mata 26)
Teks Alkitab mata menyampaikan (cetakan tahun 1972) pada pasal kedua puluh tujuh: "Sehingga mereka hingga ke suatu daerah yang berjulukan Jaljatsah kemudian mereka memdiberinya minuman keras yang bercampur dengan empedu biar ia meminumnya. Ketika ia merasakannya, ia enggan untuk meminumnya. Kemudian mereka menyalibnya. Kemudian mereka duduk di sana menjaganya dan meletakkan di atas kepalanya suatu tuduhan yang tertulis: Ini ialah Yasu', penguasa Yahudi. Mereka benar-benar menyalibnya bersama Yasim. Salah seorang dari keduanya di sebelah kanannya dan yang lain di sebelah kirinya. Lalu orang-orang yang lewat di daerah itu mencelanya dan berkata, "wahai yang menghancurkan daerah sembahan dan yang membangunnya pada tiga hari, selamatkanlah dirimu dan jikalau engkau ialah anak Allah, maka turunlah dari daerah penyaliban itu."
Demikianlah sebagian riwayat kaum Masehi ihwal proses penyalipan serta penafsiran mereka berkaitan dengannya. Kami sudah menukilnya tanpa memperhatikan ihwal catatan yang terdapat dalam Alkitab Mata yang terbaru, yaitu ia ialah catatan yang paling baik dalam bentuknya yang terkumpul dari ulama-ulama mereka dan tokoh-tokoh agama Masehi sehingga ia lebih simpel untuk dipahami dan lebih sederhana. Kami sudah mengemukakan sebagiannya kepada Anda dalam halaman-halaman ini.
Sementara itu, dalam keyakinan Islam disebutkan suatu riwayat yang tidak sama dengan riwayat yang ada dalam Injil-Injil yang terdapat sekarang, baik yang berafiliasi dengan kehidupan simpulan yang dialami oleh Isa maupun watak Isa yang ialah sumber perselisihan setelah pengangkatannya. Al-Qur'an al-Karim menceritakan bahwa Allah SWT tidak menghendaki Bani Israil untuk membunuh Isa atau menyalibnya tetapi Allah SWT menyelamatkannya dari kekufuran mereka kemudian mengangkatnya di sisi-Nya. Mereka tidak berhasil membunuhnya dan tidak berhasil menyalibnya tetapi ia diserupakan mirip orang-orang di antara mereka. Allah SWT berfirman:
"Dan lantaran ucapan mereka: 'Sesungguhnya kami sudah membunuh al-Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah,' padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak pula menyalibnya, tetapi yang mereka bunuh ialah arang yang diserupakan dengan Isa bagi meeha. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham ihwal (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keraguan ihwal yang dibunuh itu. Mereka tidah mempunyai keyakinan ihwal siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak pula yakin bahwa yang mereka bunuh itu ialah Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah sudah mengangkat Isa kepadanya." (QS. an-Nisa': 157-158)
Dan Allah SWT juga berflrman:
"(Ingatlah), ketika Allah berfirman: 'Hai Isa, sesungguhnya Aku akan memberikan karnu pada simpulan ajalmu dan mengangkat engkau kepada-Ku serta memmembersihkankan engkau dari orang-orang yang kafir. " (QS. Ali 'Imran: 55)
Para ulama-ulama Islam setuju atas hal itu dan mereka berselisih pendapat ihwal cara beragumentasi terhadap apa yang mereka yakini sebagai kebenaran. Sebagian mereka meyakini nas-nas Al-Qur'an saja yang menyebut ihwal Isa al-Masih dan mereka tidak mendukungnya atau memperkuatnya dengan kitab-kitab lain selain Al-Qur'an. Kedua metode tersebut mempunyai titik kekuatan tersendiri. Orang yang berpegangan dengan pendapat yang pertama menyampaikan bahwa Nabi melarang untuk mengulas kitab-kitab pegangan kaum Yahudi dan kaum Nasrani. Bagi kaum itu agama mereka dan bagi kita agama kita dan spesialuntuk Allah SWT yang akan memutuskan segala perselisihan di antara kita pada hari kiamat.
Sedangkan orang-orang yang berpegangan dengan cara yang kedua menyampaikan bahwa larangan Nabi tersebut terjadi pada permulaan masa Islam di mana kaum Muslim sangat bersahabat dengan masa jahiliah. Nabi memerintahkan mereka biar tidak disibukkan dengan kitab-kitab lain selain kitab mereka, yakni Al-Qur'an. Yang demikian ini dimaksudkan biar mereka mempunyai keyakinan yang kuat dan keyakinan mereka benar-benar tertanam dalam diri mereka, Tetapi ilmu dan pandangan ilmiah memutuskan bahwa seorang yang alim harus banyak menggali kitab-kitab kuno dalam rangka mengetahui kebenaran dan jikalau ia mendapati sesuatu yang sesuai dengan apa yang didapatinya dengan kebenaran, maka hatinya akan lebih merasa tenang dan damai. Berkaitan dengan kelompok yang pertama yang merasa cukup dengan Al-Qur'an, kita tidak menemukan perincian-perincian yang mendalam berkenaan dengan usaha penangkapan Isa, bagaimana proses pengangkatannya ke langit, di mana Isa diserupakan dengan salah seorang di antara mereka, bagaimana dia diserupakan dengan salah seorang di antara mereka. Allah SWT sudah menyerupakannya dengan salah seorang di antara mereka sedangkan Nabi Isa diangkat ke langit. Demikianlah klarifikasi singkat mereka, tidak ada penambahan lagi. Sedangkan kelompok yang kedua, mereka melontarkan kisah secara lengkap. Mereka menyampaikan bahwa Allah SWT menyerupakan Isa dengan Yahuda. Yahuda ini ialah Yahuda al-Askhariyutha yang berdasarkan Alkitab ia menjualnya kepada musuh-musuhnya dan memberikan kepada mereka ihwal keberadaannya. Ia ialah seorang anakdidiknya yang terpilih. Demikian ini sesuai dengan Alkitab Barnabas di mana disebutkan di dalamnya: "Ketika para tentara mendekat bersama Yahuda di daerah yang di situ terdapat Yasu', maka Yasu' mendengar kehadiran segerombolan orang yang menuju tempatnya. Oleh lantaran itu, ia segera pergi ke rumah dalam keadaan takut. Di dalam rumah itu terdapat sebelas orang yang pulas. Ketika Allah melihat ancaman akan mengancam hamba-Nya, maka Dia merintahkan Jibril, Mikail, dan Rafail (Israfil), serta Idril (Izrail) yang mereka tiruana ialah para utusan-Nya untuk mengambil Yasu' dari dunia. Lalu hadirlah malaikat-malaikat yang suci di mana mereka mengambil Yasu' dari pintu yang bersahabat dengan arah selatan. Mereka membawanya dan meletakkannyadi langit yang ketiga dengan disertai para malaikat yang selalu bertasbih kepada Allah selama-lamanya. Yahuda masuk secara paksa ke kamar yang di situlah Yasu' diangkat ke langit. Saat itu anakdidik-anakdidik sedang pulas tiruananya, kemudian Allah menhadirkan keajaiban yang luar biasa di mana Yahuda berubah cara berbicaranya dan juga wajahnya. Ia sangat mirip sekali dengan Yasu' sehingga kami mengiranya Yasu'. Adapun ia (Yahuda) setelah membangunkan kami, ia mencari-cari di mana si guru berada. Oleh lantaran itu, kami merasa heran dan kami menjawaban, "bukankah engkau wahai tuanku guru kami, apakah kini engkau sudah melupakan kami?" Demikianlah kisah yang terdapat dalam Alkitab Barnabas. Allah SWT berfirman:
"Al-Masih putra Maryam itu spesialuntuklah seorang rasul yang Sesungguhnya sudah silam sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar, kedua-duanya biasa memakan makanan." (QS. al-Maidah: 75)
Para ulama berkata, "Al-Masih dinamakan al-Masih lantaran ia mengusap bumi dan memmembersihkankannya serta usaspesialuntuk untuk menyelamatkan agama dari fitnah di zaman itu lantaran saking hebatnya kebohongan orang-orang Yahudi kepadanya dan bagaimana usaha mereka untuk membuat dusta padanya dan kepada ibunya as." Banyak ulama yang meriwayatkan ihwal kesucian spiritual dari Nabi Isa. Abu Hurairah meriwayatkan dari Nabi bahwa ia menceritakan ihwal al-Masih sebagai diberikut: "Isa melihat seorang lelaki yang mencuri kemudian ia berkata: "Wahai si fulan apakah engkau mencuri?" Orang itu berkata: "Tidak, demi Allah saya tidak mencuri," Isa berkata: "Aku diberiman kepada Allah SWT dan pengelihatanku sudah berbohong." Ini memberikan kesucian ruhani Isa di mana ia lebih menentukan sumpah orang itu atas apa yang disaksikannya. Ia membayangkan bahwa orang tersebut tidak akan bersumpah dan membawa nama Allah SWT yang Maha Besar kemudian ia berdusta sehingga ia mendapatkan pernyataannya dan ia kembali kepada dirinya sendiri sambil berkata: "Aku diberiman kepada Allah SWT, yakni saya mempercayaimu dan mataku sudah berbohong lantaran engkau sudah bersumpah." Ada riwayat lagi yang menyampaikan bahwa suatu hari Nabi Isa berjalan bersama sahabat dekatnya dan mereka melewati bangkai anjing yang busuk baunya, kemudian sahabat dekat-teman bersahabat Isa sangat terpukul dan sangat menderita dengan wangi anjing itu. Melihat sikap mereka, Isa berkata: "Lihatlah betapa putih giginya."
Isa ingin mengajari insan bagaimana mereka menghadapi keburukan di mana Nabi Isa menekankan biar mereka lebih melihat kepada keindahan dan kebaikan. Dakwah Nabi Nabi Isa ialah puncak dari ketinggian ruhani dan idealisme yang mengagumkan di mana Beliau lebih menekankan kebaikan daripada keburukan. Rasulullah berkata: "Semua para nabi ialah saudara, agama mereka satu sedangkan mereka dilahirkan dari aneka macam macam ibu dan saya ialah insan yang utama begitu juga Isa bin Maryam di mana tidak ada nabi sesudahku dan sesudahnya." Dalam aneka macam riwayat disebutkan bahwa Nabi Isa akan turun pada simpulan zaman. Islam sangat mempersembahkan penghormatan kepada Isa yang sesuai dengan kedudukannya sebagai salah satu nabi ulul azmi yang besar. Islam menamakannya Rasulullah dan Kalimatullah yang sudah didiberikan kepada Maryam. Allah SWT berfirman:
"Wahai hebat Kitab, tidakbolehlah engkau melampaui batas dalam agamamu, dan tidakbolehlah hamu menyampaikan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya al-Masih Isa putra Maryam itu ialah utusan Allah dan (yang terjadi dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka diberimanlah kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan tidakbolehlah engkau mengatakan: '(Tuhan itu) tiga.' Berhentilah dari ucapan itu. (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi ialah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah untuk menjadi Pemelihara. Al-Masih sekali-kali tidak enggan menjadi hamba bagi Allah, dan tidak (pula enggan) malaikat malaikat yang terdekat (kepada Alah). Barangsiapa yang enggan dari menyernbah-Nya dan menyombongkan diri, nanti Allah akan mengumpulkan mereka tiruana kepadanya. Adapun orang-orang yang diberiman dan berbuat amal saleh, maka Allah akan menyempurnakan pahala mereka dan menambah untuk mereka sebagian dari karunia-Nya. Adapun orang-orang yang enggan dan menyombongkan diri, maka Allah akan menyiksa mereka dengan siksaan yang pedih, dan mereka tidak akan memperoleh bagi diri mereka, pelindung dan penolong selain dari Allah. " (QS. an-Nisa': 171- 173)
Ibnu Katsir berkata dalam Qhisasul Anbiya': Para pengikut Nabi Isa berselisih pendapat setelah Nabi Isa diangkat ke langit. Sebagian mereka mengatakan, di tengah-tengah kita ada hamba Allah SWT dan rasul-Nya (Ariyus). Sebagian lagi mengatakan, dia ialah Allah. Yang lain lagi mengatakan, dia ialah anak Allah. Mereka berselisih pendapat ihwal Alkitab yang sebut aneka macam kebo hongan di mana terdapat di dalamnya penambahan, pengurangan, dan pergantian. Al-Qur'an al-Karim sudah mengulas kasus ketuhanan. Ia menerangkan bahwa Allah SWT Maha Suci dari segala sekutu dan anak dan segala hal yang menyerupai-Nya serta segala bentuk ingkarnasi, kejauhan, kedekatan dan pencapaian pandangan mata. Allah SWT berfirman:
"Katakanlah: "Dia-lah Allah, YangMahaEsa.'Allah ialah Tuhan yang bergantung kepadanya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia. " (QS. al-Ikhlash: 1-4)
Dan ihwal Isa as Allah berfirman: "Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, ialah mirip (penciptaan) Adam. Allah membuat Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: 'Jadilah' (seorang manusia), maka jadilah ia." (QS. Ali 'Imran: 59)
"Mereka (orang-orang kafir) berkata: Allah mempunyai anah.' Maha Suci Allah, bahkan apa yang ada di langit dan di bumi ialah kepunyaan Allah; tiruana tunduk kepadanya. Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia menyampaikan kepadanya: 'Jadilah', lalujadilah ia." (QS. al-Baqarah: 116-117)
"Orang-orang Yahudi berkata: 'Uzair itu putra Allah' dan orang-orang Nasrani berhata: Al-Masih itu putra Allah.' Demikian itulah ucapan mereka dengan ekspresi mereka, mereka menggandakan perkataan orang-orang kafir terlampau. Mereka dilaknat oleh Allah; bagaimana mereka hingga berpaling?" (QS. at-Taubah: 30)
Nas tersebut mengisyaratkan keyakinan orang-orang Mesir dan orang-orang mirip mereka dari umat-umat yang terlampau di mana keyakinan mereka terserius pada keyakinan penyaliban Isa, ihwal tebusan dan kebangkitan Tuhan yang disembelih serta penentangannya terhadap para pengikutnya setelah kematiannya.
Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya sudah kafirlah orang-orang yang berkata: 'Sesungguhnya Allah itu ialah al-Masih putra Maryam.' Katakanlah: 'Maka siapakah (gerangan) yang sanggup menghalang-halangi kehendah Allah, jikalau Dia hendak membinasakan al-Masih putra Maryam itu beserta ibunya dan seluruh orang-orang yang berada di bumi tiruananya?' Kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi dan apayang ada di antara keduanya; Dia membuat apa yang dihehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS. al-Maidah: 17)
"Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: Allah salah seorang dari yang tiga,' padahal sekali-kali tidak ada selain dari Tuhan YangEsa." (QS. al-Maidah: 73)
Demikianlah Al-Qur'an al-Karim sebut sikap aneka macam aliran yang saling berlawanan yang tumbuh setelah pengangkatan al-Masih. Al-Qur'an menerangkan bahwa al-Masih ialah hamba Allah SWT dan seorang rasul yang diutus kepada Bani Israil. Kata hamba dan rasul ialah kata yang sangat terang artinya, adapun yang dimaksud dengan al-Kalimah dan ar-Ruh, maka kedua kata tersebut perlu dijelaskan. Kaum Muslim memahami bahwa al-Kalimah ialah petunjuk Allah SWT yang didiberikan-Nya kepada Maryam sedangkan ar-Ruh ialah memberikan atau mengisyaratkan kepada Ruh Kudus, yaitu Jibril as. Allah SWT sudah menguatkannya atau menguatkan Nabi Isa dengan ruh yakni Jibril:
"Dan (ingatlah) ketiha Aku dukung engkau dengan Ruhul Kudus." (QS. al-Maidah: 110)
Sesudah mengemukakan keyakinan kaum Masehi ihwal karakter Nabi Isa dan simpulan dari kehidupannya dan setelah menerangkan kebenaran yang Allah SWT ceritakan kepada kita ihwal karakter tersebut dan simpulan dari kehidupan yang dialami oleh Nabi Isa, kita ingin mengetahui apa yang harus dilakukan oleh kaum Muslim dalam kekerabatan mereka dengan orang-orang Masehi serta keyakinan mereka. Islam memutuskan atau memberikan nas-nas yang terang yang mengkhususkan agama Masehi—di antara agama-agama yang lain—dengan kecintaan. Al-Qu'ran mengingkari ketuhanan al-Masih; ia juga mengingkari penyaliban dan tebusan dosa yang dilakukannya. Namun Al-Qur'an menegaskan dalam nasnya bahwa agama Nasrani ialah agama yang lebih bersahabat kecintaannya kepada Islam. Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya engkau dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang diberiman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya engkau dapati yang paling bersahabat perteman dekatannya dengan orang-orang yang diberiman ialah orang-orang yang berkata: 'Sesungguhnya kami ini orang Nasrani.' Yang demikian itu disebabkan lantaran di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) lantaran sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri." (QS. al-Maidah: 82)
Allah SWT memuji para pengikut al-Masih yang berjalan di atas petunjuknya. Allah SWT berfirman:
"Dan Kami jadikan dalam hati orang-orang yang mengikutinya rasa santun dan kasih akung. Dan mereka mengada-adakan rahbaniyah (keadaan tidak berkeluarga dan mengurung diri di biara) padahal kami tidak mewajibkannya kepada mereka tetapi mereka sendirilah yang mengada-adakannya untuk mencarai keridhaan Allah." (QS. al-Hadid: 27)
Tidak terdapat pertentangan dari dua sikap tersebut. Pengingkaran Al-Qur'an terhadap ketuhanan al-Masih dan pengakuannya terhadap kecintaan kaum Nasrani serta pujiannya terhadap orang-orang yang mengikuti Nabi Isa mengandung makna lebih dari satu: Pertama, bahwa Masehi berdasarkan pada agama Tauhid dan sangat susah bagi para pengikutnya untuk meninggalkan tauhid, dan spesialuntuk Allah SWT yang mengakui hakikat apa yang terpendam dalam hati; kedua, dalam kalangan orang-orang Nasrani terdapat para pendeta dan para rahib yang tidak bersikap congkak di hadapan Allah SWT tetapi mereka sangat patuh dan tunduk kepadanya; ketiga, sebagian pengikut Nabi Isa mempunyai hati yang dipenuhi dengan kasih akung dan rahmat. Tentu rahmat dan kasih akung tersebut tidak tumbuh kecuali dari keimanan terhadap hari akhir. Allah SWT sudah memutuskan perintah-Nya kepada kaum Muslim biar mereka memperlakukan ahlul kitab dengan perlakuan yang mulia dan baik, sebagaimana Islam menjamin kebebasan untuk menentukan keyakinan pada setiap manusia. Allah SWT berfirman:
"Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah diberiman tiruana orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah engkau (hendak) memaksa insan supaya mereka menjadi orang-orang yang diberiman tiruananya?" (QS. Yunus: 99)
"Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya sudah terang jalan yang benar daripada jalan yang salah." (QS. al-Baqarah: 256)
"Katakanlah: 'Hai hebat kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan engkau, bahwa tidah kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling, maka katakanlah kepada mereka: 'Saksikanlah, bahwa kami ialah orang-orang yang menyerahkan diri (kepada Allah).'" (QS. Ali 'Imran: 64)
Kita perhatikan bahwa ayat-ayat tersebut berbicara ihwal cara memperlakukan kaum Masehi sebagai individu sebagaimana ia berbicara ihwal bagaimana kita memperlakukan keyakinan mereka. Sehubungan dengan kaum Masehi sebagai individu, kita menyaksikan ayat-ayat tersebut memerintahkan untuk membalas kecintaan yang mereka perlihatkan di mana nas tersebut dengan tegas menyampaikan bahwa mereka lebih bersahabat kecintaannya kepada orang-orang yang diberiman. Jika Allah SWT yang menegaskan hal tersebut, maka orang-orang Muslim harus membalas kebaikan dan kecintaan yang ditunjukkan oleh kaum Nasrani. Adapun sehubungan dengan keyakinan mereka, di dalam Al-Qur'an terdapat banyak ayat yang melarang untuk memaksa insan dalam bentuk apa pun. Allah SWT berfirman:
"Dan katakanlah: 'Kebenaran itu hadir dari Tuhanmu. Maka barangsiapa yang ingin diberiman hendaklah ia diberiman, dan barangsiapa yang ingin kafir biarlah ia kafir." (QS. al-Kahfi: 29)
Yang demikian itu, lantaran keimanan yang dilampaui dengan paksaan ialah bukan keimanan lantaran ia berarti mencabut ikhtiar atau kebebasan manusia, padahal itu ialah syarat dari keimanan. Dan barangkali inilah yang memberikan kesempumaan Islam dilihat dari sikapnya yang demikian indah. Kami kira tanpa kita harus memaksakan tafsiran kita kepada ayat-ayat tersebut dan memohon kepada Allah SWT dari kesalahan dan kebodohan bahwa Islam dengan sikapnya itu ingin menjauhkan para pengikutnya dari kalangan awam dari perdebatan yang panjang dan melelahkan seputar keyakinan orang lain. Tentu perdebatan tersebut tidak akan berujung dan akan menjadi mirip debat kusir saja. Namun kiprah tersebut spesialuntuk diemban oleh para ulama, di mana mereka mengulas sebagaimana mereka kehendaki aneka macam keyakinan-keyakinan keberagamaan, sedangkan orang-orang awam tidak didiberi tanggung jawaban dalam hal itu. Lagi pula, perselisihan antara keyakinan dan aliran-aliran di kalangan Masehi dan kalangan Yahudi jikalau melibatkan orang-orang awam, maka itu spesialuntuk memboroskan waktu dan spesialuntuk membuat lelah saja.
Islam akan kembali menjadi asing dan akan kembali menjadi asing mirip pertama kali terbit. Dalam suasana keasingan Islam yang pertama, orang-orang Muslim berhasil membangun suatu individu Muslim yang kokoh. Dan ketika bangunan tersebut sudah selesai, maka sempurnalah pembangunan pemerintahan Islam. Kita tidak mendengar bahwa salah seorang di antara mereka terlibat dalam perdebatan yang sengit yang tidak berujung sekitar keyakinan orang lain. Sesungguhnya memdiberi petunjuk kepada orang lain sehingga orang tersebut engetahui jalan menuju Allah SWT ialah perbuatan yang indah, tetapi hidayah tersebut dilampaui dengan tekad seseorang untuk mempersembahkan petunjuk kepada dirinya sendiri. Seandainya orang-orang Islam membimbing mereka menuju jalan Allah SWT pasti Allah SWT memdiberi petunjuk melalui mereka siapa saja yang dikehendaki dari hamba-hamba-Nya.
Al-Qur'an memutuskan dua mukjizat kepada Nabi Isa yang tidak disebutkan dalam kitab Injil: pertama mukjizat yang berupa pembicaraannya dikala ia masih menyusui dibuaian. Dan yang kedua mukjizat masakan yang turun dari langit kepada kaum Hawariyin. sepertiyang Al-Qur'an memutuskan kemuliaan yang diperoleh oleh Nabi Isa dikala ia diselamatkan dari tangan-tangan jahat orang-orang Yahudi yang ingin menyiksanya atau membunuhnya sehingga Nabi Isa terselamatkan dan dia diangkat ke langit. Rasulullah saw mewasiatkan kepada sahabat dekatnya biar mereka memperlakukan orang-orang Masehi dengan penuh kebaikan, bahkan ia berkeluargai Maria al-Qibthiya. Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa seseorang lelaki dari Bani Salim bin Auf yang berjulukan al-Hasin mempunyai dua orang anak yang masih Kristen, kemudian ia masuk Islam dan bertanya kepada Rasulullah saw bagaimana seandainya ia harus memaksa kedua anaknya untuk memeluk Islam sedangkan mereka berdua menolak agama lain selain agama Masehi? Kemudian Allah SWT menurunkan ayat yang berbunyi:
"Tidak ada paksaan dalam memeluk agama (Islam)." (QS. al-Baqarah: 256)
Ketika para utusan Najran dari kalangan kaum Masehi hadir ke Madinah untuk berunding dengan Nabi, maka ia memdiberi mereka setengah dari mesjidnya biar mereka sanggup melaksanakan salat dengan cara mereka di dalamnya. Pada suatu hari Rasulullah saw berdiri untuk melaksanakan salat kepada seseorang mayit kemudian dikatakan kepadanya bahwa ia ialah mayit Yahudi. Kemudian Rasulullah menjawaban: "Bukankah ia ialah manusia." Dalam peluang lain Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa yang mengganggu secara aniaya seorang Yahudi atau seorang Nasrani, maka saya akan jadi musuhnya pada hari kiamat." Terkadang kekuasaan akan kekal meskipun disertai dengan kekufuran tetapi ia tidak akan awet ketika disertai dengan kelaliman.
Para ulama Islam berselisih pendapat berkaitan dengan keadaan Nabi Isa setelah pengangkatannya. Mereka setuju bahwa ia tidak disalib tetapi Allah SWT mengangkatnya di sisi-Nya. Tetapi ketika ia tidak disalib, maka bagaimana keadaannya setelah itu: apakah ia masih hidup, ataukah ia mati mirip matinya nabi yang lain? Mayoritas menyampaikan bahwa Allah SWT mengangkat Isa dengan fisiknya dan ruhnya di sisi-Nya. Mereka mengambil zahir dari firman-Nya:
"Tetapi Allah mengangkatnya di sisi-Nya." (QS. an-Nisa': 158)
Juga sebagian hadis yang mendukung hal tersebut. Sementara itu, kelompok yang lain dari kalangan mufasirin, dan ini ialah kelompok yang minoritas, mereka menyampaikan bahwa Nabi Isa hidup sehingga Allah SWT mematikannya sebagaimana Dia mematikan nabi-nabi-Nya kemudian Dia mengangkat ruhnya di sisi-Nya sebagaimana ruh para nabi diangkat, begitu juga ruh para shidiqin (orang-orang yang benar) dan syuhada. Mereka mengambil zahir firman-Nya:
"(Ingatlah) ketika Allah berfirman: 'Hai ha, sesungguhnya Aku akan memberikan engkau kepada simpulan ajalmu dan mengangkat engkau kepada-Ku serta memmembersihkankan engkau dari orang-orang yang kafir." (QS. Ali 'Imran: 55)
Kami sendiri lebih menentukan pendapat yang pertama lantaran ia sangat sesuai—sebagai mukjizat yang luar biasa—dengan kelahiran Isa di mana kelahiran tersebut dipenuhi dengan mukjizat yang luar biasa, juga sesuai dengan kehidupannya dan kesuciannya. Jadi, kedua-duanya ialah mukjizat yang luar biasa.

<< Kisah Nabi & Rosul

0 komentar

Posting Komentar