Rabu, 13 Februari 2019

Kisah Nabi Ayub As


Nabi Ayub as menggambarkan sosok insan yang paling sabar, bahkan bisa dikatakan bahwa ia berada di puncak kesabaran. Sering orang menisbatkan kesabaran kepada Nabi Ayub. Misalnya, dikatakan: menyerupai sabarnya Nabi Ayub. Jadi, Nabi Ayub menjadi simbol kesabaran dan cermin kesabaran atau pola kesabaran pada setiap bahasa, pada setiap agama, dan pada setiap budaya. Allah SWT sudah memujinya dalam kitab-Nya yang berbunyi:
"Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayub) seorang yang sabar. Dialah sebaih-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya)." (QS. Shad: 44)
Yang dimaksud al-Aubah ialah kembali kepada Allah SWT. Nabi Ayub yaitu seseorang yang selalu kembali kepada Allah SWT dengan zikir, syukur, dan sabar. Kesabarannya mengakibatkan ia memperoleh keselamatan dan diam-diam kebanggaan Allah SWT padanya.
Al-Qur'an al-Karim tidak sebut bentuk dari penyakitnya, dan banyak cerita-cerita dongeng yang mengemukakan wacana penyakitnya. Dikatakan bahwa ia terkena penyakit kulit yang dahsyat sehingga manusia-manusia enggan untuk mendekatinya. Dalam cuplikan kitab Taurat disebutkan berkenaan dengan Nabi Ayub: "Maka keluarlah setan dari haribaan Tuhan dan kemudian Ayub terkena suatu luka yang sangat mengerikan dari ujung kakinya hingga kepalanya." Tentu kita menolak tiruana ini sebagai suatu hakikat yang nyata. Kami pun tidak mentolerir jikalau itu dianggap sebagai perbuatan seni semata. Perhatikanlah ungkapan dalam Taurat: "Kemudian setan keluar dari haribaan Tuhan kita," sebagai orang-orang Muslim, kita mengetahui bahwa setan sudah keluar dari haribaan Tuhan semenjak Allah SWT membuat Adam as. Maka, kapan setan kembali keharibaan Tuhan? Kita berada di hadapan ungkapan seni, tetapi kita tidak berada di hadapan suatu hakikat.
Lalu, bagaimana hakikat sakitnya Nabi Ayub dan bagaimana kisahnya? Yang terkenal wacana cobaan Nabi Ayub dan kesabarannya yaitu riwayat diberikut: para malaikat di bumi berbicara sesama mereka wacana insan dan sejauh mana ibadah mereka. Salah seorang di antara mereka berkata: "Tidak ada di muka bumi ini seorang yang lebih baik daripada Nabi Ayub. Beliau yaitu orang mukmin yang paling sukses, orang mukmin yang paling agung keimanannya, yang paling banyak diberibadah kepada Allah SWT dan bersyukur atas nikmat-nikmat-Nya dan selalu berdakwah di jalan-Nya." Setan mendengarkan apa yang dikatakan kemudian ia merasa terganggu dengan hal itu. Kemudian ia pergi menuju ke Nabi Ayub dalam rangka berusaha menggodanya tetapi Nabi Ayub yaitu seorang Nabi di mana hatinya dipenuhi dengan ketulusan dan cinta kepada Allah SWT sehingga setan mustahil mendapatkan jalan untuk mengganggunya.
Ketika setan berputus asa dari mengganggu Nabi Ayub, ia berkata kepada Allah SWT: "Ya Rabbi, hamba-Mu Ayub sedang menyembah-Mu dan menyucikan-Mu namun, ia menyembah-Mu bukan alasannya yaitu cinta, tapi ia menyembah-Mu alasannya yaitu kepentingan-kepentingan tertentu. Ia menyembah-Mu sebagai tanggapan kepada-Mu alasannya yaitu Engkau sudah memdiberinya harta dan anak dan Engkau sudah memdiberinya kekayaan dan kemuliaan. Sebenarnya ia ingin menjaga hartanya, kekayaannya, dan anak-anaknya. Seakan-akan banyak sekali nikmat yang Engkau karuniakan padanya yaitu diam-diam dalam ibadahnya. Ia takut kalau-kalau apa yang dimilikinya akan binasa dan hancur. Oleh alasannya yaitu itu, ibadahnya dipenuhi dengan hasrat dan rasa takut. Jadi, di dalamnya bercampur antara rasa takut dan tamak, dan bukan ibadah yang murni alasannya yaitu cinta."
Riwayat tersebut menyampaikan bahwa Allah SWT berkata kepada iblis: "Sesungguhnya Ayub yaitu hamba yang mukmin dan sejati imannya. Ayub menjadi pola dalam keimanan dan kesabaran. Aku membolehkanmu untuk mengujinya dalam hartanya. Lakukan apa saja yang engkau inginkan, kemudian lihatlah hasil dari apa yang engkau lakukan."
Akhirnya, setan pergi dan menhadiri tanah Nabi Ayub dan banyak sekali flora dan kenikmatan yang dimilikinya. Kemudian setan itu menghancurkan tiruananya. Keadaan Nabi Ayub pun berubah dari puncak kekayaan ke puncak kefakiran. Kemudian setan menunggu apa tindakan Nabi Ayub. Nabi Ayub berkata: "Oh petaka dari Allah SWT. Aku harus mengembalikan kepada-Nya amanat yang ada di sisi kami di mana Dia dikala ini mengambilnya. Allah SWT sudah memdiberi kami nikmat selama beberapa masa. Maka segala puji bagi Allah SWT atas segala nikmat yang didiberikannya, dan Dia mengambil dari kami pada hari ini nikmat-nikmat itu. Bagi-Nya kebanggaan sebagai Pemdiberi dan Pengambil. Aku dalam keadaan ridha dengan keputusan Allah SWT. Dia-lah yang menhadirkan manfaat dan mudharat. Dia-lah yang ridha dan Dialah yang murka. Dia yaitu Penguasa. Dia mempersembahkan kerajaan kepada siapa yang di kehendaki-Nya, dan mencabut kerajaan dari siapa yang dikehendaki-Nya; Dia memuliakan siapa yang dikehendaki-Nya dan menghinakan siapa yang dikehendaki-Nya." Kemudian Nabi Ayub sujud dan Iblis tampak tercengang melihat pemandangan tersebut.
Lalu setan kembali kepada Allah SWT dan berkata: "Ya Allah, jikalau Ayub tidak mendapatkan nikmat kecuali dengan menyampaikan pujian, dan tidak mendapatkan petaka kecuali mendapatkan kesabaran maka hal itu sebagai bentuk usaspesialuntuk alasannya yaitu ia mendapatkan anak. Ia mengharapkan dengan melalui mereka kekayaannya meningkat dan melalui mereka ia sanggup menjalani kehidupan yang lebih gampang." Riwayat menyampaikan bahwa Allah SWT membolehkan bagi setan untuk berbuat apa saja kepada bawah umur Ayub. Kemudian setan menggoncangkan rumah yang di situ anak-anaknya tinggal sehingga mereka tiruana terbunuh. Dalam keadaan demikian, Nabi Ayub berdialog kepada Tuhannya dan menyeru: "Allah memdiberi dan Allah mengambil. Maka bagi-Nya kebanggaan dikala Dia memdiberi dan mengambil, dikala Dia murka dan ridha, dikala Dia menhadirkan manfaat dan mudharat. Kemudian Ayub pun sujud dan iblis lagi-lagi tampak tercengang dan merasa malu."
Iblis kembali menemui Allah SWT dan menyampaikan bahwa Ayub sanggup bersabar alasannya yaitu badannya sehat. Seandainya Engkau memdiberi kekuasaan kepadaku, ya Rabbi, untuk mengganggu badannya pasti dia akan berhenti dari kesabarannya. Riwayat menyampaikan bahwa Allah SWT menginzinkan setan untuk mengganggu tubuh Ayub. Dikatakan bahwa setan memukul tubuh Nabi Ayub dari kepalanya hingga kakinya sehingga Nabi Ayub sakit kulit di mana tubuhnya membusuk dan mengeluarkan nanah, bahkan keluarganya dan sahabat dekat-teman dekatnya meninggalkannya kecuali isterinya. Namun lagi-lagi Nabi Ayub tetap bersabar dan bersyukur kepada Allah SWT. Beliau memuji-Nya pada hari-hari kesehatannya dan ia tetap memuji Allah SWT dikala mendapatkan ujian sakit. Dalam dua keadaan itu, Nabi Ayub tetap bersabar dan bersyukur kepada Allah SWT.
Melihat pemandangan itu, amarah setan semakin meningkat namun ia tidak mengetahui apa yang harus dilakukannya. Di sini setan mengumpulkan para penasihatnya dari pakar-pakar dan ia menceritakan wacana kisah Ayub dan meminta mereka mengeluarkan pendapat—sesudah ia memberikan rasa putus asanya dikala menggodanya atau mencoba menghilangkan sifat sabarnya dan syukurnya.
Salah seorang setan berkata: "Sungguh engkau sudah mengeluarkan Adam bapak insan dari surga, kemudian darimana engkau menhadirinya? Oh, yang engkau maksud yaitu Hawa?" Terbukalah di hadapan Iblis suatu wangsit yang baru. Lalu ia pergi ke istri Ayub dan memenuhi hatinya dengan rasa frustasi sehingga ia pergi ke Ayub dan berkata padanya: "Sampai kapan Allah SWT menyiksamu? Di mana harta, keluarga, mitra dan kaum kerabat? Di mana masa jayamu dan kemuliaanmu lampau?"
Mendengar perkataan isterinya itu, Nabi Ayub menjawaban: "Sungguh engkau sudah dikuasai oleh setan. Mengapa engkau menangisi kemuliaan yang sudah silam dan anak yang sudah mati?" Perempuan itu berkata: "Mengapa engkau tidak berdoa kepada Allah biar Dia menghilangkan cobaan darimu dan menyembuhkanmu serta menghilangkan kesedihannmu?" Nabi Ayub berkata: "Berapa usang kita mencicipi kebahagiaan?" Istrinya menjawaban: "Delapan tahun." Ayub berkata: "Berapa usang kita menerima penderitaan?" Istrinya menjawaban: "Tujuh tahun." Ayub berkata: "Aku aib jikalau saya meminta biar Allah SWT melepaskan penderitaanku ketika saya melihat masa kebahagiaanku. Sungguh imanmu tampak melemah dan keputusan Allah SWT membuat hatimu menjadi sempit. Seandainya saya sembuh dan kembali kepada kekuatanku, pasti saya akan memukulmu dengan seratus kali pukulan dari tongkat. Sejak hari ini, saya tidak memakan dari makananmu dan dari minumanmu atau memerintahkanmu untuk melaksanakan suatu urusan. Maka pergilah kamu dariku."
Akhirnya, isteri Nabi Ayub pergi sehingga Nabi Ayub tinggal sendirian dalam keadaan sabar menanggung penderitaanya. Penderitaan yang seandainya ditimpakan kepada pegunungan pasti pegunungan tidak akan bisa menahannya. Kemudian Nabi Ayub berdoa kepada Allah SWT dalam keadaan penuh kasih akung dan meminta belas kasih kepada-Nya. Beliau berdoa biar Allah SWT menyembuhkannya. Dan akhirnya, doanya dikabulkan oleh Allah SWT. Demikianlah riwayat yang terkenal berkenaan dengan penderitaan Nabi Ayub dan kesabarannya.
Menurut irit kami riwayat ini tiruan alasannya yaitu ia sesuai dengan teks Taurat yang membuktikan sakitnya Nabi Ayub. Begitu juga kami tidak mendapatkan jikalau dikatakan bahwa penyakitnya sangat jelek sekali yang mengakibatkan masyarakat lari darinya sebagaimana dikatakan oleh dongeng-dongeng kuno. Bagi kami, riwayat semacam itu berperihalan dengan kedudukan kenabian. Yang perlu kita perhatikan dan perlu kita pastikan yaitu apa-apa yang sudah disampaikan oleh Al-Qur'an berkenaan dengan dongeng Nabi Ayub. Al-Qur'an yaitu kitab satu-satunya yang pasti benar yang tiada kebatilan di depan dan di belakangnya.
Allah SWT berfirman:
"Dan (ingatlah kisah) Ayub ketika ia menyeru Tuhannya: ('Ya Tuhanku), bantu-membantu saya sudah ditimpa penyakit dan Engkau yaitu Tuhan Yang Maha Penyayang di antara tiruana penyayang.' Maka Kami pun memperkenankan seruannya itu, kemudian Kami lenyapkan penyahit yang ada padanya dan Kami kembalihan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi tiruana yang menyembah Allah." (QS. al-Anbiya': 83-84)
Kita sudah memahami bahwa Nabi Ayub yaitu hamba yang saleh dari hamba-hamba Allah SWT. Allah SWT menginginkan untuk mengujinya dalam hartanya, keluarganya, dan badannya. Hartanya hilang sehingga ia menjadi orang fakir setelah sebelumnya ia termasuk orang yang paling kaya. Kemudian ia ditinggalkan oleh istrinya dan keluarganya sehingga ia mencicipi arti kesunyian dan kesendirian kemudian ia ditimpa penyakit dalam tubuhnya dan ia merasa menderita karenanya, tetapi ia tetap sabar menghadapi tiruana itu dan tetap bersyukur kepada Allah SWT.
Sakit yang dideritanya cukup usang sehingga ia menghabiskan waktu-waktu dan hari-harinya dalam keadaan sendirian bersama penyakitnya, rasa sedihnya, dan kesendiriannya. Demikianlah Nabi Ayub mencicipi segi tiga penderitaan. Segi tiga penderitaan dalam hidupnya, yaitu sakit, kesedihan, dan kesendirian. Di dikala ia menerima cobaan menyerupai itu, pada suatu hari hadir pada ia salah satu pemikiran setan. Pikiran itu berputar-putar di relung hatinya; pikiran itu menyampaikan padanya, wahai Ayub penyakit ini dan penderitaan yang engkau rasakan oleh alasannya yaitu godaaan dariku. Seandainya engkau berhenti sabar dalam satu hari saja pasti penyakitmu akan hilang darimu. Kemudian manusia-manusia berbisik-bisik dan berkata: Seandainya Allah SWT mencintainya pasti ia tidak akan mencicipi penderitaan yang begitu hebat. Demikianlah pemikiran yang jahat itu. Setan tidak bisa untuk mengganggu seseorang kecuali dengan izin Allah SWT sebagaimana Allah SWT tidak menimbulkan cinta-Nya kepada insan identik dengan kesehatan mereka. Sesungguhnya Allah SWT menguji mereka sebagaimana yang dikehendaki-Nya.
Pikiran setan itu berputar di sekitar hati Nabi Ayub menyerupai berputarnya lalat di ekspresi dominan gerah di sekitar kepala manusia, namun ia bisa menghilangkan pikiran ini dan sambil tersenyum kepada dirinya ia berkata: "Keluarlah hai setan! Sungguh saya tidak akan berhenti bersabar, bersyukur, dan diberibadah." Akhirnya, pikiran jahat itu dengan rasa frustasi keluar dari nalar Nabi Ayub. Nabi Ayub duduk dalam keadaaan murka alasannya yaitu setan berani untuk mengganggunya. Beliau membayangkan bahwa boleh jadi setan berani menggodanya dengan memanfaatkan kesendiriannya, penderitaannya, dan penyakitnya.
Istri Nabi Ayub hadir dalam keadaan terlambat dan mendapati Nabi Ayub dalam keadaan marah. Istrinya itu menutupi kepalanya dengan suatu kain tertutup. Istri Nabi Ayub menghadirkan atau menghidangkan masakan yang baik untuknya. Nabi Ayub bertanya padanya: "Dari mana engkau mendapati uang?" Nabi Ayub sudah bersumpah akan memukulnya seratus kali pukulan dengan tongkat ketika ia sembuh, tetapi kesabarannya sungguh sangat luas menyerupai sungai yang besar. Dan di waktu sore, setelah mengetahui kehalalan masakan yang dihidangkan, ia pun memakannya. Kemudian Nabi Ayub keluar menuju ke pegunungan dan berdoa kepada Tuhannya.
Allah SWT berfirman:
"Dan ingatlah akan hamba Kami Ayub ketika ia menyeru Tuhannya: 'Sesungguhnya saya diganggu setan dengan kepayahan dan siksaan.' (Allah berfirman): 'Hantamkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum. Dan Kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan (Kami menambahkan) kepada mereka sebanyak mereka pula sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang memiliki pikiran. Dan ambillah dengan tanganmu seikat (rumput), maka pukullah dengan itu dan tidakbolehlah engkau melanggar sumpah. Sesugguhnya Kami mendapati dia (Ayuh) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia sangat taat (hepada Tuhannya)." (QS. Shad: 41-44)
Bagaimana kita memahami perkataan Nabi Ayub, "Sesungguhnya saya diganggu setan dengan kepayahan dan siksaan."? Nabi Ayub ingin mengadukan kepada Tuhannya wacana keberanian setan padanya di mana setan membayangkan bahwa ia sanggup mengganggunya. Nabi Ayub tidak percaya bahwa sakit yang dideritanya yaitu hadir alasannya yaitu imbas setan.
Demikianlah pemahaman yang sesuai dengan kemaksuman para nabi dan kesempumaan mereka. Allah SWT memerintahkan ia untuk mandi di salah satu mata air di pegunungan. Allah SWT memerintahkannya biar ia minum dari mata air ini. Kemudian Nabi Ayub melaksanakan perintah ini dan mandi serta minum. Belum usang ia minum pada tegukan yang terakhir sehingga ia mencicipi sehat dan sembuh total dari penyakitnya. Kemudian suhu gerah dalam tubuhnya pun kembali normal menyerupai biasanya. Allah SWT mempersembahkan kepada Ayub dan keluarganya dan orang-orang yang menyerupai mereka suatu rahmat dari sisi-Nya sehingga Nabi Ayub tidak kembali sendirian. Allah SWT memdiberinya berlipat-lipat kekayaan dan kemuliaan dari sisi-Nya sehingga Ayub tidak menjadi fakir.
Nabi Ayub kembali mendapatkan kesehatannya setelah usang mencicipi penderitaan dan sakit; Nabi Ayub bersyukur kepada Allah SWT. Beliau sudah bersumpah untuk memukul istrinya sebanyak seratus pukulan dengan tongkat ketika ia sembuh. Sekarang ia sembuh maka Allah SWT mengetahui bahwa ia tidak bermaksud untuk memukul istrinya. Namun biar ia tidak hingga melanggar janjinya dan sumpahnya, Allah SWT memerintahkannya biar segera mengumpulkan seikat ranting dari bunga Raihan yang berjumlah seratus dan hendaklah ia memukulkan itu kepada istrinya dengan sekali pukulan. melaluiataubersamaini demikian, ia sudah memenuhi sumpahnya dan tidak berbohong. Allah SWT membalas kesabaran Ayub dan memujinya dalam Al-Qur'an sebagaimana firman-Nya:
"Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya)." (QS. Shad: 44)

<< Kisah Nabi & Rosul

0 komentar

Posting Komentar