Rabu, 13 Februari 2019

Kisah Nabi Luth As



Allah SWT berfirman:
"Kaum Luth sudah mendustakan rasul-rasul. Ketika saudara mereka Luth, berkata kepada mereka: Mengapa engkau tidak bertakwa? Sesungguhnya saya yaitu seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku." (QS. asy-Syu'ara: 160-163)
melaluiataubersamaini kelembutan dan kasih akung semacam ini, Nabi Luth berdakwah kepada kaumnya. Beliau mengajak mereka untuk spesialuntuk menyembah kepada Allah SWT yang tiada sekutu bagi-Nya. Dan melarang mereka untuk melaksanakan kejahatan dan kekejian. Namun dakwah ia berhadapan dengan hati yang keras dan jiwa yang sakit serta penolakan yang berasal dari kesombongan.
Kaum Nabi Luth melaksanakan aneka macam kejahatan yang tidak biasa dilakukan oleh penjahat manapun. Mereka merampok dan berkhianat kepada sesama mitra serta berwasiat dalam kemungkaran. Bahkan catatan kejahatan mereka ditambah dengan keja­hatan gres yang belum pernah terjadi di muka bumi. Mereka memadamkan potensi kemanusiaan mereka dan daya kreatifitas yang ada dalam diri mereka. Yaitu kejahatan yang belum pernah dilakukan seseorang pun sebelum mereka di mana mereka berafiliasi seks dengan sesama kaum laki-laki (homo seks).
Allah SWT berfirman:
"Dan (ingatlah kisah) Luth, ketika ia berkata kepada kaumnya: "Mengapa engkau mengerjakan perbuatan keji itu sedang engkau melihat(nya). Mengapa engkau menhadiri laki-laki untuk (memenuhi) nafsu(mu), bukan menhadiri wanita? Sebenarnya engkau yaitu kaum yang tidak sanggup mengetahui (akibat perbuatanmu)." (QS. an-Naml: 54-55)
Nabi Luth memberikan dakwah kepada mereka dengan penuh ketulusan dan kejujuran, namun apa gerangan jawabanan dari kaumnya:
"Maka tidak lain jawabanan kaumnya melainkan mengatakan: 'Usirlah Luth beserta keluarganya dari negerimu; sebab sesungguhnya mereka itu orang-orang yang (mendakwahkan dirinya) membersihkan.'" (QS. an-Naml: 56)
Mengapa mereka mengakibatkan sesuatu yang patut dipuji menjadi sesuatu yang tercela yang kemudian harus diusir dan dikeluarkan. Tampak bahwa jiwa kaum Nabi Luth benar-benar sakit dan mereka justru menganiaya diri mereka sendiri serta bersikap besar kepala terhadap kebenaran. Akhirnya, kaum laki-laki cenderung kepada sesama jenis mereka, bukan malah cenderung kepada wanita. Sungguh guah ketika mereka menganggap kesucian dan kemembersihkanan sebagai kejahatan yang harus disirnakan. Mereka orang-orang yang sakit yang justru menolak obat dan memeranginya. Tindakan kaum Nabi Luth membuat had ia bersedih. Mereka melaksanakan kejahatan secara terang-terangan di tempat-tempat mereka. Ketika mereka melihat seorang abnormal atau seorang musafir atau seorang tamu yang memasuki kota, maka mereka menangkapnya. Mereka berkata kepada Nabi Luth, "sambutlah tamu-tamu perempuan dan tinggalkanlah untuk kami kaum pria." Mulailah sikap mereka yang keji itu terkenal.
Nabi Luth memerangi mereka dalam jihad yang besar. Nabi Luth mengemukakan argumentasi. Hari demi hari, bulan demi bulan, dan tahun demi tahun silam, dan Nabi Luth terus berdakwah. Namun tak seorang pun yang mengikutinya dan tiada yang diberiman kepadanya kecuali keluarganya, bahkan keluarganya pun tidak diberiman tiruananya. Istri Nabi Luth kafir mirip istri Nabi Nuh:
"Allah membuat istri Nuh dan istri Luth perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; kemudian kedua istri itu berkhianat kepada kedua suaminya, maka kedua suaminya itu tidak sanggup memmenolong mereka sedikit pun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya): 'Masuklah ke neraka bersama orang-orang yang masuk neraka.'" (QS. at-Tahrim: 10)
Jika rumah yaitu daerah istirahat yang di dalamnya seseorang mendapatkan ketenangan, maka Nabi Luth tersiksa, baik di luar rumah maupun di dalamnya. Kehidupan Nabi Luth dipenuhi dengan mata rantai penderitaan yang keras namun ia tetap sabar atas kaumnya. Berlalulah tahun demi tahun tetapi tak seorang pun yang diberiman kepadanya, bahkan mereka mulai mengejek ajarannya dan menyampaikan apa saja yang ingin mereka katakan:
"Datangkanlah kepada kami azab Allah, kalau engkau termasuk orang-arang yang benar." (QS. al-'Ankabut: 29)
Ketika terjadi hal tersebut, Nabi Luth berputus asa kepada mereka dan ia berdoa kepada Allah SWT supaya menolongnya dan menghancurkan orang-orang yang membuat kerusakan. Akhirnya, para malaikat keluar dari daerah Nabi Ibrahim menuju desa Nabi Luth. Mereka hingga ketika Ashar. Mereka mencapai pagar-pagar Sudum. Sungai mengalir di tengah-tengah tanah yang penuh dengan tanaman yang hijau.
Sementara itu, anak perempuan Nabi Luth berdiri sedang memenuhi daerah airnya dari air sungai itu. Ia mengangkat wajahnya sehingga menyaksikan mereka. Ia tampak keheranan melihat kaum laki-laki yang mempunyai ketampanan yang mengagumkan. Salah seorang malaikat bertanya kepada anak kecil itu: "Wahai anak perempuan, apakah ada rumah di sini?" Ia berkata (saat itu ia mengingat kaum­nya), "Hendaklah kalian tetap di situ sehingga saya memdiberitahu ayahku dan kemudian akan kembali pada kalian." Ia meninggalkan wadah airnya di sisi sungai dan segera menuju ayahnya.
"Ayahku, ada pemuda-pemuda yang ingin menemuimu di pintu kota. Aku belum pernah melihat wajah-wajah mirip mereka," kata anak itu dengan nada gugup. Nabi Luth berkata kepada dirinya sendiri: Ini yaitu hari yang dahsyat. Beliau segera berlari menuju tamu-tamunya. Ketika Nabi Luth melihat mereka, ia mencicipi keheranan yang luar biasa. Beliau berkata: "Ini yaitu hari yang dahsyat." Beliau bertanya kepada mereka: "Dari mana mereka hadir dan apa tujuan mereka?" Mereka malah melongo dan justru memintanya untuk menjamu mereka." Nabi Luth tampak aib di hadapan mereka, kemudian ia berjalan di depan mereka sedikit kemudian ia berhenti sambil menoleh kepada mereka dan berkata: "Saya belum mengetahui kaum yang lebih keji di muka bumi ini selain penduduk negeri ini." Beliau menyampaikan demikian dengan maksud supaya mereka mengurungkan niat mereka untuk bermalam di negerinya. Namun mereka tidak peduli dengan ucapan Nabi Luth dan mereka tidak mempersembahkan komentar atasnya.
Nabi Luth kembali berjalan bersama mereka dan ia selalu berusaha untuk mengalihkan pembicaraan tentang kaumnya. Nabi Luth memdiberitahu mereka bahwa penduduk desanya sangat jahat dan menghinakan tamu-tamu mereka. Di samping itu, mereka juga membuat kerusakan di muka bumi dan seringkali terjadi perperihalan di dalam desanya. Pemdiberitahuan tersebut dimaksudkan supaya para tamunya membatalkan niat mereka untuk bermalam di desanya tanpa harus melukai perasaan mereka dan tanpa menghilangkan penghormatan pada tamu. Nabi Luth berusaha dan mengisyaratkan kepada mereka untuk melanjutkan perjalanannya tanpa harus mampir di negerinya. Namun tamu-tamu itu sangat mengherankan. Mereka tetap berjalan dalam keadaan diam. Ketika Nabi Luth melihat tekad mereka untuk tetap bermalam di kota, ia meminta kepada mereka untuk tinggal di suatu kebun sehingga hadir waktu Maghrib dan jasus menyelimuti segala penjuru kota. Nabi Luth sangat bersedih dan dadanya menjadi sempit. Karena rasa takutnya dan penderitaanya sehingga ia lupa untuk memdiberi mereka makanan. Kepetangan mulai menyelimuti kota. Nabi Luth menemani tiga tamunya itu berjalan menuju rumahnya. Tak seorang pun dari penduduk kota yang melihat mereka. Namun istrinya melihat mereka sehingga ia keluar menuju kaumnya dan memdiberitahu mereka kejadian yang dilihatnya. Kemudian tersebarlah diberita dengan begitu cepat dan selanjutnya kaum Nabi Luth menemuinya. Allah SWT berfirman:
"Dan tatkala hadir utusan-utusan Kami (para malaikat) itu kepada Luth, dia merasa susah dan merasa sempit dadanya sebab kehadiran mereka, dan dia berkata: 'Ini yaitu hari yang amat susah.' Dan hadirlah kepadanya kaumnya dengan bergesa-gesa. Dan semenjak lampau mereka selalu melaksanakan perbuatan-perbuatan yang keji." (QS. Hud: 77-78)
Mulailah terjadi hari yang sangat keras. Kaum Nabi Luth bergegas menuju padanya. Nabi Luth bertanya pada dirinya sendiri: "Siapa gerangan yang memdiberitahu mereka?" Kemudian ia menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mencari istrinya namun ia tidak menemuinya. Maka bertambahlah kesedihan Nabi Luth.
Kaum Nabi Luth berdiri di depan pintu rumah. Nabi Luth keluar kepada mereka dengan penuh harap, bagaimana seandainya mereka diajak berpikir secara sehat? Bagaimana seandainya mereka diajak memakai fitrah yang sehat? Bagaimana seandainya mereka tergugah dengan kecenderungan yang sehat terhadap jenis lain yang Allah SWT ciptakan untuk mereka? Bukankah di dalam rumah mereka terdapat kaum wanita? Seharusnya wanitalah yang menjadi kecenderungan mereka, bukan malah mereka cenderung kepada sesama pria.
"Dia berkata: 'Hai kaumku, inilah putri-putri (negeriku) mereka lebih suci bagimu, maka bertakwalah kepada Allah dan tidakbolehlah engkau mencemarkan (nama)ku terhadap tamuku ini. Tidak adakah di antaramu seorang yang berakal." (QS. Hud: 78)
"INI putri-putri (negeriku)." Apa yang dimaksud dengan pernyataan tersebut? Nabi Luth ingin berkata kepada mereka: "Di hadapan kalian terdapat wanita-wanita di bumi. Mereka lebih suci bagi kalian dalam bentuk kesucian jiwa dan fisik. Ketika kalian cen­derung kepada mereka, maka kecenderungan itu ialah pelaksanaan dari fitrah yang sehat." "Maka bertakwalah kalian kepada Allah." Nabi Luth berusaha menjamah jiwa mereka dari sisi takwa setelah menjamahnya dari sisi fitrah. Bertakwalah kepada Allah SWT dan ingatlah bahwa Allah SWT mendengar dan melihat serta akan murka dan menyiksa orang-orang yang durhaka. Seharusnya orang yang pintar sehat menghindari murka-Nya.
"Dan tidakbolehlah kalian mencemarkan namaku terhadap tamuku ini." Ini yaitu perjuangan gagal dari ia yang mencoba menggugah kemuliaan dan tradisi mereka sebagai orang badui yang harus menghormati tamu, bukan malah menghinakannya. "Tidak adakah di antaramu seorang yang berakal?" Tidakkah di antara kalian terdapat orang yang mempunyai pikiran yang sehat? Tidakkah di antara kalian terdapat laki-laki yang berakal? Apa yang kalian inginkan kalau memang terwujud, maka itu hakikat kegilaan. Akal yaitu masukana yang sempurna bagi kalian untuk mengetahui kebenaran. Sesungguhnya masalah tersebut sangat terperinci kebenarannya kalau kalian memperhatikan fitrah, agama, dan harga diri." Kaumnya menunggu hingga ia selesai dari nasihatnya yang singkat kemudian mereka tertawa terbahak-bahak. Kalimat Nabi Luth yang suci itu tidak bisa mengubah pendirian jiwa yang sakit, hati yang beku, dan pikiran yang bodoh:
"Mereka menjawaban: 'Sesungguhnya engkau sudah tahu bahwa kami tidak mempunyai impian terhadap putri-putrimu; dan sesungguhnya engkau tentu mengetahui apa yang bahwasanya kami kehendaki.'" (QS. Hud: 79)
Demikianlah tampak dengan terperinci bahwa kebenaran tersembunyi di balik pengkaburan, suatu hal yang diketahui oleh dunia tiruananya. Mereka tidak menyampaikan kepadanya apa yang mereka inginkan sebab dunia mengetahuinya dan selanjutnya ia juga mengetahui, yakni arahan yang jelek pada perbuatan yang buruk.
Nabi Luth mencicipi kesedihan dan kelemahannya di tengah-tengah kaumnya. melaluiataubersamaini murka Nabi Luth memasuki rumahnya dan menutup pintu rumahnya. Ia berdiri mendengarkan tertawa dan celaan serta pukulan terhadap pintu rumahnya. Sementara itu, orang-orang abnormal yang dijamu oleh Nabi Luth tampak duduk dalam keadaan hening dan terpaku. Nabi Luth mencicipi keheranan dalam dirinya ketika melihat ketenangan mereka. Dan pukulan-pukulan yang ditujukan pada pintu semakin kencang. Mulailah kayu-kayu pintu itu tampak rusak dan lemah, kemudian Nabi Luth berteriak dalam keadaan kesal:
"Luth berkata: 'Seandainya saya mempunyai kekuatan (untuk menolakmu) atau kalau saya sanggup berlindung kepada keluarga yang berpengaruh (tentu saya lakukan).'" (QS. Hud: 80)
Nabi Luth berharap akan mendapatkan kekuatan sehingga sanggup melindungi para tamunya. Beliau mengharapkan seandainya terdapat benteng yang berpengaruh yang sanggup melindunginya, yaitu benteng Allah SWT yang di dalamnya para nabi dan kekasih-kekasih-Nya dilindungi. Berkenaan dengan hal itu, Rasulullah berkata ketika membaca ayat tersebut: "Allah SWT menurunkan rahmat atas Nabi Luth. Ia berlindung pada benteng yang kokoh." Ketika penderitaan mencapai puncaknya dan Nabi Luth mengucapkan kata-katanya yang terbang laksana burung yang putus asa, para tamunya bergerak dan tiba-tiba bangkit. Mereka memdiberitahunya bahwa ia benar-benar akan terlindung di bawah benteng yang kuat:
"Para utusan (malaikat) berkata: 'Hai Luth sesungguhnya kami yaitu utusan-utusan Tuhanmu, sekali-sekali mereka tidak akan sanggup mengganggu engkau." (QS. Hud: 81)
Jangan berkeluh kesah wahai Luth dan tidakboleh takut. Kami yaitu para malaikat, dan kaum itu tidak akan bisa menyentuhmu. Tiba-tiba pintu terbelah. Jibril bangun dan ia menunjuk dengan tangannya secara cepat sehingga kaum itu kehilangan matanya. Lalu mereka tampak serampangan di dalam dinding dan mereka keluar dari rumah dan mereka menerka bahwa mereka memasukinya. Jibril as menghilangkan mata mereka.
Allah SWT berfirman:
"Dan sesungguhnya mereka sudah membujuknya (agar menyerahkan) tamunya (kepada mereka), kemudian kami butakan mata mereka, maka rasakanlah azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku. Dan sesungguhnya pada esok harinya mereka ditimpa azab yang abadi." (QS. al-Qamar: 37-38)
Para malaikat menoleh kepada Nabi Luth dan memerintahkan kepadanya untuk membawa keluarganya di tengah malam dan keluar. Mereka mendengar bunyi yang sangat mengerikan dan akan menggoncangkan pegunungan. Siksa apa ini? Ini yaitu siksa dari bentuk yang guah. Para malaikat memdiberitahunya bahwa istrinya termasuk orang-orang yang menentangnya. Istrinya yaitu seorang kafir mirip mereka, sehingga kalau turun azab kepada mereka, maka ia pun akan menerimanya.
Keluarlah wahai Luth sebab keputusan Tuhanmu sudah diputuskan. Nabi Luth bertanya kepada malaikat: "Apakah kini akan turun azab kepada mereka?" Para malaikat memdiberitahunya bahwa mereka akan terkena azab pada waktu Subuh. Bukankah waktu Subuh itu sangat dekat?
Allah berfirman SWT:
"Pergilah dengan membawa keluarga dan pengikut-pengikut engkau di simpulan malam dan tidakbolehlah ada seorang pun di antara kalian yang tertinggal, kecuali istrimu Sesungguhnya dia akan ditimpa azab yang menimpa mereka sebab sesungguhnya ketika jatuhnya azab kepada mereka yaitu di waktu subuh; bukankah subuh itu sudah dekat?" (QS. Hud: 81)
Nabi Luth keluar bersama belum dewasa perempuannya dan istrinya. Mereka keluar di waktu malam. Dan tibalah waktu Subuh. Kemudian hadirlah perintah Allah SWT:
"Maka tatkala hadir azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan watu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi, yang didiberi tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang lalim. " (QS. Hud: 82-83)
Para ulama berkata: "Jibril menghancurkan dengan ujung akupnya tujuh kota mereka. Jibril mengangkat tiruananya ke langit sehingga para malaikat mendengar bunyi ayam-ayam mereka dan gonggongan anjing mereka. Jibril membalikkan tujuh kota itu dan menumpahkannya ke bumi. Saat terjadi kehancuran, langit menghujani mereka dengan batu-batu dari neraka Jahim. Yaitu batu-batu yang keras dan berpengaruh yang hadir silih berganti. Neraka Jahim terus menghujani mereka sehingga kaum Nabi Luth musnah tiruananya. Tiada seorang pun di sana. Semua kota-kota hancur dan ditelan bumi sehingga terpancarlah air dari bumi. Hancurlah kaum Nabi Luth dan hilanglah kota-kota mereka. Nabi Luth mendengar suara-suara yang mengerikan. Istrinya melihat sumber bunyi dan dia pun musnah."
Allah SWT berfirman tentang kota-kota Luth:
"Lalu Kami keluarkan orang-orang yang diberiman yang berada di negeri kaum Luth itu. Dan Kami tidak mendapati di negeri itu, kecuali sebuah rumah dari orang-orang yang berserah diri. Dan Kami tinggalkan pada negeri itu suatu tanda bagi orang-orang yang takut kepada siksa yangpedih. " (QS. adz-Dzariyat: 35-37)
"Dan sesungguhnya kota itu benar-benar terletak dijalan yang masih tetap (dilalui manusia)." (QS. al-Hijr: 76)
"Dan sesungguhnya engkau (hai penduduk Mekah) benar-benar akan melalui (behas-bekas) mereka di waktu pagi, dan diwaktu malam. Maka apakah engkau tidak memikirkannya." (QS. ash-Shaffat: 137-138)
Yakni ia yaitu bukti kekuasaan Allah SWT yang zahir. Para ulama berkata: "Bahwa kota-kota yang tujuh menjadi danau yang guah di mana airnya asin dan deras airnya lebih besar dari derasnya air maritim yang asin. Dan di dalam danau ini terdapat batu-batu tarnbang yang mencair. Ini mengisyaratkan bahwa batu-batu yang ditimpakan pada kaum Nabi Luth mirip butiran-butiran api yang menyala. Ada yang menyampaikan bahwa danau yang kini berjulukan al-Bahrul Mayit yang terletak di Palestina yaitu kota-kota kaum Nabi Luth."
Tamatlah riwayat kaum Nabi Luth dari bumi. Akhirnya, Nabi Luth menemui Nabi Ibrahim. Beliau menceritakan diberita tentang kaumnya. Beliau heran ketika mendengar bahwa Nabi Ibrahim juga mengetahuinya. Nabi Luth terus melanjutkan misi dakwahnya di jalan Allah SWT mirip Nabi Ibrahim. Mereka berdua tetap membuatkan Islam di muka bumi.

<< Kisah Nabi & Rosul

0 komentar

Posting Komentar