oleh: Fajar Sidik
Bergerak dari seluruh penjuru dengan tunggangannya masing-masing. Mulai dari supra, kharisma, shogun, hingga avanza, escudo dan vitarra. Disebuah padang beton, yang luas dan sedikit gersang, mesin-mesin berjalan itu tertata rapi sambil sesekali terdengar bunyi pluit dari beberapa laki-laki berbaju biru. Jum’at Mubarak, Hari yang penuh semangat spriritual.
melaluiataubersamaini wajah berseri-seri, mereka mulai berhamburan kemudian berjalan menuju bangunan berkubah. Fathul Khair memang mempunyai daya magis besar lengan berkuasa menyihir mereka yang mendengarkan suaranya. Suara-suara peng-agung-an, penuh kemuliaan dan kesyukuran terhadap Pemilik Alam dan Kekasihnya yang mulia, Muhammad SAW. Suara yang menggerakkan setiap diri untuk meninggalkan perniagaan dan seluruh acara lainnya. Ya… itulah ajakan yang kaum buta sekalipun tidak didiberikan uzur untuk mengacuhkannya, adzan.
INI dien nan indah! Agama yang sangat memandang ukhuwah sebagai nadinya. Sampai-sampai kewajiban bersilaturahim dijewantahkan dalam ibadah maghdoh yakni shalat berjamaah. INI kenapa islam mengibaratkan persaudaraan itu mirip tubuh, kalau yang satu sakit maka yang lain merasakan.
Kembali kepada acara mereka yang berjalan dalam keimanan. Di hari yang diagungkan itu, seluruh pengikut Al-Amin berkumpul menjadi satu dalam kesetaraan. Semua duduk pada lantai yang sama, sujud di sajadah yang sama, dan melaksanakan gerakan yang sama tanpa pengecualian. Di kawasan inilah, seorang budak sanggup menerima posisi (shaf) lebih depan dibandingkan majikannya. Seorang penjaga toilet kantor, berpeluang sejajar dengan seorang Gubernur, Menteri hingga Presiden sekalipun. Dan di bawah gedung berkubah inilah seluruh insan sama-sama mencium bumi sebagai bentuk meng-Illah-kan penciptaNYA.
Di rumah egaliter ini, kerumunan insan tampak bertebaran. Aktivitasnya pun beragam, dimulai dari dzikir, tilawah ataupun shalat sunnah. Mereka sadar bahwa hari yang di zaman jahiliyah disebut Al-Araubah itu, ialah hari yang dimuliakan Allah SWT. Hari dimana doa-doa menjadi mustajab, dosa-dosa diluruhkan, ganjaran ibadah dilipatgandakan. Subhanallah!
(penulis yaitu seorang Abdi Negara di Samarinda Kaltim)
Kelanjutan goresan pena (bagian 2) akan dipost pada hari jumat depan.
0 komentar
Posting Komentar