Begitu meledaknya pemakaian media umum atau jejaring sosial, banyak memunculkan penelitian dalam bidang psikologi. Situs Guardian sudah mengulas sebuah makalah psikologi yang menyimpulkan adanya hubungan pribadi Antara Banyaknya mitra dan sejauh mana pengguna jejaring sosial menjadi orang narsis yang "merusak kerukunan sosial". Penelitiannya dilakukan di tengah meningkatnya bukti bahwa kaum muda menjadi semakin narsis, dan terobsesi dengan pencitraan diri dan perteman dekatan yang dangkal.
Narsis ialah rasa besar hati diri yang berlebihan adapun eksibisionis ialah nafsu pamer kehebatan diri yang berlebihan. Dalam ilmu psikologi, narsis dan eksibisionis ialah bentuk penyimpangan kejiwaan. Sedangkan dalam blog tiaranazwita.blogspot.com, dijelaskan:
Eksibisionis berasal dari kata exhibition yang artinya pameran, memamerkan, atau mempertontonkan. Eksibisionis ialah dorongan fantasi sexual yang mendesak dan terus-menerus dengan memamerkan kepingan genitalnya kepada orang lain. Dorongan tersebut bertujuan untuk menakuti, mengejutkan, atau untuk dikagumi.....Sebagian besar pelaku eksibisionis ialah laki-laki dan sangat sedikit perempuan mengidap gangguan ini. Akan tetapi, perempuan yang memamerkan anggota tubuhnya atau berpakaian minim pun dapat disebut eksibisionis. Namun, perempuan tidak mau mengakui atau menyadari bahwa dalam memamerkan keseksian lekuk badan kepada khalayak, mereka sudah menjurus ke arah eksibisionis atau narcism alasannya batas antara eksibisionis dan narcism amatlah tipis. Menurut Kasandra lagi, perempuan bertato juga cenderung mengarah tipikal perempuan yang eksibisionis. Kebanggaan dan harapan menampilkan tato yang ada di kepingan badan tertentu termasuk kategori eksibisionis.
Penelitian terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal Personality and Individual Differences, juga menemukan bahwa narsisis (orang yang berpenyakit narsis) menanggapi komentar dinding dengan cara yang lebih bergairah dan lebih sering mengubah gambar profil mereka. Penelitian mengungkapkan bahwa pecandu facebook (red. dan juga medsos lainnya) yang narsisis mengakibatkan kesombongan, superioritas dan ekshibisionis. Mereka sering menyampaikan hal-hal yang mengejutkan dan tidak sempurna mengungkapkan diri alasannya mereka tidak tahan untuk diabaikan.
Dr. Viv Vignoles, dosen denior di bidang psikologi sosial di Universitas Susses, menyampaikan ada 'bukti jelas' dari studi di Amerika bahwa mahasiswa menjadi semakin narsis. Namun ia menambahkan:" Apakah hal ini berlaku pula untuk non-mahasiswa atau anak muda di negara lain, tetap menjadi sebuah pertanyaan."
sementara itu situs mashable.com membuktikan wacana pengaruh negatif facebook bagi remaja. Dalam sebuah presentasi yang berjudul: Poke Me: How Social Networks can Both Help and Harm Our Kids" pada konvensi tahunan ke 119 dari American Psychological Association, Rosen mempresentasikan temuan didasarkan pada survey berbasis komputer yang sudah didistribusikan kepada 1.000 dewasa perkotaan dan observasi 15 menit nya dari 300 dewasa dalam tindakan belajar.
Beberapa pengaruh negatif dari penerapan facebook untuk dewasa yang dikutip dari Rosen termasuk:
- Pengembangan narsisme pada dewasa yang sering memakai Facebook.
- Adanya gangguan psikologis lain, termasuk sikap antisosial, mania dan kecenderungan bersikap agresif. Pada dewasa yang terlalu sering memakai facebook,
- Kemungkinan berbagi sakit perut, susah pulas, kecemasan dan depresi.
- Sedangkan bagi dewasa yang "overdosis" dalam teknologi, termasuk facebook dan video game, lebih rendah nilai sekolahnya.
0 komentar
Posting Komentar