Minggu, 23 Desember 2018

Benarkah Mekah Ialah Sentra Bumi

Yusuf Qardhawi (Fukaha Mesir) dalam talkshow Syariah dan Kehidupan pernah menegaskan bahwa Mekah yaitu meridium utama dan menjadi titik keselarasan magnetis sempurna.

Hal ini juga dikuatkan oleh beberapa temuan ilmuwan Arab. Abdul Basyit dari Pusat Penelitian Nasional Mesir yang menyampaikan bahwa tidak ada gaya magnet di Mekkah.

“Itu sebabnya kalau seseorang tinggal di sana atau melaksanakan perjalanan di sana, orang akan lebih sehat lantaran tak dipengaruhi magnet bumi,” katanya menyerupai dikutip Telegraph.

Dari kajian yang dilakukan ilmuwan muslim, terungkap fakta mengejutkan wacana keistimewaan kota Makkah, bila ditilik dari sudut ilmu geografi (ilmu bumi) dan geologi (ilmu tanah).

Sekelompok ilmuwan yang dipimpin oleh Dr Husain Kamaluddin, seorang dosen ilmu ukur bumi, sudah menunjukan bahwa Makkah yaitu sentra bumi.

Pada mulanya, penelitian itu bertujuan untuk menemukan suatu cara yang sanggup memmenolong seorang muslim untuk memastikan lokasi kiblat, dari kawasan manapun di dunia.

“Kami katakan di dalam bumi, bukan di atas bumi, lantaran atmosfer mengikuti plguat bumi. melaluiataubersamaini demikian insan selalu berada di dalam bumi, kecuali bila ia terbang ke luar angkasa,” tutur Dr Husain mengpertamai klarifikasi ilmiahnya.
 dalam talkshow Syariah dan Kehidupan pernah menegaskan bahwa Mekah yaitu meridium utama  Benarkah Mekah Adalah Pusat Bumi

Namun di tengah risetnya, laki-laki ini menyerupai menemukan durian runtuh. Betapa tidak, ia berhasil mengungkap fakta yang seharusnya sanggup memecahkan polemik ratusan tahun wacana sentra plguat bumi.

Bersama timnya, ilmuwan Mesir ini mendapati Makkah sebagai sentra bagi seluruh benua yang ada di bumi.

Pada mulanya ia menggambar peta bumi untuk memastikan arah kiblat dari aneka macam tempat.

Sesudah menggambar benua-benua menurut jarak setiap kawasan yang ada di keenam benua serta lokasinya dari Kota Makkah al-Mukarramah, ia memulai menggambar garis-garis sejajar spesialuntuk untuk megampangkan proyeksi garis bujur dan garis lintang.

Pada penelitian pertama ini, ia sudah menemukan fakta bahwa Makkah yaitu sentra bumi, lantaran kota suci tersebut menjadi titik sentra garis-garis itu!

 dalam talkshow Syariah dan Kehidupan pernah menegaskan bahwa Mekah yaitu meridium utama  Benarkah Mekah Adalah Pusat Bumi
Dr Husain yang ketika itu menjadi Kepala Bagian Ilmu Ukur Bumi di Universitas Riyadh Saudi Arabia, kemudian membuat garis-garis benua dan segala perinciannya untuk kepentingan risetnya.

Pekerjaannya termenolong oleh program-program komputer untuk memilih jarak-jarak valid dan variasi-variasi tidak sama, serta banyak hal lainnya. Ia kagum terhadap apa yang ia temukan, bahwa Makkah memang benar-benar sentra bumi.

Ia berhasil membuat bundar detail dengan Makkah sebagai pusatnya. Garis-garis luar bundar itu berada di luar benua-benua, sedangkan keliling garisnya berputar bersama garis luar benua-benua itu.

Dalam riset ini, Dr Husain bersama timnya berhasil menemukan salah satu pesan yang tersirat ilahiah: mengapa Makkah al-Mukarramah dipilih sebagai kawasan bagi baitullah! (Majalah al-‘Arabi, edisi 237, Agustus, 1970)

kajian lapisan bumi serta geografi yang muncul kemudian pada tahun 90-an, menekankan hasil yang sama dengan inovasi tim Dr Husain di tahun 70-an itu.

Telah menjadi teori yang mapan secara ilmiah bahwa lempengan-lempengan bumi terbentuk selama usia geologi yang panjang bergerak secara teratur di sekitar lempengan Arab. Lempengan-lempengan ini terus- menerus memusat ke arah itu seperti menunjuk ke Makkah.

Studi ilmiah yang menghasilkan teori itu memang dilaksanakan untuk tujuan tidak sama, bukan dimaksud untuk menunjukan bahwa Makkah yaitu sentra dari bumi.

Namun studi yang diterbitkan di dalam banyak majalah sains di Barat itu, dengan sendirinya turut menegaskan bahwa sentra plguat bumi yaitu kota suci umat Islam, Makkah al-Mukarramah. Subhanallah!

Sejumlah pakar Islam di bidang geologi dan ilmu syariah mulai mengkampanyekan persamaan waktu dunia dengan merujuk waktu Makkah al-Mukarramah.

Hal tersebut dimaksudkan untuk mengganti persamaan waktu Greenwich (GMT) yang selama ini dipakai banyak penduduk dunia. Menurut sejumlah kajian ilmiah, Makkahlah yang seharusnya menjadi sentra bumi.

Persoalan tersebut muncul dalam Konferensi Ilmiah bertajuk “Makkah Sebagai Pusat Bumi, antara Teori dan Praktek”. Konferensi yang diselenggarakan di ibukota Qatar, Dhoha pada tahun ini (2009) menyimpulkan wacana pola waktu Islam menurut kajian ilmiah yakni Makkah.

Konferensi juga menyeru pada umat Islam supaya mengganti pola waktu dunia yang selama ini merujuk pada Greenwich.

Konferensi juga dihadiri oleh Syaikh Dr Yusuf al-Qaradhawi, dan juga sejumlah pakar geologi Mesir menyerupai Dr Zaghlul Najjar, dosen ilmu bumi di Wales University di Inggris, serta Ir Yaseen Shaok, seorang saintis yang mempelopori jam Makkah.

Dr Qaradhawi dalam peluang itu memberikan dukungannya supaya umat Islam dan juga dunia memakai pola waktu Makkah sebagai pola waktu yang sejati, lantaran Makkah yaitu sentra bumi. “Kami menyambut kajian ilmiah dengan hasil yang menegaskan kemuliaan kiblat umat Islam.

Meneguhkan lagi teori bahwa Makkah ialah sentra bumi yaitu sama dengan penegasan jati diri keislaman dan menopang kemuliaan umat Islam atas agama, umat dan peradabannya,” terperinci Qaradhawi yang juga ketua Asosiasi Ulama Islam Internasional itu.

Terkait Makkah sebagai sentra bumi, Dr Zaghlul Najjar mengamini penelitian saintifik yang dilakukan oleh Dr Husain Kamaluddin di atas, bahwa ternyata Makkah Mukarramah memang menjadi titik sentra bumi.

Hasil penelitian yang dipublikasikan oleh The Egyptian Scholars of The Sun and Space Research Center yang berpusat di Kairo itu, melukiskan peta dunia baru, yang sanggup memberikan arah Makkah dari kota-kota lain di dunia.

melaluiataubersamaini memakai asumsi matematik dan kaidah yang disebut “spherical triangle”. Dr Husain menyimpulkan kedudukan Makkah betul-betul berada di tengah-tengah daratan bumi. Sekaligus menunjukan bahwa bumi ini berkembang dari Makkah.

0 komentar

Posting Komentar