Senin, 24 Desember 2018

Berdebat Dalam Kebenaran, Bagaimana Islam Memandang?

Berdebat sering kali menjadikan percekcokan dan pertengkaran dan berakhir dengan permusuhan. Sedangkan berdiskusi akan menemukan jalan keluar. Perbedaan berdebat dengan berdiskusi ialah pada tujuannya. Berdiskusi saling mengutarakan pikiran untuk mencari titik temu sedangkan berdebat saling beradu pikiran untuk mempertahankan apa yang diyakininya. Padahal sebuah keyakinan itu akan sangat susah sekali untuk berubah, sehingga dari perdebatan akan muncul emosi dalam diri. Ketika muncul emosi pikiran tak lagi jernih. Pada hasilnya berakhir dengan pertengkaran. INI kenapa bahwasanya berdebat itu tidak baik untuk dilakukan meski dalam kebenaran.

Diskusi pun bisa beralih ke arah perdebatan saat emosi sudah mulai nampak, maka saat ini terjadi sebaiknya hentikan doloe diskusi hingga tiruana kembali normal. Tanda-tanda sebuah diskusi sudah bermetamorfosis debat kusir:

1. Mulai melibatkan perasaan dan emosi yang berlebihan
2. Menolak logika
3. Nada bunyi muali meninggi
4. Kalau dalam bentuk tulisan, goresan pena mulai memakai istilah yang emosional
5. Mulai muncul kata-kata ajukan atau sebutan yang merendahkan
6. Mengulang-ulang argumentasi
7. mengingkari aksioma (Pernyataan yang sanggup diterima sebagai kebenaran tanpa harus melalu pembuktian)

 Berdebat sering kali menjadikan percekcokan dan pertengkaran dan berakhir dengan permusu Berdebat dalam Kebenaran, Bagaimana Islam Memandang?


melaluiataubersamaini permintaan yang halus untuk meninggalkan perdebatan Rasulullah saw bersabda

أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِى رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا وَبِبَيْتٍ فِى وَسَطِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْكَذِبَ وَإِنْ كَانَ مَازِحًا وَبِبَيْتٍ فِى أَعْلَى الْجَنَّةِ لِمَنْ حَسَّنَ خُلُقَهُ

“Aku menjamin sebuah rumah di pinggir jannah (surga) bagi siapa saja yang meninggalkan perdebatan berkepantidakboleh meskipun ia dalam kebenaran (al haq), juga sebuah rumah di tengah jannah bagi siapa  saja yang meninggalkan berbohong walaupun ia sedang bercanda, serta sebuah rumah di puncak jannah bagi siapa  saja yang berakhlak mulia”

(HR. Abu Dawud, Dinyatakan Hasan shahih oleh Syaikh Al Albani)

Apakah Anda tidak ingin mendapat rumah di surga? Tentu ingin dong.


Sahabat Rasulullah saw, Umat Bin Khataab, pun tidak menyukai perdebatan. Beliau berkata:

لا يجد عبد حقيقة الإيمان حتى يدع المراء وهو محق ويدع الكذب في المزاح وهو يرى أنه لو شاء لغلب

“Seseorang tidak akan mencicipi hakikat iman hingga ia bisa meninggalkan perdebatan yang berkepantidakboleh meskipun ia dalam kebenaran, dan meninggalkan berbohong meskipun spesialuntuk bercanda padahal ia tahu seandainya ia mau ia niscaya menang dalam percebatan itu”

(Kanzul Ummal juz 3 hal 1165)

Imam Ishaq bin Isa berkata :

المِراء والجِدال في العلم يَذهبُ بنور العلم من قلب الرجل

“Imam Malik bin Anas menyampaikan : “Debat kusir dan pertengkaran dalam duduk kasus ilmu akan menghapuskan cahaya ilmu  dari hati seseorang”

Imam Ibnu Wahab berkata : “Aku mendengar Imam Malik bin Anas menyampaikan :

المراء في العلم يُقسِّي القلوب ، ويورِّث الضغن

“Perdebatan dalam ilmu akan mengeraskan hati dan menimbulkan kedengkian”

(Jaami’ al Uluum wak Hikam 11/16)


لاَ تَعَلَّمُوا الْعِلْمَ لِتُبَاهُوا بِهِ الْعُلَمَاءَ وَلاَ لِتُمَارُوا بِهِ السُّفَهَاءَ وَلاَ تَخَيَّرُوا بِهِ الْمَجَالِسَ فَمَنْ فَعَلَ ذَلِكَ فَالنَّارُ النَّارُ

“Janganlah kalian mencari ilmu untuk menandingi para ulama atau untuk mendebat orang-orang kurang cerdik atau biar bisa menguasai pertemuan dan majlis-majlis.  Barangsiapa yang berbuat ibarat itu, maka neraka baginya, neraka baginya” 

(Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban, Ibnu Majah dan Al Hakim, dia menyatakan bahwa hadits ini Shahih dengan para periwayat yang terpercaya sesuai dengan syarat-syarat Imam Muslim) (sumber tulisan: msulhan.wordpress.com)

0 komentar

Posting Komentar