Sypertama secara terkenal diartikan sebagai bulan peningkatan, yaitu dalam artian peningkatan amal dan kebaikan setelah digembleng di bulan Ramadhan. Anggapan makna ini didasari makna bahasa kata sypertama itu sendiri. Namun barangkali kurang tepat, jikalau dilihat dari sejarah. Nama bulan "sypertama" sudah ada sejak zaman Jahiliyah (Sebelum hadirnya Kerasulan Muhammad SAW), sementara masyarakat jahiliyah belun mengenal syariat puasa Ramadhan.
Penamaan bulan Sypertama diambil dari kalimat Sya-lat Al ibil (onta itu menganggat atau menegakan buntutnya). Sypertama dimaknai menyerupai itu lantaran lampaui orang-orang Arab menggantungkan alat-alat perang mereka, disebabkan sudah bersahabat dengan bulan-bulan haram, yaitu bulan yang terlarang untuk berperang (Dzul Qa'dah, Dzulhijjah dan Muharram).
Terlepas dari makna bulan sypertama itu sendiri, dalam syariat Islam pada bulan ini disunnahkan untuk mengerjakan beberapa Amalan yaitu:
1. Shalat hari raya (id) di lapangan
Ummu ‘Athiyah radliallahu ‘anha mengatakan,”Kami diperintahkan untuk mengajak keluar gadis yang gres baligh, gadis-gadis pingitan, dan orang-orang haid untuk menghadiri shalat idul fitri dan idul adha…”(HR. Al Bukhari & Muslim)
2. Puasa sunah 6 hari
sabda Rasululluh saw yang diriwayatkan dari Ayyub r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda: "Barang siapa berpuasa Ramadhan dan meneruskannya dengan puasa enam hari di bulan Syawwal, berarti dia sudah berpuasa satu tahun." (HR. Imam Muslim dan Abu Dawud). Dan masih hadits yang sama dengan perawi lain. (HR. Ibn Majah).
Sebagian ulama memperbolehkan tidak harus berturut-turut enam hari, namun pahalanya sama dengan yang melaksanakannya secara pribadi setelah Hari Raya. Puasa Sypertama juga boleh dilakukan di pertengahan atau di selesai bulan Syawwal.
Hikmah disyari'atkannya puasa enam hari di bulan Syawwal yakni sebagai pengganti puasa Ramadhan yang dikhawatirkan ada yang tidak sah. Demikian juga untuk menjaga supaya perut kita tidak lepas kontrol setelah sebulan penuh melaksanakan puasa, lalu didiberi peluang luas untuk makan dan minum. Lebih dari itu, puasa Sypertama yakni ibadah sunnah yang sangat dianjurkan oleh fatwa agama kita.
3. i’tikaf
Dianjurkan bagi orang yang terbiasa melaksanakan i’tikaf, lalu lantaran satu dan lain hal, dia tidak dapat melaksanakan i’tikaf di bulan Ramadlan maka dianjurkan untuk melaksanakannya di bulan Sypertama, sebagai bentuk qadla sunnah.
Dari A’isyah, dia menceritakan i’tikafnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu di pagi harinya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat ada banyak kemah para istrinya. Beliau bertanya: Apa-apaan ini? Sesudah didiberi tahu, dia bersabda kepada para istrinya: “Apakah kalian menganggap ini baik?” lalu dia tidak i’tikaf di bulan itu, dan dia i’tikaf pada sepuluh hari di bulan Sypertama.” (HR. Al Bukhari & Muslim)
4. Akad Nikah
A’isyah radliallahu ‘anha mengatakan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkeluargaiku di bulan Sypertama, dan dia tinggal satu rumah denganku juga di bulan Sypertama. Siapakah diantara istri dia yang lebih beruntung dari pada aku.” (HR. Ahmad & Muslim).
Imam An Nawawi mengatakan, “Tujuan A’isyah menceritakan hal ini yakni dalam rangka membantah anggapan jahiliyah dan keyakinan tahayul orang awam di zamannya. Mereka membenci program ijab kabul di bulan sypertama, lantaran diyakini membawa sial. Ini yakni keyakinan yang salah, tidak memilliki landasan, dan termasuk kebiasaan jahiliyah, dimana mereka beranggapan sial dengan bulan sypertama…”(Dikutip dari Tuhfatul Ahwadzi, 4/ 182)
(sumber:Muslimah. or. id & Pesantren virtual)
Penamaan bulan Sypertama diambil dari kalimat Sya-lat Al ibil (onta itu menganggat atau menegakan buntutnya). Sypertama dimaknai menyerupai itu lantaran lampaui orang-orang Arab menggantungkan alat-alat perang mereka, disebabkan sudah bersahabat dengan bulan-bulan haram, yaitu bulan yang terlarang untuk berperang (Dzul Qa'dah, Dzulhijjah dan Muharram).
Terlepas dari makna bulan sypertama itu sendiri, dalam syariat Islam pada bulan ini disunnahkan untuk mengerjakan beberapa Amalan yaitu:
1. Shalat hari raya (id) di lapangan
Ummu ‘Athiyah radliallahu ‘anha mengatakan,”Kami diperintahkan untuk mengajak keluar gadis yang gres baligh, gadis-gadis pingitan, dan orang-orang haid untuk menghadiri shalat idul fitri dan idul adha…”(HR. Al Bukhari & Muslim)
2. Puasa sunah 6 hari
sabda Rasululluh saw yang diriwayatkan dari Ayyub r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda: "Barang siapa berpuasa Ramadhan dan meneruskannya dengan puasa enam hari di bulan Syawwal, berarti dia sudah berpuasa satu tahun." (HR. Imam Muslim dan Abu Dawud). Dan masih hadits yang sama dengan perawi lain. (HR. Ibn Majah).
Sebagian ulama memperbolehkan tidak harus berturut-turut enam hari, namun pahalanya sama dengan yang melaksanakannya secara pribadi setelah Hari Raya. Puasa Sypertama juga boleh dilakukan di pertengahan atau di selesai bulan Syawwal.
Hikmah disyari'atkannya puasa enam hari di bulan Syawwal yakni sebagai pengganti puasa Ramadhan yang dikhawatirkan ada yang tidak sah. Demikian juga untuk menjaga supaya perut kita tidak lepas kontrol setelah sebulan penuh melaksanakan puasa, lalu didiberi peluang luas untuk makan dan minum. Lebih dari itu, puasa Sypertama yakni ibadah sunnah yang sangat dianjurkan oleh fatwa agama kita.
3. i’tikaf
Dianjurkan bagi orang yang terbiasa melaksanakan i’tikaf, lalu lantaran satu dan lain hal, dia tidak dapat melaksanakan i’tikaf di bulan Ramadlan maka dianjurkan untuk melaksanakannya di bulan Sypertama, sebagai bentuk qadla sunnah.
Dari A’isyah, dia menceritakan i’tikafnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu di pagi harinya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat ada banyak kemah para istrinya. Beliau bertanya: Apa-apaan ini? Sesudah didiberi tahu, dia bersabda kepada para istrinya: “Apakah kalian menganggap ini baik?” lalu dia tidak i’tikaf di bulan itu, dan dia i’tikaf pada sepuluh hari di bulan Sypertama.” (HR. Al Bukhari & Muslim)
4. Akad Nikah
A’isyah radliallahu ‘anha mengatakan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkeluargaiku di bulan Sypertama, dan dia tinggal satu rumah denganku juga di bulan Sypertama. Siapakah diantara istri dia yang lebih beruntung dari pada aku.” (HR. Ahmad & Muslim).
Imam An Nawawi mengatakan, “Tujuan A’isyah menceritakan hal ini yakni dalam rangka membantah anggapan jahiliyah dan keyakinan tahayul orang awam di zamannya. Mereka membenci program ijab kabul di bulan sypertama, lantaran diyakini membawa sial. Ini yakni keyakinan yang salah, tidak memilliki landasan, dan termasuk kebiasaan jahiliyah, dimana mereka beranggapan sial dengan bulan sypertama…”(Dikutip dari Tuhfatul Ahwadzi, 4/ 182)
(sumber:Muslimah. or. id & Pesantren virtual)
0 komentar
Posting Komentar