View Lokasi Makam Sunan Bayat in a larger map
Alamat : Kecamatan Bayat ,Klaten, Jawa Tengah. (wilayah perbukitan Jabalkat )
Petunjuk Penggunaan Peta :
+ = Zoom in
- = Zoom out
^ = Geser/gulir ke atas
v = Geser/gulir ke bawah
> = Geser ke kanan
< = Geser ke kiri
atau klik kiri pada gambar tahan,…geser ke arah yang diinginkan.Mode Peta:
Klik ... !
- peta untuk tampilan peta
- sat untuk tampilan satelit
- med untuk tampilan medannya
- earth untuk tampilan 3D (tiga dimensi)
Keterangan :
Sunan Bayat ialah tokoh Penyebar agama Islam di Jawa yang disebut-sebut dalam sejumlah babad serta cerita-cerita lisan. Ia terkait dengan sejarah Kota Semarang dan penyebaran pertama agama Islam di Jawa, meskipun secara tradisional tidak termasuk sebagai Wali Sanga. Makamnya terletak di perbukitan ("Gunung Jabalkat") di wilayah Kecamatan Bayat, Klaten, Jawa Tengah, dan masih ramai diziarahi orang sampai sekarang. Dari sana pula konon ia mengembangkan aliran Islam kepada masyarakat wilayah Mataram. Tokoh ini dianggap hidup pada masa Kesultanan Demak (abad ke-16).
Terdapat paling tidak empat versi terkena asal-usulnya, namun tiruana setuju bahwa ia ialah putra dari Ki Ageng Pandan Arang, bupati pertama Semarang. Sepeninggal Ki Ageng Pandan Arang, putranya, Pangeran Mangkubumi, menggantikannya sebagai bupati Semarang kedua. Alkisah, ia menjalankan pemerintahan dengan baik dan selalu patuh dengan aliran – aliran Islam menyerupai halnya mendiang ayahnya. Namun lama-kelabuaan terjadilah perubahan. Ia yang doloenya sangat baik itu menjadi semakin pudar. Tugas-tugas pemerintahan sering pula dilalaikan, begitu pula terkena perawatan pondok-pondok pesantren dan tempat-tempat ibadah.
Sultan Demak Bintara, yang mengetahui hal ini, kemudian mengutus Sunan Kalijaga dari Kadilangu, Demak, untuk menyadarkannya. Terdapat variasi kisah berdasarkan beberapa babad wacana bagaimana Sunan Kalijaga menyadarkan sang bupati. Namun, pada akhirnya, sang bupati menyadari kelalaiannya, dan tetapkan untuk mengundurkan diri dari jabatan duniawi dan menyerahkan kekuasaan Semarang kepada adiknya.
Pangeran Mangkubumi kemudian berpindah ke selatan (entah alasannya ialah diperintah sultan Demak Bintara ataupun atas kemauan sendiri, sumber-sumber saling tidak sama versi), didampingi isterinya, melalui tempat yang kini dinamakan Salatiga, Boyolali, Mojosongo, Sela Gringging dan Wedi, berdasarkan suatu babad. Konon sang pangeran inilah yang memdiberi nama tempat-tempat itu). Ia kemudian menetap di Tembayat, yang kini bernama Bayat, Klaten, dan menyiarkan Islam dari sana kepada para pertapa dan pendeta di sekitarnya. Karena kesaktiannya ia bisa meyakinkan mereka untuk memeluk agama Islam. Oleh alasannya ialah itu ia disebut sebagai Sunan Tembayat atau Sunan Bayat.
Terdapat paling tidak empat versi terkena asal-usulnya, namun tiruana setuju bahwa ia ialah putra dari Ki Ageng Pandan Arang, bupati pertama Semarang. Sepeninggal Ki Ageng Pandan Arang, putranya, Pangeran Mangkubumi, menggantikannya sebagai bupati Semarang kedua. Alkisah, ia menjalankan pemerintahan dengan baik dan selalu patuh dengan aliran – aliran Islam menyerupai halnya mendiang ayahnya. Namun lama-kelabuaan terjadilah perubahan. Ia yang doloenya sangat baik itu menjadi semakin pudar. Tugas-tugas pemerintahan sering pula dilalaikan, begitu pula terkena perawatan pondok-pondok pesantren dan tempat-tempat ibadah.
Sultan Demak Bintara, yang mengetahui hal ini, kemudian mengutus Sunan Kalijaga dari Kadilangu, Demak, untuk menyadarkannya. Terdapat variasi kisah berdasarkan beberapa babad wacana bagaimana Sunan Kalijaga menyadarkan sang bupati. Namun, pada akhirnya, sang bupati menyadari kelalaiannya, dan tetapkan untuk mengundurkan diri dari jabatan duniawi dan menyerahkan kekuasaan Semarang kepada adiknya.
Pangeran Mangkubumi kemudian berpindah ke selatan (entah alasannya ialah diperintah sultan Demak Bintara ataupun atas kemauan sendiri, sumber-sumber saling tidak sama versi), didampingi isterinya, melalui tempat yang kini dinamakan Salatiga, Boyolali, Mojosongo, Sela Gringging dan Wedi, berdasarkan suatu babad. Konon sang pangeran inilah yang memdiberi nama tempat-tempat itu). Ia kemudian menetap di Tembayat, yang kini bernama Bayat, Klaten, dan menyiarkan Islam dari sana kepada para pertapa dan pendeta di sekitarnya. Karena kesaktiannya ia bisa meyakinkan mereka untuk memeluk agama Islam. Oleh alasannya ialah itu ia disebut sebagai Sunan Tembayat atau Sunan Bayat.
<< DAFTAR LOKASI ZIARAH WALISONGO
0 komentar
Posting Komentar